KETIKA KEADAAN TIDAK SEPERTI YANG KITA HARAPKAN

September 17, 2024 0 Comments

Renungan Harian Youth Selasa, 17 September 2024

Pembacaan: 1 Raja-raja 19:3-4

Syalom rekan-rekan Youth semuanya, hari ini kita akan Kembali merenungkan Firman Tuhan dengan tema “Ketika keadaan tidak seperti yang kita Harapkan”

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “keadaan” memiliki beberapa arti: 

1. Sifat atau perihal suatu benda atau situasi. 

2. Suasana atau situasi yang sedang berlaku.

Pertanyaan yang patut kita renungkan adalah Pernahkah kita merasa kehilangan kekuatan iman ketika dihadapkan pada suatu keadaan tidak begitu genting? Banyak anak Tuhan mampu menghadapi situasi sulit yang besar dengan iman yang teguh, fokus kepada Tuhan. Namun, mengapa terkadang kita justru merasa khawatir, takut, atau lemah ketika menghadapi persoalan yang tampak sepele? Banyak anak Tuhan tidak mewaspadai benih keraguan dapat menggerus iman kita

Kisah Elia: Nabi Besar dengan Iman yang mengalami kerapuhan

Elia adalah seorang nabi besar dan pemimpin penting dalam sejarah bangsa Yahudi. Sekitar tahun 850 SM, Elia diutus oleh Allah untuk berbicara kepada bangsa Israel. Dalam hidupnya, Elia melakukan berbagai mukjizat yang luar biasa:  Dia menubuatkan kelaparan yang terjadi di Israel (1 Raja-raja 17).  Ia menghidupkan kembali anak seorang janda di Sarfat.  Elia bahkan mengalahkan 450 nabi Baal di Gunung Karmel (1 Raja-raja 18).

Saat itu, Elia berdiri teguh dengan iman yang luar biasa, mendeklarasikan keyakinannya kepada Tuhan di puncak Gunung Karmel, sepenuhnya percaya bahwa Tuhan akan menjawab doanya. Namun, setelah kemenangan besar itu, iman Elia tiba-tiba jatuh ke titik nol hanya karena ancaman dari Izebel, seorang ratu yang penuh dendam. Elia menjadi putus asa, merasa tak berdaya, bahkan ingin mati.

Apa yang Membuat Iman Elia Jatuh? Ketika berhadapan dengan para nabi Baal, Elia sepenuhnya berfokus pada pekerjaan Tuhan (1 Raja-raja 18:21). Namun, saat diancam oleh Izebel, fokusnya berubah—ia beralih dari Tuhan kepada dirinya sendiri. Ia takut akan kematian di tangan Izebel, dan ketakutannya itulah yang melumpuhkan imannya.

Rasa takut dan kekhawatiran tumbuh ketika kita terlalu memikirkan keterbatasan kita, daripada melihat kekuatan Tuhan.  Bukan hanya Elia yang mengalami kejatuhan iman seperti ini. Beberapa tokoh besar lainnya dalam Alkitab juga mengalami momen kelemahan:

  • Abraham, yang dikenal sebagai bapa orang beriman, pernah berbohong tentang istrinya, Sara, di hadapan Firaun karena takut akan keselamatannya sendiri (Kejadian 12:12). 
  • Daud, raja besar yang menulis banyak mazmur yang memuji kesetiaan Tuhan, pernah berseru, “Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” (Mazmur 22:2). 
  • Musa, yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dengan mukjizat yang luar biasa, pernah merasa putus asa di Masa dan Meriba, memohon kepada Tuhan, “Apa yang harus aku lakukan kepada bangsa ini? Sebentar lagi mereka akan melempari aku dengan batu” (Keluaran 17:4).

Elia, Abraham, Daud, dan Musa adalah pahlawan iman yang dipakai Tuhan untuk mendemonstrasikan kuasa-Nya. Namun, pengalaman mereka menunjukkan bahwa mereka bukanlah manusia super yang kebal terhadap kegagalan atau kelemahan. Mereka juga mengalami momen ketakutan, putus asa, dan keraguan.

Ketika kita menghadapi masa-masa sulit dalam kehidupan kita, sangat wajar jika kita merasa letih dan patah semangat, bahkan mulai meragukan penyertaan Tuhan. Namun, kita tidak perlu berkecil hati ketika perjalanan iman kita terasa seperti grafik yang menurun. Sama seperti Elia, kita mungkin merasa bahwa segala sesuatu yang baik tampak mustahil terjadi dalam hidup kita. Tapi kita harus ingat, Tuhan tidak ingin kita menyerah.

Tuhan memiliki rencana indah bagi setiap kita di masa depan, meskipun keadaan sering kali tidak seperti yang kita harapkan.

Ketika kita merasa rapuh dan lemah, mari kita periksa diri: apakah kita terlalu berfokus pada kelemahan dan keterbatasan diri kita? Semakin kita fokus pada diri sendiri, semakin kita merasa tidak berdaya. Sebaliknya, jika kita ingin kembali menjadi kuat dan bersemangat, mulailah berfokus pada Tuhan.

Kembali Berfokus pada Tuhan

Berfokus pada Tuhan mengubah cara pandang kita. Kita tidak lagi terjebak dalam kelemahan diri sendiri, melainkan menyadari kekuatan Tuhan yang senantiasa menyertai kita. Tuhan ingin kita terus maju, berani melangkah, dan percaya pada janji-Nya.

Jika saat ini kita merasa lelah, rapuh, atau patah semangat, jangan takut untuk mengungkapkan segala kelemahan kita kepada Tuhan. Dia setia memberikan kekuatan dan pemulihan kepada setiap hati yang berserah kepada-Nya. Fokuslah pada Tuhan, dan biarkan Dia mengubah kelemahan kita menjadi kekuatan yang luar biasa.

Tuhan Yesus memberkati

AH – DOT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *