CONTROLLING THE EMOTION

January 15, 2025 0 Comments

Renungan harian Youth, Rabu 15 Januari 2024

Syalom rekan-rekan Youth semuanya …

Hidup yang kita jalani saat ini tentu dipenuhi dengan lika-liku atau istilahnya “UP and DOWN”, termasuk tantangan dan masalah yang harus dihadapi. Hal ini sering membuat kita bertanya-tanya, langkah seperti apa yang tepat untuk diambil. Namun, ingatlah prinsip “NO PAIN, NO GAIN.” Masalah yang tampak mustahil di mata kita sebenarnya bisa menjadi sarana bagi Tuhan untuk menunjukkan kuasa-Nya. Jangan pernah membiarkan emosi menguasai diri saat menghadapi kesulitan. Hidup yang dikuasai oleh emosi hanya akan membuat kita merasa buntu dan memperberat beban yang ada. Sebaliknya, percayalah bahwa Tuhan mampu menggunakan hal-hal yang tampaknya mustahil untuk membuka jalan bagi kita. Dia selalu memiliki cara yang indah untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

Am I willing to change my thinks? Will I take the limits off what God can do in my life? God wants you to live an overcoming life of victory. He doesn’t want you to barely get by. He is called El Shaddai, God of more than enough.

Sebagai manusia, kita semua memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk bermegah diri atau menjadi sombong. Tuhan menghargai orang yang menerima dirinya apa adanya, tetapi Ia menentang orang yang angkuh dan tinggi hati. Mari kita merenungkan hal ini dalam kehidupan kita: Apakah saya sudah mampu hidup tanpa dikendalikan oleh emosi? Hindarilah pemikiran yang kosong dan tidak bernilai. Ketika kita berbicara atau melakukan sesuatu tetapi tidak dihargai atau dipercaya orang lain, wajar jika kita merasa kesal. Bayangkan bagaimana rasanya jika kita sudah berusaha keras, tetapi tetap saja tidak mendapat pengakuan.

Dalam Alkitab, kisah tentang Yefta yang mengajarkan kita tentang pengendalian emosi. Ketika Yefta memimpin rakyatnya dalam perang melawan bani Amon, ia sempat meminta bantuan dari saudara-saudaranya, orang-orang Efraim. Namun, mereka tidak datang membantunya. Setelah kemenangan diraih, mereka justru datang dengan kemarahan dan hendak memerangi Yefta. Yefta mencoba menjelaskan situasinya, seperti yang tertulis dalam Hakim-Hakim 12:2: “Tetapi jawab Yefta kepada mereka: Aku dan rakyatku telah terlibat dalam peperangan yang hebat dengan bani Amon; lalu aku memanggil kamu, tetapi kamu tidak datang menyelamatkan aku dari tangan mereka.”  Yefta menunjukkan bahwa ia sudah berusaha melibatkan saudara-saudaranya, tetapi tidak mendapatkan dukungan. Meski demikian, emosi orang-orang Efraim tetap membara, hingga memicu konflik yang tidak perlu. Yefta pun mempertanyakan tindakan mereka, seperti yang dikatakan dalam Hakim-Hakim 12:3: “Ketika kulihat bahwa tidak ada yang datang menyelamatkan aku, maka aku mempertaruhkan nyawaku dan aku pergi melawan bani Amon itu, dan TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tanganku. Mengapa pada hari ini kamu mendatangi aku untuk berperang melawan aku?”

Kisah ini menunjukkan bahwa emosi yang tidak terkontrol dapat membawa dampak buruk, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Maka, penting bagi kita untuk belajar mengendalikan emosi, agar tidak mengambil tindakan yang merugikan. Percayalah, dengan mengandalkan Tuhan, kita mampu menghadapi segala tantangan dengan hati yang bijak dan tenang.

Man’s greatest honour and privilege is to do the will of God. This was what the Lord Jesus taught His disciples. He once said that only those who did His Father’s will would enter the kingdom of Heaven). He also said that His true brothers and sisters were those who did the will of God

Tuhan mengajarkan manusia untuk bersikap baik, mengendalikan diri, dan bersabar dalam menghadapi berbagai pencobaan. Bertindak berdasarkan emosi, apalagi emosi yang tidak terkendali, jarang membawa kebaikan. Justru melalui proses ini, kedewasaan dan kekuatan mental seseorang diuji dan ditunjukkan.

Sering kali kita mengeluh, “Aku sudah berusaha, tapi kenapa hasilnya selalu begini? Aku merasa wajar jika marah, tapi aku tidak tahu harus melampiaskannya bagaimana.” Saat perasaan itu muncul, penting untuk merefleksikan diri dan bertanya, “Apakah tindakanku sudah benar? Apakah aku perlu memperpanjang hal ini, meski hatiku masih sakit? Apakah ini harus berakhir seperti ini?”

Orang yang sering disebut “temperamental” cenderung bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

Ketika mendengar sesuatu yang menyinggung atau menyakiti perasaannya, entah berita itu benar atau tidak, mereka sering kali tidak memberikan ruang bagi diri sendiri untuk tenang, memahami situasi, atau mencari penjelasan lengkap. Sebaliknya, mereka langsung bertindak, melabrak, dan meluapkan amarah tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.

Jika tidak terkendali, emosi semacam ini bisa berkembang menjadi tindakan kasar atau destruktif. Bahkan, dalam kemarahannya, orang seperti ini mungkin tidak mau mendengar penjelasan apa pun tentang kebenaran situasi. Sikap seperti ini tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga dirinya sendiri.

Sebagai manusia yang ingin hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, kita diajak untuk belajar menahan diri, mendengarkan dengan bijak, dan tidak cepat bereaksi. Dengan mengendalikan emosi, kita menunjukkan kedewasaan dan penghormatan terhadap diri sendiri serta orang lain. Tuhan memberikan hikmat kepada mereka yang sabar dan mau menyerahkan perasaan serta tindakan mereka ke dalam tangan-Nya.

We sometimes come to crossroads in our lives, where we have to make decisions with far-reaching consequences. Decisions such as the choice of life that will affect our entire future. How are we to decide at such times? We can see nothing ahead. Yet we have to move forward. Because God has a specific plan for each of our lives

Mari kita berusaha dan berserah kepada Tuhan, memohon kekuatan-Nya untuk menahan diri, meskipun kita mendengar berita yang menyakitkan hati. Jangan biarkan emosi menguasai diri, karena hal itu hanya akan mendatangkan kerugian, baik bagi orang lain maupun diri sendiri.

Buka telinga dan hati dengan lebar, dengarkan segala sesuatu dengan penuh perhatian, dan pastikan untuk memahami situasinya secara menyeluruh sebelum memberikan respons. Berdoalah, “Kiranya Roh-Mu memimpin dan menguasai hatiku, sehingga aku mampu mengendalikan diri dan tidak terjebak dalam emosi. Aku tidak ingin merugikan diri sendiri maupun orang lain.”

Namun, tidak ada kata terlambat untuk berubah. Mari kita mulai belajar mengontrol diri, melatih kesabaran, dan menolak jatuh ke dalam emosi yang merugikan. Mereka yang memiliki ketenangan batin akan menikmati hidup dengan lebih bijak, damai, dan bermakna. Inilah kemenangan sejati dalam kehidupan, ketika kita dapat menguasai diri dan hidup sesuai dengan hikmat yang Tuhan ajarkan.

Orang yang bisa mengontrol diri dan memiliki ketenangan adalah orang yang menang dalam hidupnya.

Tuhan Yesus memberkati

LW – NDK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *