Anda Sudah KAYA?

August 25, 2023 0 Comments

Renungan Harian Jumat, 25 Agustus 2023

SESEORANG DISEBUT KAYA APABILA DIA SUDAH BISA BERKATA “CUKUP” di HIDUPNYA.

Rasa cukup bukanlah hal yang WAJAR dalam kehidupan di dunia ini yang dipenuhi dengan HASRAT menuntut LEBIH, LEBIH dan LEBIH LAGI.

“Rasa cukup” dalam teks aslinya adalah autarkeia. Kata ini kita temukan dalam 1 Timotius 6:6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.

KEHIDUPAN adalah PERJALANAN IBADAH, Yang mengantarkan kita kepada Allah Yang menciptakan hidup ini.

  • Kata autarkeia berarti self-satisfaction (kepuasan pribadi), contentedness (kepuasan).
  • Dalam Alkitab King James Version, kata ini diterjemahkan contentment (“But godliness with contentment is great gain”).
  • Kata autarkeia hendak menunjukkan sikap hati yang merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
  • Karena itu, dalam terjemahan Today’s English Version, ayat ini diterjemahkan menjadi “satisfied with what he has” (puas dengan apa yang dipunyainya).

Tanpa rasa cukup itu, kita tidak dapat alami KEMERDEKAAN di dalam Tuhan. Tanpa rasa cukup, kita akan dikendalikan oleh nafsu duniawi dan ambisi pribadinya. Rasa tidak cukup merupakan irama yang dimiliki hampir semua orang, yang membuat mereka terikat dan mencintai dunia ini. Dunia kita hari-hari ini dibawa kepada semangat materialisme yang sangat kuat, sehingga mendorong atau membangkitkan minat banyak orang untuk memiliki apa saja yang disajikan oleh dunia ini.

Keadaan ini membuat banyak orang tidak dapat membedakan antara “apa yang menjadi kebutuhan” dan “apa yang menjadi keinginan atau hasrat.” Tidak semua hal yang diinginkan adalah kebutuhan. Kebutuhan dan keinginan merupakan dua hal yang sangat berbeda. Kalau seseorang sudah tidak bisa membedakan manakah kebutuhan, yaitu apa yang benar-benar dibutuhkan untuk menjalani hidup ini dan keinginan,

Tuhan menghendaki kita memiliki rasa cukup.

Sebab jika tidak, maka akan muncul kekacauan tujuan hidup manusia dan pada akhirnya akan menuntun kepada KESERAKAHAN. Di dalam Alkitab, keserakahan sering dikemukakan sebagai dosa utama (cardinal sin). Mengapa keserakahan disebut sebagai dosa utama? Sebab, keserakahan ini ternyata di dalam Alkitab disamakan dengan berhala.

Kolose 3:5 menyatakan, “And covetousness, which is idolatry;” ketamakan adalah berhala. Kata “berhala” di sini merupakan terjemahan bahasa Inggris dari idolatry. Kata ini sebenarnya berasal dari bahasa Yunani eidololatreia. Kata ini merupakan gabungan dua kata, eidolo dan latreia.

  • Kata eidolo berarti berhala, dan kata latreia berarti berbakti. Berhala itu berarti berbakti kepada objek lain di luar Tuhan.
  • Ketika seseorang mengingini materi lebih daripada yang patut dimilikinya dan menjadikannya sebagai nilai diri, sebenarnya ia membaktikan dirinya kepada materi tersebut. Tuhan tidak lagi menjadi satu-satunya yang ia kejar dan ingini. Posisi Tuhan digantikan oleh keserakahan akan suatu objek atau materi tertentu yang dipandang mendatangkan kehormatan, kebahagiaan, dan penghargaan diri.
  • Tidak heran, keserakahan sama dengan perzinaan atau percabulan rohani.

Tuhan menentang hal ini dengan hukum pertama-Nya, “Jangan ada padamu Allah lain dihadapan-Ku.” Tanpa rasa cukup, kita tidak dapat merdeka dalam Tuhan sehingga kita akan dikendalikan oleh nafsu duniawi dan ambisi diri

Indikasi keserakahan ~ Semuanya untuk aku, dan melepaskan apa yang aku Miliki, Adalah sebuah KEBODOHAN

Sindrum si LINTAH ~ Amsal 30:15, Si lintah mempunyai dua anak perempuan: “Untukku!” dan “Untukku!” Ada tiga hal yang tak akan kenyang, ada empat hal yang tak pernah berkata: “Cukup!”

Warren Buffet seorang Milyader dengan Kekayaannya yang bernilai US$ 87,5 milliar dolar atau senila 1.323 triliun rupiah pada Februari 2018 membuatnya tercatat sebagai orang terkaya ketiga di dunia. Warren katakan, Bukan harta berkelimpahan yang menentukan kualitas hidup seseorang, tetapi rasa cukup.

Rasul Paulus MENGINGATKAN kepada kita

Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (Filipi 4:11)

Ketika ditanya “Kapan kamu merasa cukup?”, seorang muda menjawab “kalau bisa, sedikit lebih lagi”. Rasa cukup adalah mutiara yang paling berharga. Paulus berkata: “… sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan” (ay. 11-12).

Paulus ingin mengatakan bahwa rasa cukup bukan dibawa sejak lahir, ataupun sesuatu yang mudah dilakukan. Paulus tahu bagaimana rasanya mengalami kelimpahan maupun kekurangan. Dia tahu bagaimana rasanya tidak mampu membayar besarnya biaya perjalanan pelayanannya, dia tahu bagaimana rasanya kelaparan, dia tahu bagaimana rasanya tidak ada uang yang tersisa.

STOP MEMBANDINGKAN hidup kita dengan orang lain !
Maka kita akan bisa berkata CUKUP
Dan pada akhirnya kita bisa BERSYUKUR kepada Tuhan
“ Diatas langit masih ada langit “
Bagaimanapun juga, akan selalu ada orang yang lebih kaya, lebih hebat, lebih pintar dan berbakat, lebih sukses serta dikenal orang.
UNTUK ITU Kita sangat butuh RASA CUKUP sebagai Standing position di hidup kita

Pdt. Budi Wahono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *