Hati-hati dengan Hati

October 3, 2022 0 Comments

Renungan Harian Senin, 03 Oktober 2022

Amsal 23:26, Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku, biarlah matamu senang dengan jalan-jalanku.

Kalau kita melihat ayat ini, ada sebuah kata yang menuliskan “Hai anakku”. Jelas ini adalah perkataan dari orangtua, bisa perkataan bapak atau ibu, tapi yang jelas dalam ayat ini adalah perkataan dari seorang bapak. Yang menjadi pertanyaan adalah siapakah yang dimaksud bapak dalam ayat ini? Secara tradisional, yang kita tahu bapak yang disebut disini adalah Salomo sendiri, waktu masa mudanya ia menulis kitab Kidung Agung, lalu ketika umurnya semakin tua, ia tertarik dengan amsal-amsal, hikmat orang-orang yang ada dimuka bumi. Akhirnya dia menulis dan mengarang kitab amsal-amsal tersebut.

Lalu siapa anak yang dimaksud disini? Kita tahu bersama bahwa Salomo memiliki banyak istri dan gundik. Kemungkinan besar anak yang dimaksud disini adalah Rehabeam. Dan ini ayat ini ungkapan dari hati Salomo yang penuh dengan keprihatinan. Lalu yang menjadi pertanyaan yang lain, kenapa kok hati yang diminta? Seberapa pentingkah hati itu?

“Menurut Alkitab, hati adalah pusat: pusat dari kehidupan fisik, pusat dari kasih karunia, pusat penghukuman dan keselamatan, pusat karya Allah dan pekerjaan Iblis, pusat dari mana segala sesuatu yang membangun kehidupan manusia” ~  Oswald Chambers

Jadi berbicara soal Hati sama dengan berbicara soal hidup. Hati itulah yang menuntun kemana kehidupan ini akan dibawa. Hati sungguh sangat central dalamkehidupan manusia. Dan didalam Alkitab sekitar 800 lebih dituliskan kata “Hati” , dan itu menunjukkan kepada bagian non material yang tidak kelihatan dalam diri manusia, tetapi menentukan apa yang kelihatan. Makanya kalau Allah mengendalikkan hati kita, itu artinya pada saat yang DIA juga mengendalikan hidup kita.  Allah mampu dan bisa memberikan hati yang baru jika kita memintanya, namun sayangnya hati yang baru itu bisa bengkok, bisa menjadi serong.

Kapan hati mulai bengkok?

Benar, bahwa hati kita telah diperbaharui oleh Allah, seperti yang Daud katakan didalam Mazmur  51. Daud mengatakan kepada Tuhan “Jadikanlah hatiku menjadi baru”.  Inilah yang Daud butuhkan supaya dia tidak kembali berbuat dosa dan terus tenggelam dalam kehidupan yang tidak berkenan dihadapan Allah.

“Hati yang tidak diurus akan segera dibanjiri dengan pikiran-pikiran duniawi”. – AW Tozer

1. Saat iri kepada pendosa.

Amsal 23:17 : “Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan Tuhan senantiasa”.

Rehabeam adalah cucu daripada Daud, dan Alkitab mengatakan bahwa Daud hidup berkenan dihati Allah. Jadi jelas, dia sudah mewariskan kehidupan yang saleh, kehidupan yang beriman kepada Allah, dan dia mengajarkannya kepada putranya, cucunya dan semua keturunannya. Tetapi dalam perjalanan waktu, Rehabeam mulai melirik kepada kehidupan orang berdosa, bahkan dia menjadi iri, itu berarti dia mulai tertarik kepada dosa, dan kita tahu bersama bahwa dosa memang sangat menarik dipemandangan kita sebagai manusia yang berdosa. Dan kita melihat bagaimana kehidupan seorang pendosa, mereka bebas, lepas, dan melakukan apa saja yang suka dengan semau mereka.

Rehabeam awalnya adalah seorang yang beriman kepada Tuhan, tetapi lambat laun,ketika matanya terus tertuju keluar, kepada orang-orang pendosa, yang dipemandangan matanya bahwa mereka bebas dan bisa berbuat apa saja, dia menjadi iri. Ini menjadi sebuah alarm bagi kita.

Amsal 24:19-20, Jangan menjadi marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri kepada orang fasik. Karena tidak ada masa depan bagi penjahat, pelita orang fasik akan padam.

Seharusnya bukan kita yang iri kepada mereka yang hidup didalam dosa, harusnya merekalah yang iri kepada kita, karena Tuhan baik kepada hidup kita, sekalipun kita menghadapi begitu banyak masalah.

2. Saat salah fokus

Amsal 23:18, Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.

Perkataan Salomo ini ditujukan kepada Rehabeam, dan ini bukan perkataan yang asal-asal saja, tetapi ia mengamati kehidupan Rehabeam, yang awalnya anaknya hidup dengan iman, tetapi lambat laun imannya mulai tergerus, yang awalnya melihat kehidupan kekekalan, tetapi melihat kehidupan yang sekarang dan disini saja.

Ada sebuah survei di Amerika Serikat, dimana ada sekian banyak orang ditanya oleh seorang peneliti “Menurut kalian, apa tujuan hidup manusia?” . Sekitar  61% mengatakan dengan dua kata “Enjoyment and  Self Fulfillment”. Jadi menurut mereka, Tuhan menciptakan manusia dimuka bumi ini untuk menikmati apa saja yang tersedia, apa saja yang bisa dibeli, apa saja yang bisa dinikmati, supaya itu mendatangkan kepuasan, pusatnya adalah kehidupan manusia yang sementara.

Didalam Perjanjian baru ada tokoh Alkitab yang bernama Demas, muncul 3 kali didalam perjanjian baru, dan dia adalah rekan sekerja dari rasul Paulus dan Lukas. Namun kalau kita melihat didalam 2 Timotius 4:10, demas telah meninggalkan rasul Paulus dan memilih untuk mencintai dunia ini. Ini menjadi sebuah peringatan didalam hidup kita, mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, apabila kita sudah mulai meninggalkan disiplin rohani kita. Jangan sampai kita kehilangan orientasi kekekalan didalam hidup kita, itu tandanya hati kita sedang bermasalah.

“Melihat kehidupan dari sudut pandang kekekalan akan menolongmu untuk memfokuskan energimu yang terbatas untuk hal-hal yang terpenting” –  Joseph Wirthlin

3. Saat salah investasi

Amsal 23:23, Belilah kebenaran, dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian.

Maksud ayat ini adalah kita harus mengejar kebenaran. Kalau sudah dapat, pertahan itu apapun harganya.  Rehabeam sudah tidak menjadi tertarik lagi kepada kebenaran, ini juga yang perlu kita periksa didalam hati kita. Apakah hati kita sama seperti Daud, masih rindu dan suka kepada kebenaran-kebenaran  Allah atau kita sudah tidak lagi tertarik kepada kebenaran.

3 Yohanes 1:4, Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar dari pada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran.

Ini harus menjadi ukuran didalam kehidupan kita, ketika kita menguji hidup kita, apakah kita masih berjalan didalam kebenaran atau tidak.

2 Tawarikh 12:13-14, Raja Rehabeam menunjukkan dirinya kuat dalam pemerintahannya di Yerusalem. Rehabeam berumur empat puluh satu tahun pada waktu ia menjadi raja, dan tujuh belas tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem, kota yang dipilih TUHAN dari antara segala suku Israel untuk membuat nama-Nya tinggal di sana. Nama ibunya ialah Naama, seorang perempuan Amon. Ia berbuat yang jahat, karena ia tidak tekun mencari TUHAN.

“Tidak tekun mencari Tuhan” ini sebenarnya sebuah ekspresi lain yang mengatakan “ ia berbuat jahat, karena ia tidak mengarahkan hatinya kepada Allah”. Rehabeam mengarahkan hatinya kepada kehidupan orang berdosa, dia menolak kebenaran dan hidup sesuai dengan keinginannya sendiri. Akhir kehidupannya menjadi sangat tragis. Tentu setiap kita tidak mau akhir hidup kita ditulis seperti akhir hidup Rehabeam, untuk itu marilah kita membangun kehidupan yang teruju kepada Tuhan, supaya hidup kita berkenan dihadapannya.

Tuhan YESUS MEMBERKATI

Rangkuman Khotbah

Pdt. Soerono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *