How Low Can You Go

June 21, 2024 0 Comments

Renungan Harian, Jumat 21 Juni 2024

Di tahun 1990-an ada sebuah iklan yang memiliki tagline: How low can you go? Ini adalah peribahasa dari bahasa Inggris yang memiliki arti: Seberapa rendahkah hidupmu? Yang dimaksudkan bukanlah rendah dalam hal kedudukan, status sosial, melainkan tabiat dan prilaku. Kata “rendah” di sini menunjuk pada bagaimana seseorang bisa melakukan sesuatu yang tidak layak dan tidak bermoral.

Titik Terendah

Dalam teks Alkitab 1 Raja raja 12, kita menyaksikan salah satu titik terendah dalam sejarah bangsa Israel, Setelah Raja Salomo wafat, Di sekitar tahun 930 SM negara terpecah menjadi dua kerajaan: Israel (termasuk kota Sikhem dan Samaria) di utara dan Yehuda (termasuk Yerusalem) di selatan. Takhta kerajaan Yehuda diteruskan kepada Rehabeam, putra Salomo.

Sebagai raja, Rehabeam ternyata tidak dapat memimpin sebaik ayahnya. Kepemimpinan yang buruk itu tampak pada perilaku masyarakat Yehuda. Pada ayat 25-33, dikatakan bahwa orang-orang Yehuda melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, bahkan melebihi apa yang telah diperbuat nenek moyang mereka. 

Benarlah nas dalam Mazmur 1:1 yang mengatakan: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik.”

Kesalahan Rehabeam adalah dia lebih menuruti nasihat orang-orang muda yang tidak berpengalaman dan kurang berhikmat yang memandang rendah penasehat penasehat tua yang melayani pada masa pemerintahan ayahnya yaitu Salomo. Mereka adalah orang orang sombong, yang menganggap orang lain tidak bijaksana dan tidak memiliki hikmat serta tidak memiliki belas kasihan terhadap orang orang yang lemah.

KESOMBONGAN menjadi masalah serius dalam kehidupan.

Seseorang menjadi sombong, saat ia MERASA berada di titik lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain (memandang rendah orang lain). Jebakan kesombongan bisa terjadi ketika menempatkan pangkat, jabatan, kekuasaan, keadaan fisik, harta kekayaan, bahkan juga karena bidang kemampuan intelektual lainnya, sebagai standard NILAI DIRI

1 Korintus 4:6-14

Konteks yang Sedang Terjadi

Manusia cenderung untuk memiliki hubungan dengan mereka yang secara status sosial sejajar, atau kalau memungkinkan, lebih tinggi. 

Dan biasanya, pertemanan dengan mereka yang secara status sosial lebih “rendah”, apalagi dianggap “sampah”, akan dihindari karena berisiko menjatuhkan pamor atau status seseorang di mata masyarakat.  Faktor sosial seperti ini yang menjadi penyebab konflik yang terjadi diantara jemaat Korintus dengan Paulus. • Mereka menganggap Paulus yang kerap menderita (ayat 11-13), • Paulus memiliki kelemahan fisik (“lemah”, 10, 2Korintus 12:7), • dan Paulus menghidupi diri dari pekerjaan yang relatif kasar (ayat 12)

Hal itu dianggap tidak layak untuk tetap dekat dan melayani jemaat Korintus, jemaat yang kaya dalam karunia dan berkat. “Tidakkah akan terasa lucu bila Injil berkat melimpah yang jaya itu diberitakan oleh seorang malang, rendah, lemah dan hina (ayat 9-10)?”  Paulus mengkoreksi pandangan yang salah ini dengan SARKASTIK/SINDIRAN: mereka mulia sementara Paulus dan rekan-rekannya hina, dan seterusnya (ayat 8-10).SINDIRAN ini bertujuan menyadarkan jemaat Korintus bahwa manusia yang rohani, menerima Roh Allah, memiliki hikmatNya, dan bermegah dalam-Nya, Kesadaran diri sebagai seorang hamba.

Paulus menunjukkan bahwa dalam penderitaan yang dialami oleh dirinya dan kawan-kawan rekan sekerjanya justru membawa mereka kepada KESERUPAAN dengan KRISTUS (ayat 9-13 dengan Yesaya 53:2b-3).

1 Korintus 4:9-13. Sebab, menurut pendapatku, Allah memberikan kepada kami, para rasul, tempat yang paling rendah, sama seperti orang-orang yang telah dijatuhi hukuman mati, sebab kami telah menjadi tontonan bagi dunia, bagi malaikat-malaikat dan bagi manusia. Kami bodoh oleh karena Kristus, tetapi kamu arif dalam Kristus. Kami lemah, tetapi kamu kuat. Kamu mulia, tetapi kami hina. Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara, kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini.

SERUPA Dengan KRISTUS

Yesaya 53:2-3, Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan.

Rangkuman Firman Tuhan

Pdt. Budi Wahono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *