Lebih dari Segalanya

November 7, 2023 0 Comments

Bacaan : Mazmur 73

Nats : Mazmur 73:25-26, Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.  Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap,  gunung batuku  dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.

Syalom bapak Ibu saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus . . . . .

                Hidup di dunia sebagai anak-anak Tuhan tidaklah mudah. Sementara kita berusaha menjalani hidup sesuai kehendak Tuhan, kita banyak melihat kehidupan orang-orang di luar Tuhan lebih sukses dan terberkati. Selagi kita berusaha untuk mengasihi, mereka terus menekan kita. Ada kalanya, mereka bukan hanya mencemooh cara hidup kita, tetapi juga Tuhan. Lalu, timbullah pertanyaan dalam hati kita. Mengapa Tuhan diam saja?

                Kita tidak sendirian dalam hal ini. Penulis Mazmur 73, Asaf, juga mempertanyakan hal yang sama. Ia tidak mengerti, kenapa Tuhan membiarkan hidup orang fasik lebih beruntung daripada orang benar (ay.4-12). Sedangkan orang-orang benar banyak yang tertindas. Hati Asaf memberontak. Ia dikuasai kemarahan serta kepahitan. Ia merasa sia-sia mempertahankan hidup benar (ay.13). Namun, di tengah kegusarannya, ia tidak meninggalkan Tuhan. Justru, ia mencari hadirat Tuhan dan masuk ke tempat kudus-Nya. Di sanalah, Tuhan memperlihatkan kehendak-Nya (ay.17-20). Sampai Asaf memahami, jalan mereka yang jahat dan membawa kesenangan sesungguhnya adalah tempat-tempat yang licin. Pada akhirnya, Tuhan akan menghancurkan mereka. Asaf pun menyadari, sedikit lagi ia tergelincir masuk ke jalan yang sama dengan orang-orang fasik.

                Menginginkan kehidupan yang sukses dan terberkati tidaklah salah. Namun, jangan sampai semua keinginan itu merebut ruang bagi Allah dalam hati kita. Apalah artinya harta, kesuksesan, dan masa depan kita tanpa Tuhan? Manakah yang lebih baik? Meraih segala sesuatu yang kita inginkan di dunia ini? Atau memperoleh Tuhan sebagai satu-satunya milik kita? Bukankah pada akhirnya, Tuhanlah yang memahami segala kebutuhan kita? Seperti Asaf, teruslah mendekat kepada Tuhan. Biarkan Tuhan menuntun hidup kita dengan hikmat-Nya. Hanya dengan demikian, semua kekuatiran terlepas dari hati kita. Ketika kita memiliki hati yang menginginkan Allah di atas segalanya, maka Dia akan membuat kita memahami rancangan-Nya yang terlebih indah dari segalanya di muka bumi ini.

Marilah kita minta ampun apabila selama ini hati kita masih melekat pada apa yang ada di dunia ini. Kiranya Tuhan mmemberikan kita hati yang menginginkan Tuhan “terlebih dari segalanya.”

Tuhan Yesus Memberkati

TC

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *