Renungan Harian Senin, 24 Oktober 2025
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang ada dengan sendirinya. Setiap kita hadir karena dilahirkan oleh orang lain, dan rantai kehidupan ini bermula dari Adam dan Hawa — keluarga pertama yang Allah ciptakan. Sejak awal, keluarga bukanlah gagasan manusia, melainkan rancangan ilahi.
Sebelum ada bangsa, pemerintahan, bahkan gereja, Allah terlebih dahulu membentuk keluarga. Keluarga adalah lembaga pertama dan tertua di bumi — lembaga surgawi yang dibentuk oleh tangan Allah sendiri. Namun, ketika dosa masuk, rancangan indah itu mulai rusak. Manusia kehilangan kemuliaan dan gambar Allah.
Tetapi rencana Allah tidak berubah — Ia rindu mengembalikan keluarga kepada tujuan semula: menjadi tempat Allah dimuliakan, Allah dinikmati, dan Allah memberkati.
1️. Keluarga: Tempat Allah Dimuliakan
📖 Yesaya 43:7. “Semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!”
📖 Kejadian 1:26–27 “Berfirmanlah Allah: Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita… Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya… laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”
Keluarga adalah wadah pertama di mana kemuliaan Allah dinyatakan. Allah menciptakan manusia — laki-laki dan perempuan — bukan untuk hidup terpisah, tetapi untuk mencerminkan gambar dan rupa-Nya melalui kesatuan mereka.
Suami dan istri dipanggil menjadi tim Allah, yang saling melengkapi dan membangun, bukan saling menjatuhkan. Dalam perbedaan karakter dan kepribadian, Allah menempatkan kasih dan harmoni agar melalui hubungan suami-istri, dunia melihat pantulan kemuliaan-Nya.
Di dalam keluarga, kita belajar tentang karakter Kristus — kasih, pengampunan, kesabaran, dan pengendalian diri. Keluarga menjadi tempat pembentukan rohani yang sesungguhnya, di mana “besi menajamkan besi” dan setiap pribadi ditempa untuk semakin serupa dengan Kristus.
💡 Prinsip penting: “Jadikan Firman Tuhan sebagai standar hidup, dan jadilah tim yang saling membentuk, bukan menghancurkan.”
2️. Keluarga: Tempat Allah Dinikmati
📖 1 Yohanes 4:16b “Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”
Kasih adalah inti dari natur Allah, dan keluarga adalah cerminan kasih Allah Tritunggal. Di dalam relasi antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus, ada kesatuan, kerendahan hati, dan sukacita memberi — bukan karena kewajiban, tetapi karena kasih. Demikian pula keluarga dipanggil untuk menjadi tempat di mana kasih Allah dihidupi dan dinikmati setiap hari.
Rumah bukan sekadar tempat tinggal (house), tetapi home — tempat hati beristirahat, di mana setiap anggota keluarga diterima apa adanya. Di sana kita belajar memberi tanpa pamrih, mengampuni tanpa syarat, dan mengasihi tanpa batas.
Saat kasih menjadi fondasi, rumah menjadi tempat di mana Allah hadir dan damai sejahtera-Nya mengalir.
💡 Renungan hati: “Jadilah pribadi yang seperti Allah Tritunggal — hidup dalam kasih, kesatuan, dan kebersamaan.”
3️. Keluarga: Tempat Allah Memberkati
📖 Kejadian 1:28 “Allah memberkati mereka.”
Sejak awal penciptaan, Allah memberkati keluarga pertama. Berkat itu tidak hanya berupa keturunan, tetapi juga tanggung jawab untuk mengelola dan menjadi berkat bagi ciptaan lainnya.
Keluarga yang diberkati adalah keluarga yang menjadi saluran berkat — bukan hanya menerima, tetapi juga memberi.
Berkat Allah tidak akan berhenti mengalir jika kita membuka salurannya melalui ketaatan, kesatuan, dan kemurahan hati. Keluarga yang saling melayani, saling menopang, dan murah hati kepada sesama adalah keluarga yang hidup dalam arus berkat Allah yang tidak pernah kering.
💡 Prinsip hidup: “Jadilah penyalur berkat Allah, bukan penampung berkat semata.”
Ranungan Hari ini mengajarkan kita bahwa Keluarga adalah rancangan surgawi yang diciptakan Allah untuk menjadi:
- Tempat Allah dimuliakan — melalui kesatuan dan karakter Kristus dalam hubungan.
- Tempat Allah dinikmati — melalui kasih, penerimaan, dan keintiman rohani.
- Tempat Allah memberkati — melalui kemurahan hati dan ketaatan menjadi berkat bagi sesama.
Ketika keluarga kembali kepada rancangan semula, maka doa Yesus menjadi nyata dalam kehidupan kita: “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi — di keluargaku — seperti di surga.”
Keluarga bukan sekadar unit sosial, tetapi tempat kehadiran Allah dinyatakan setiap hari. Di sana kita belajar bagaimana mengasihi seperti Kristus, hidup dalam kesatuan seperti Tritunggal, dan menyalurkan berkat seperti Bapa yang murah hati.
Jika setiap keluarga Kristen kembali menjadikan Firman Tuhan sebagai fondasi, kasih sebagai bahasa, dan pelayanan sebagai gaya hidup, maka dari setiap rumah akan mengalir kemuliaan Allah yang menerangi dunia. Keluarga yang hidup dalam rancangan Allah bukan hanya diberkati, tetapi menjadi alat bagi Kerajaan Allah di bumi.
✨ Hikmat Hari Ini
“Keluarga bukan sekadar tempat tinggal, tetapi tempat di mana kemuliaan Allah dinyatakan, kasih Allah dialami, dan berkat Allah mengalir. Ketika Kristus menjadi pusat keluarga, rumah kita menjadi gambaran surga di bumi.”
Rangkuman Khotbah
Pdt Ester Budiono
Keluarga di Mata Allah
Focus Keyphrase:
keluarga di mata Allah
Meta Description (untuk Yoast SEO):
Temukan makna sejati keluarga menurut pandangan Allah—tempat di mana Allah dimuliakan, dinikmati, dan memberkati. Renungan ini menolong keluarga Kristen memahami rancangan ilahi untuk hidup dalam kasih dan menjadi saluran berkat.