Ibadah yang Sia-sia

July 1, 2023 0 Comments

Renungan Harian, Sabtu , 01 Juli 2023

Bacaan: IITimotius 3:1-9

Nats: IITimotius 3:5, “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu “.

Syalom saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus.

            Saya pernah berpikir dan bertanya-tanya kenapa ya orang sama-sama pergi beribadah, menyanyi lagu yang sama dan mendengar firman Tuhan yang sama tapi hasilnya berbeda ?! Yang satu hidupnya diubahkan, ada dampak dalam ibadah tapi yang lain tidak berdampak sehingga hidupnya tidak ada perubahan. Ini yang sering kita lihat dalam kita beribadah.

            Saudara-saudara yang terkasih, jangan sampai kita beribadah tetapi kehilangan kekuatannya. Sebab dalam ibadah ada kuasa Tuhan yang sedang bekerja dan sanggup mengubahkan siapapun yang percaya.  Jangan sampai kita menganggap bahwa ibadah hanya program atau rutinitas, sehingga sekalipun terlihat beribadah dan memuliakan Tuhan, hati kita sebenarnya jauh dari Allah  ( bandingkan dlm ( Yes 29 : 13 l).

            Hal ini sebetulnya bukanlah hal baru karena sudah pernah disinggung sejak lama di dalam Alkitab. Paulus menggambarkan sebuah salah satu fenomena yang akan semakin marak menjelang hari-hari akhir. “Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.” (2 Timotius 3:5) Ini adalah satu dari sekian banyak hal serius yang digambarkan Paulus sebagai “masa yang sukar”. (ay 1).

            Ia menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan masa sukar disini adalah semakin jatuhnya manusia dalam mementingkan dirinya sendiri dan menjadi hamba uang, arogansi atau kesombongan, fitnah, melawan orang tua, tidak tahu terima kasih, membenci hal-hal rohani, tidak mengasihi, sulit berdamai, suka menjelek-jelekkan orang lain, tidak dapat mengendalikan diri, pemarah, kejam, tidak suka berbuat baik, penghianat, berpikir pendek atau naif, sok tahu dan lebih mengikuti hawa nafsu daripada menuruti kehendak Allah. (ay 2-4).

Sikap-sikap seperti ini justru lahir dari orang-orang yang rajin menjalankan ibadah seperti yang disebutkan dalam ayat 5 di atas, dan ini merupakan teguran buat kita juga yang secara fisik hadir di gereja, bernyanyi, berdoa dan sebagainya, tetapi hanya sebagai sebuah ritual atau kebiasaan atau tradisi semata tanpa mengalami pertumbuhan iman apapun di dalam melakukan itu semua. Akibatnya kita memang beribadah, tetapi kita sendiri malah memungkiri kekuatannya. Kita berdoa, tetapi malah menolak atau meragukan inti dari beribadah itu sendiri.

            Beribadah itu sangatlah penting. Paulus pun mengingatkan kita untuk terus melatih diri beribadah dengan tekun. “Latihlah dirimu beribadah”. (1 Timotius 4:7b). Mengapa harus dilatih? Karena jika latihan jasmani dapat memberikan manfaat dalam hidup di dunia ini, latihan rohani itu bisa berguna lebih dari itu. “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” (ay 8).

Akan tetapi menjalankan ibadah pun harus disertai niat yang benar, agar semuanya tidak berhenti hanya menjalankan tradisi sesuai kebiasaan atau tata caranya saja, melainkan bisa membangun rohani kita bertumbuh semakin besar, berakar semakin dalam, sehingga kita tidak melakukan hal yang ironis dengan meragukan atau memungkiri sendiri kekuatan di balik ibadah-ibadah yang kita lakukan itu.

            Tuhan tidak menginginkan kita hanya tampil hebat sebatas kulit saja. Tuhan tidak suka apabila kita mementingkan tata cara dan hal-hal lain di luar membangun kedekatan hubungan denganNya, Tuhan tidak suka ketika kita hanya ingin terlihat rohani dari luar sementara di dalam iman kita malah tidak jelas bentuknya. Tuhan suka melihat anak-anakNya yang rajin beribadah karena haus akan hadiratNya, rindu untuk terus bertemu dan mendengar pesan-pesanNya, dan tentu saja yang menunjukkan imannya secara nyata di dalam kehidupannya sehari-hari. Kita bukanlah hidup untuk menarik perhatian manusia saja, tetapi justru yang terpenting adalah menghidupi sebuah kehidupan yang berkenan di bagiTuhan.

Tuhan memberkati.

EW

One thought on “Ibadah yang Sia-sia”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *