Kepuasan yang Sejati

June 7, 2024 0 Comments

Renungan Harian Jumat, 07 Juni 2024

Surat Rasul Paulus kepada jemaat yang ada di kota Filipi

Filipi 4:11-13 … Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Manusia pada umumnya dan termasuk orang Kristen selalu merasa tidak puas dalam berbagai aspek.

Rasa tidak puaslah yang mendorong semua orang untuk memuaskan keinginannya dengan berbagai cara. Ada bekerja secara total dan tidak kenal lelah dan tidak kenal waktu, namun tetap saja tidak merasa puas, dan selalu merasa hasil yang didapatkan tidak cukup dengan apa yang diinginkannya Sudah punya 1 rumah, namun tidak puas, masih ingin rumah ke dua, ketiga, keempat dan seterusnya.

Ada yang sudah memiliki harta miliaran sampai triliunan, tapi tetap saja tidak puas makanya korupsi menjadi solusinya, melakukan tindakan yang melawan hukum hanya untuk memuaskan hasrat keinginannya. Dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan lainnya yang selalu terkait dengan rasa puas.

K.E.P.U.A.S.A.N

Kepuasan itu tidak terletak pada hasil akhir, melainkan justru pada proses perjuangan yang diusahakan dan diupayakan.

Rasul Paulus mengatakan: “sebab aku telah BELAJAR mencukupkan diri dalam segala keadaan”Filipi 4:11. Di sini rasul Paulus BELAJAR untuk MENGUCAP SYUKUR dan MENCUKUPKAN diri dalam segala keadaan.

Ingat akan petani yang kehilangan kuda satu-satunya yang dia miliki karena lari ke hutan?

Ketika para tetangganya datang mengungkapkan simpatinya dia hanya berkata: “ya…, nasib baik, nasib buruk siapa tahu?”. Ehh.. tak berapa lama kudanya yang hilang itu pulang dengan membawa serombongan kuda liar. Kini para tetangganya datang mengucapkan selamat karena ternyata kuda petani tersebut bukan hanya telah kembali tetapi juga membawa banyak sekali kuda liar dari hutan. Petani tersebut tetap saja berkata: “ya…, nasib baik, nasib buruk siapa tahu?”. Suatu hari ketika anak laki-laki satu-satunya yang ia miliki itu mencoba menaiki salah satu kuda liar, ia terjatuh dan kakinya patah. Para tetangga kembali datang dan berpendapat bahwa ternyata apa yang disangkanya berkat, malah menjadi bencana bagi si petani. Anak satu-satunya kini cacat. Tetapi si petani berkata : “ya, nasib baik, nasib buruk siapa tahu?” Tak lama kemudian terjadi perang dan tentara datang ke desa desa untuk membawa semua anak laki laki yang sehat dan tak cacat untuk wajib perang, dan anak petani yang cacat kakinya tadi tidak ikut wajib perang. Semua tetangga kembali mengatakan betapa beruntungan petani tersebut.  Ya, nasib baik, nasib buruk siapa tahu?

Yang MEMUASKAN adalah PROSESNYA

Kenali Takaran diri sendiri, jangan mengukurnya dengan TAKARAN orang lain.
Setiap manusia memiliki TAKARANNYA sendiri, Tuhan mempercayakan setiap manusia dengan TAKARAN yang berbeda beda.

Rasul Paulus mengatakan: “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan” – Filipi 4:12.

Bahwa hidup itu ya memang naik turun. Ada kalanya kita seperti ulat yang bisa menikmati apa saja, tetapi adakalanya kita seperti kepompong yang tak bisa bergerak, seperti terperangkap dalam gelap dan tak bisa bergerak. Tetapi akan ada waktunya pula dimana semua ikatan dan himpitan itu terkuak dan kita menjadi kupu-kupu indah yang bisa terbang tinggi.

Karena itu terima saja semua sisi kehidupan secara fair dan tangguh. Jalani saja, yang penting jangan sombong saat berkelimpahan berkat dan kemudahan. Jangan pula “nglokro” alias terpuruk saat kesulitan datang menghimpit. Sadari semua ritme hidup dan jalani saja dengan berani. Pegang prinsip It shall pass too..yup semua pasti akan berlalu.

TUHAN MENANTIKAN untuk DIPUASKAN

Jika untuk KEPUASAN kita, kita selalu MEMBUTUHKAN Tuhan untuk memenuhinya, pernahkah kita memikirkan tentang apa yang MEMUASKAN HATI TUHAN ?

“Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut dari TUHAN daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” – Mikha 6:8

“MEMUASKAN hati Tuhan”, dengan berlaku adil dalam hidupnya; mencintai kesetiaan (dalam terjemahan aslinya heset berarti belas kasihan) dan hidup rendah hati di hadapan-Nya.

Oleh sebab itu, dalam segala daya dan upaya kita untuk menyenangkan hati Tuhan, kita perlu menguji diri kita sendiri dengan mempertanyakan beberapa pertanyaan berikut:

Apakah saya berlaku adil dalam berhubungan dengan sesama?

Apakah saya menyatakan belas kasihan kepada sesama?

Apakah saya terus memacu hidup dengan rendah hati di hadapan Tuhan dan manusia?

Sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah” – Kolose 1:10

Pdt. Budi Wahono

Bacaan Alkitab hari ini : Kitab Hakim-Hakim Pasal 20 dan 21

https://elohim.id/bacaan-alkitab-jumat-07-juni-2024/ 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *