Disiplin Rohani Saat Teduh
Renungan Harian Jumat, 14 Oktober 2022
Setiap orang percaya berharap melalui hidupnya, ia menjadi berkat bagi banyak orang. Demikian juga harapan Tuhan bagi setiap kita, bahwa kita mengalami pertumbuhan rohani serta menghasilkan buah buah rohani, sehingga nama Tuhan dipermuliakan melalui hidup kita. Menjadi berkat atau hidup berbuah adalah sebuah KENISCAYAAN jika setiap orang percaya bergaul karib dengan Tuhannya.
“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:5)
Melalui perumpamaan tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya di atas, Tuhan Yesus menegaskan tentang kebergantungan ranting pada pokoknya. Ranting-ranting tersebut haruslah melekat pada pokoknya. Jika ranting tersebut putus, maka ranting itu akan segera mati. Tidak memiliki kehidupan. Hanya dengan melekat pada pokoknya, maka ranting bisa hidup dan menghasilkan buah. Hal serupa juga terjadi dalam hubungan kita dengan Kristus. Tuhan Yesus berkata bahwa “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
Mari kita perhatikan pesan Tuhan Yesus ini: jika kita “tinggal di dalam” Kristus maka kita bisa “berbuah banyak,” tapi jika kita berada “di luar” Kristus, maka kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Namun, kita berhadapan dengan salah satu faktor yang membuat hal ini sulit untuk kita lakukan, yakni KESIBUKAN yang menjebak kita setiap hari.
Salah satu ungkapan yang perlu kita perhatikan adalah “Jika tidak bisa membuat orang Kristen berbuat dosa, maka buatlah mereka sibuk dengan berbagai aktivitas mereka. Jika mereka sibuk, maka mereka tidak memiliki waktu untuk membangun keintiman dengan Allah. Jika demikian, mereka akan jatuh ke dalam dosa dengan mudah.”
Setiap orang percaya membutuhkan waktu untuk berdiam diri bersama Tuhan. Jika Yesus sendiri membutuhkannya, betapa lebih lagi kita sangat membutuhkannya. Yesus menyendiri untuk bersekutu dengan Bapa-Nya, sebagaimana Alkitab telah mengisahkannya:
“Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ‘Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa’” (Matius 26:36).
Dalam bahasa yunani, kata Berdoa = proseuchomai (pros-yoo-khom-ahee) Berdoa kepada Tuhan berarti: to make a humble entreaty, membuat permintaan dengan kerendahan hati, Worship, menyembah, Pray earnestly, dengan sungguh-sungguh.
Nasehat rasul Paulus dalam Filipi 4:8: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”
Mengisi pikiran kita dengan hal-hal yang benar akan mendatangkan damai dan menyenangkan Allah. Saat teduh atau disiplin meditasi kita selayaknya menjadi waktu pembaharuan pikiran kita (Roma 12:2), bukan pengosongan pikiran.
Mengapa harus disiplin meditasi atau Saat Teduh?
1. Teladan Tuhan Yesus sendiri
Alasan pertama adalah teladan dari Tuhan kita Yesus Kristus. Selama pelayanan-Nya di muka bumi ini, Tuhan Yesus bangun pagi-pagi benar, ketika hari masih gelap, dan pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa (Markus 1:35). Jika Tuhan Yesus saja bersaat teduh, apalagi kita.
2. Tuhan rindu bersekutu dengan kita
Alasan kedua, yaitu Tuhan merindukan persekutuan dengan kita. Ini adalah suatu hal yang luar biasa, bahwa Pencipta langit dan bumi benar-benar menginginkan persekutuan dengan ciptaan-Nya. Raja alam semesta ini ingin menyatakan diri-Nya dan kasih-Nya kepada kita setiap waktu.
3. Agar kita bertumbuh dalam iman
Alasan ketiga, tanpa bersaat teduh yang teratur, kita tidak dapat bertumbuh dalam iman. Orang-orang saleh yang dipakai oleh Tuhan dari abad ke abad, semuanya mempunyai waktu saat teduh yang teratur. Misalnya: Daniel yang telah menjadi seorang perdana menteri di sebuah kerajaan besar, tetapi “tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya” (Dan 6:11). Musa yang bertanggung jawab memimpin 2 juta orang Yahudi dalam perjalanan melewati padang gurun selama 40 tahun mendapatkan kebijaksanaan dan kekuatan melalui waktu yang diluangkan bersama Allah, sebagai saat pertemuan antara 2 orang bersahabat. Daud, seorang tokoh perang dan raja yang terkenal, senantiasa meluangkan waktu bersama Allah. Kitab Mazmur berisi catatan harian saat teduhnya bersama Allah.
4. Agar kita dapat mengerti, serta memahami kehendak Tuhan
Mazmur 25:14, ”TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya/maksud-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” Hubungan pribadi yang akrab dengan Tuhan akan dapat menolong kita memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan. Pemahaman akan kehendak Allah akan menghasilkan perubahan sikap dan karakter di dalam kehidupan kita.
5. FirmanNya yang akan menolong kita.
Alasan kelima adalah karena Alkitab itu memiliki banyak manfaat yang penting di dalam kehidupan orang percaya.
Di dalam 2 Tim. 3:16, diungkapkan beberapa manfaat dari Alkitab, yaitu:
Mengajar. Apa yang diajarkan oleh Alkitab? Tentu saja kita dapat belajar tentang Allah yang menyatakan diri, karya dan kehendak-Nya sampai saat ini kepada umat manusia. Kita pun dapat belajar tentang respon manusia, baik yang positif maupun negatif, terhadap Allahnya.
Menyatakan kesalahan. Di dalam Alkitab terdapat kebenaran yang sifatnya universal dan kekal. Oleh karena itu, dengan membaca yang benar (Alkitab), maka kita dapat tahu apa yang salah. Saat teduh mengoreksi kehidupan kita.
Memperbaiki kelakuan. Dengan mengetahui apa yang salah, maka kita diajak untuk memperbaiki kelakuan kita Tidak hanya kelakuan, melainkan juga pola pikir dan tutur kata kita juga.
Mendidik orang dalam kebenaran. Sebagai orang percaya, kita diharapkan untuk setia pada kebenaran dan karenanya berupaya untuk hidup dalam kebenaran itu. Alkitab dapat menolong kita untuk mengenal kebenaran dan mendidik kita untuk setia pada kebenaran.
Dengan bersaat teduh/disiplin meditasi setiap hari kita dituntun dan diingatkan akan Firman Allah. Dengan bersaat teduh/disiplin meditasi, kita diingatkan akan kesalahan dan kekeliruan yang kita lakukan. Dan tentu masih banyak lagi manfaat yang kita dapatkan dari bersaat teduh/berdisiplin meditasi di dalam hidup kita.
Selamat bersaat teduh/berdisiplin meditasi, dan Tuhan Yesus memberkati.
Pdt Budi Wahono
Materi EFF 13102022