Tiga Petunjuk Praktis

September 16, 2024 0 Comments

Renungan harian Senin, 16 September 2024

Saudara-saudara, pagi ini kita akan belajar dari Firman Tuhan yang sangat sederhana, hanya tiga petunjuk praktis yang diambil dari Filipi 4:4-7. Tiga petunjuk ini bukan hanya untuk dipikirkan, tetapi lebih penting untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mari kita buka bersama Filipi 4:4-7, yang berbunyi:

  • “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah!”
  • “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!”
  • “Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”

Dari ayat ini, kita dapat melihat tiga perintah yang jelas:

1. Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan – Ini adalah perintah pertama. Tuhan menghendaki kita untuk senantiasa bersukacita, bukan hanya sesekali, tetapi dalam setiap waktu.

2. Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang – Perintah kedua mengajarkan kita untuk hidup dengan kebaikan yang nyata dan dirasakan oleh semua orang di sekitar kita.

3. Jangan khawatir tentang apapun juga – Perintah ketiga adalah untuk menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Tuhan melalui doa, permohonan, dan ucapan syukur.

Namun, sering kali kita merasa sulit untuk selalu bersukacita. Apakah kita mampu untuk selalu bersukacita? Apakah mungkin untuk melaksanakan perintah Tuhan ini setiap saat? Sering kali, kita merasa ada masalah ketika kita tidak dapat bersukacita terus-menerus.

Lalu, apa sebenarnya sukacita yang dimaksud oleh Paulus? Dalam bahasa Yunani, kata yang digunakan untuk sukacita adalah “Kara” Ini berbeda dari happiness atau kegembiraan sementara yang ditentukan oleh faktor luar, seperti menonton komedi yang membuat kita tertawa sesaat. “Kara” adalah sukacita yang berasal dari dalam, sebuah kondisi hati yang diciptakan oleh Roh Kudus dalam diri kita.

Roh Kudus adalah sumber sukacita sejati, dan sukacita ini memberikan kekuatan yang luar biasa. Dalam Nehemia 8:10 dikatakan, “Sukacita dari Tuhan adalah kekuatan kita.” Jadi, ketika kita memiliki sukacita dari Tuhan, kita memiliki kekuatan untuk menghadapi segala situasi, bahkan dalam kondisi sulit sekalipun.

Paulus sendiri menulis surat Filipi ini saat berada di dalam penjara, namun dia tetap bisa berkata, “Bersukacitalah senantiasa!” Hal ini membuktikan bahwa sukacita sejati tidak ditentukan oleh keadaan di luar, tetapi oleh hubungan kita dengan Tuhan dan karya Roh Kudus dalam hidup kita.

Karena itu, mari kita izinkan Roh Kudus untuk menciptakan sukacita sejati dalam hati kita. Sukacita ini akan menjadi kekuatan kita dalam menjalani hidup, dan kita akan mampu menghadapi setiap tantangan dengan penuh damai dan semangat. Dengan demikian, kita dapat bekerja tanpa lelah, melayani tanpa henti, karena sukacita dari Tuhan selalu ada dalam diri kita.

Tentu! Berikut adalah lanjutan dari transkrip dalam bahasa Indonesia:

Saudara-saudara, di dalam kesaksian hidup saya, saya berasal dari keluarga besar dengan sembilan bersaudara. Sebenarnya, saya adalah anak kesepuluh, namun kakak saya yang ketiga meninggal saat masih bayi. Awalnya, kami semua bukan anak-anak Tuhan. Kami tinggal di kampung yang memiliki gereja, dan yang menarik perhatian kami adalah kebaikan orang-orang Kristen di sana. Mereka begitu baik, dan hal itu menjadi pertanyaan bagi kami. Kami sering bertanya-tanya, bagaimana mungkin orang bisa begitu baik setelah menjadi anak Tuhan? Melalui pertolongan Tuhan, masing-masing dari kami akhirnya membuat keputusan sendiri-sendiri untuk mengikuti Tuhan. Kami mengalami krisis hidup dan bertemu dengan Tuhan secara pribadi, sehingga iman kami menjadi kuat. Setelah kami menjadi Kristen, kami menyadari bahwa kebaikan hati bukanlah untuk mendapatkan keselamatan, tetapi karena kami telah menerima keselamatan yang sangat mahal itu secara gratis. Keselamatan itu diberikan oleh Tuhan, dan sebagai ungkapan terima kasih, kami berbuat baik kepada sesama. Kebaikan ini adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus dalam diri kami, salah satu buah roh itu adalah kebajikan.

Di abad pertama, gereja berkembang dengan luar biasa. Dari hanya 120 orang, dalam waktu 30 tahun gereja sudah menyebar ke berbagai bangsa dan negara. Eusebius, seorang bapak gereja, menulis bahwa orang-orang di luar gereja berkata, “Lihatlah betapa mereka saling mengasihi satu dengan yang lain, dan kasih mereka melimpah kepada kami.” Kasih orang Kristen menjadi daya tarik yang luar biasa, sehingga orang-orang tertarik untuk menjadi pengikut Kristus.

Tuhan Yesus masih berharap kita, sebagai umat-Nya, bisa menunjukkan kasih yang sama. Jika Tuhan kita baik, gereja mula-mula baik, maka kita juga harus baik, bukan karena kemampuan kita sendiri, tetapi karena Roh Kudus yang bekerja dalam diri kita.

Amin

Rangkuman Khotbah

Pdt. Gatut Budiono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *