BAHAYA DARI IMAN YANG KUAT DAN TEOLOGI YANG DANGKAL

November 7, 2022 0 Comments

Renungan harian Senin, 07 November 2022

Teologi berbicara mengenai bagaimana kita memahami Allah. Karena pada dasarnya manusia berteologi. Setiap kita tentu punya pemahaman tentang Allah, tentang diri kita, tentang lingkungan kita, dan pemahaman itu terbentuk dari pengalaman-pengalaman hidup, pengajaran-pengajaran yang kita terima, baik digereja, atau melalui media-media yang tersedia.

Hakim-hakim 10:1-11:40

Ayat-ayat ini menceritakan tentang kehidupan Yefta. Yefta adalah seorang hakim di Israel. Hakim pada zaman itu bukanlah hakim dalam pengertian jaman modern saat ini. Dalam jaman modern Hakim adalah seorang ahli hukum yang berjubah hitam biasanya yang duduk dibelakang meja sidang kasus-kasus hukum.  Para hakim didunia Israel kuno adalah seorang pemimpin politik, seorang pemimpin militer, bahkan dalam keadaan tertentu dia juga seorang pemimpin agama. Hakim dalam dunia perjanjian lama adalah orang-orang kharismatik yang dibangkitkan Tuhan dalam waktu-waktu tertentu dalam sejarah, untuk menolong rakyat yang biasanya sedang ditindas oleh kekuatan-kekuatan asing.

Apa yang terjadi pada orang Israel pada jaman Yefta?

Orang Israel pada jaman Yefta melakukan apa yang jahat dimata Tuhan, mereka beribadah kepada para baal, para asyterot, kepada para allah orang aram, para allah orang sidon, moab, dan filistin. Dan ironisnya, TUHAN yang telah melepaskan mereka, yang telah menolong mereka untuk keluar dari tanah perbudakan di Mesir menuju ke tanah Kanaan, justru telah mereka tinggalkan. Dan menariknya ketika dipasal yang ke 10, ini adalah kali yang ke 6 orang-orang Israel membelakangi TUHAN. Dan kalau kita melihat, tampaknya orang Israel bukan saja memuja berhala-berhala, tetapi bangsa Israel juga mengadopsi gaya hidup mereka.

Lalu apa yang menjadi akibat dari sikap hidup orang Israel yang membelakangi TUHAN? 

Setelah beberapa lama  Allah memberi mereka waktu untuk bertobat, namun mereka tidak menggunakan kesempatan itu dengan baik, dan Allah kemudian membangkitkan orang-orang Filistin, orang Amon, untuk menyerang dan menindas mereka. Dan seperti biasa, ketika mereka dalam keadaaan susah, keadaan terjepit, mereka baru ingat Tuhan.

Ayat 15-16, Kata orang Israel kepada TUHAN: “Kami telah berbuat dosa. Lakukanlah kepada kami segala yang baik di mata-Mu. Hanya tolonglah kiranya kami sekarang ini!” Dan mereka menjauhkan para allah asing dari tengah-tengah mereka, lalu mereka beribadah kepada TUHAN. Maka TUHAN tidak dapat lagi menahan hati-Nya melihat kesukaran mereka.

Ketika kesulitan dan penderitaan datang, baru mereka ingat Tuhan. Tapi untungnya Tuhan itu penuh dengan Kasih Karunia, Tuhan yang panjang sabar. Saat mereka ke 6 kali nya membelakangi Tuhan, apa yang menjadi respon Tuhan terhadap mereka? “ Maka TUHAN tidak dapat lagi menahan hati-Nya melihat kesukaran mereka”. Tuhan luarbiasa, Dia penuh dengan kasih karunia. Lalu bagaimana Tuhan mewujudkan Kasih KaruniaNya?  Tuhan membangkitkan seorang yang bernama “Yefta” sebagai penolong.

Siapakah Yefta?

Hakim-hakim 11:1, Adapun Yefta, orang Gilead itu, adalah seorang pahlawan yang gagah perkasa, tetapi ia anak seorang perempuan sundal; ayah Yefta ialah Gilead.

Gilead sebenarnya nama dari sebuah tempat, tetapi pada waktu itu adalah hal yang umum, nama sebuah tempat dijadikan sebagai nama seorang atau nama keluarga, atau nama klan. Dan menurut para penasfsir Alkitab, ibunya Yefta bukanlah orang Yahudi.

Ayat 2, Juga isteri Gilead melahirkan anak-anak lelaki baginya. Setelah besar anak-anak isterinya ini, maka mereka mengusir Yefta, katanya kepadanya: “Engkau tidak mendapat milik pusaka dalam keluarga kami, sebab engkau anak dari perempuan lain.”

Yefta diusir dari keluarganya, dan dia bertumbuh ditengah-tengah para bandit.  Ditanah Tob dia menjadi pemimpin yang ditakuti dan disegani, dan pada saat yang sama orang-orang Israel mengalami penindasan dari orang-orang amon, termasuk orang-orang Gilead, tempat dimana Yefta pernah hidup bersama-sama dengan saudara-saudaranya.  Tetapi ketika mereka mendengar tentang Yefta, mereka mengirim utusan ke Tanah Tob untuk menjemput Yefta.

Ayat 7, Tetapi kata Yefta kepada para tua-tua Gilead itu: “Bukankah kamu sendiri membenci aku dan mengusir aku dari keluargaku? Mengapa kamu datang sekarang kepadaku, pada waktu kamu terdesak?”

Awalnya saat para tua-tua Gilead datang menjemput Yefta, dia menolak, namun akhirnya mereka melakukan perjanjian, yaitu mengangkatnya menjadi hakim, artinya menjadi pemimpin tertinggi atas mereka.

Lalu apa yang dilakukan Yefta untuk melawan bangsa Amon? Yefta bukanlah orang sembarangan saat melakukan sesuatu, dia adalah orang yang cerdas. dia tidak langsung menyerang bangsa Amon, dia menggunakan pendekatan diplomatik. Dua kali Yefta mengirim utusan, supaya tidak terjadi peperangan dan pertumpahan darah,namun cara damai ini ditolak mentah-mentah oleh raja bani Amon.

Hakim-hakim 11:28, Tetapi raja bani Amon tidak mendengarkan perkataan yang disampaikan kepadanya oleh utusan-utusan Yefta.

Akhirnya peperangan yang  tak terhindar pun terjadi, dan Firman Tuhan menuliskan bahwa Roh Tuhan menghinggapi Yefta. Dan ini yang menjadi kunci kemenangan Yefta, tapi dia tidak terlalu yakin dengan anugerah kuasa yang turun atas dirinya. Sehingga Yefta melakukan perjanjian dengan Allah, yang sebenarnya itu dilarang dalam tradisi orang Israel yang benar, yaitu tawar menawar dengan Tuhan, seolah-olah menyuap Tuhan sendiri.

Ayat 10-11: Lalu bernazarlah Yefta kepada TUHAN, katanya: “Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon itu ke dalam tanganku, maka apa yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku, pada waktu aku kembali dengan selamat dari bani Amon, itu akan menjadi kepunyaan TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai korban bakaran.”

Sebenarnya Yefta tidak perlu melakukan ini. Daerah Yordan, dimana dia hidup, terkenal, dengan gaya gaya transaksi seperti ini. Daerah Yordan, dimana orang-orang Amon, Moab tinggal. Orang-orang amon menyembah dewa “Milkom”, orang moab menyembah dewa “Kemosh”. Dan menurut catatan arkeologi adalah hal yang biasa ketika mereka membutuhkan sesuatu, mereka melakukan transaksi dengan ALLAH. Dan yang menariknya adalah dalam catatan arkeologi kuno, apa yang diberikan adalah sesuatu yang sangat-sangat mengerikan, salah satunya pengorbanan manusia. 

Dengan kemenangan yang diraih oleh Yefta, kini dia tidak dikenal lagi sebagai pemimpin para bandit, tetapi menjadi seorang pahlawan bangsa atau “Hero of Nations”.

Ayat 35: Demi dilihatnya dia, dikoyakkannyalah bajunya, sambil berkata: “Ah, anakku, engkau membuat hatiku hancur luluh dan engkaulah yang mencelakakan aku; aku telah membuka mulutku bernazar kepada TUHAN, dan tidak dapat aku mundur.”

Ini suatu hal yang meremukkan hati Yefta. Namun sebenarnya kalo kita melihat kedalam Perjanjian Lama, tidak diperbolehkan untuk mengorbakan manusia, dan kalau dia mengerti, tidak perlu dia melakukan hal itu semua. Tetapi karena pemahaman yang dangkal tentang Allah, ini yang terjadi, yaitu nekat memenuhi nazarnya.

Ini adalah sebuah kisah yang tragis, sebuah kemenangan yang dibayar mahal. Yefta kehilangan anaknya dan tidak ada yang menjadi penerusnya, karena dia tidak memiliki anak yang lain. Dan bagi orang Israel ketika seseorang tidak memiliki penerus yang meneruskan nama keluarga itu adalah tragedi yang besar.

Lalu bagaimana sikap Allah terhadap Yefta lewat tragedi ini?

Penulis kitab Ibrani menuliskan nama Yefta dalam jajaran nama pahlawan-pahlawan iman yang hebat.

Ibrani 11:32-33 Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa,

Jadi apa yang bisa kita pelajari disini?

1. Tuhan bisa mengabaikan ketidaktahuan, namun DIA tidak sekali-kali mengabaikan Iman kita.

Yefta memang kurang memahami dan mengerti siapa Tuhan, tetapi DIA  tetap menghargai iman Yefta. Ini adalah sesuatu yang cukup penting bagi kita. Tuhan menghargai iman kita kepadaNya.

2. Ketidaktahuan atau teologi yang dangkal itu bisa bersifat destruktif atau merusak bagi diri kita dan oranglain.

Betul Tuhan menghargai iman dan kepercayaan kita, terlepas dari kebodohan dan kekeliruan kita, tapi jangan lupa ketika kita memiliki pemahaman yang keliru mengenai Allah, hal itu bisa membuat efek yang merusak bagi diri kita dan oranglain.

Seorang Uskup yang sangat dihormati diawal abad ke 20 yang bernama William Temple pernah berkata : “Jika konsep anda tentang Tuhan secara radikal salah, maka semakin anda taat, semakin buruk bagi Anda, lebih baik anda jadi orang atheis”.

Dalam mengikut Tuhan, tidak cukup hanya pengalaman saja, tetapi perlu pemahaman yang memadai tentang Tuhan, itu akan menjadi seperti peta atau maps yang akan menuntun kita dijalan yang benar, sehingga kita bisa sampai ditempat tujuan. Untuk itu mari kita mulai mengenal siapa Tuhan, mengenal diri kita, supaya tidak terjadi sesuatu yang buruk yang mendatangkan petaka bagi diri kita sendiri, namun sebaliknya kita menjadi berkat yang luarbiasa.

Dr. Hayden Robinson “ Kita ingin orang-orang mengalami Tuhan, tetapi jika anda memiliki iman yang dalam kepada Tuhan dan teologi yang dangkal, anda akan membawa anda pada kedangkalan dan omong kosong, dan anda dapat membawa kerusakan pada diri anda dan oranglain”.

“Iman yang besar, iman yang kuat dan teologi yang baik dapat memberikan keuntungan dan berkat bagi anda dan umat Allah. Kasihi Allah dengan jiwamu, namun kasihi juga dengan pikiranmu”.

Tuhan YESUS MEMBERKATI

Rangkuman Khotbah
Pdt. Gani Wiyono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *