MARAH itu MANUSIAWI

Renungan Harian Jumat, 16 September 2022
Syalom bapak ibu yang dikasihi oleh Tuhan, kiranya berkat Tuhan melimpah dalam kehidupan kita semuanya
Bapak ibu … Siapapun bisa marah. Tak ada seorang pun di dunia ini, rasanya, yang tak pernah marah. Marah adalah ekspresi emosi yang manusiawi. Ada banyak alasan kita marah. Namun, yang pasti, kemarahan adalah ekspresi kekecewaan dari kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan atau diinginkan. Disamping itu juga, Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa bersalah kepada diri sendiri atas kebodohan yang dilakukan.
Marah adalah emosi yang dirasakan ketika sesuatu atau seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai keinginan Anda. Marah bisa dirasakan siapa saja dan merupakan reaksi normal seseorang terhadap suatu kejadian. Namun, jika emosi ini tidak dikendalikan, ini bisa menjadi masalah antara Anda dengan orang-orang di sekitar Anda. – KOMPAS.com –
Yang berbahaya dari kemarahan adalah cara mengalirkan atau mengekspresikan kemarahan.
Ada orang yang mengekspresikan kemarahan dengan merusak, menyakiti, dan melukai orang lain.
Munculnya sebuah Keinginan yang tidak bisa dibendung agar rasa sakit dan luka yang dialami ini juga dialami dan dirasakan orang lain. Perasaan yang ingin tersampaiakan : “kalau saya terluka atau tersakiti, maka kamu juga harus tahu seperti apa rasanya disakiti” Artinya, kemarahan itu menjadi berkali lipat merusak hidup kita sendiri dan orang lain disekitar kita.
Namun, Janganlah pernah membiarkan kemarahan itu terus menguasai diri kita berlarut-larut. Lihatlah ayat berikut ini: “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” (Efesus 4:26-27).
Ada beberapa hal yang bisa menjadi catatan kita akan bahaya yang terkandung di balik sebuah kemarahan. Kemarahan yang kita biarkan berlarut-larut akan menjadi lahan permainan yang sangat menarik bagi iblis. Itu sama dengan membuka kesempatan bagi iblis untuk menjebak dan menjerumuskan kita. Dengan membiarkan kemarahan, itu artinya kita memberi ruang gerak seluas-luasnya bagi iblis untuk menari dan berpesta pora untuk menghancurkan kita.
Alkitab mengingatkan agar kita tidak membiarkan amarah menguasai diri kita. Daud mengingatkan: “Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.” (Mazmur 37:8). Panas hati penuh rasa marah hanya akan mengarahkan kita masuk kepada berbagai kejahatan yang nanti akan menyusahkan kita juga. Sementara dalam Pengkotbah kita bisa melihat ayat lainnya yang berbunyi: “Janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh.” (Pengkotbah 7:9).
Ada pertanyaan yang harus kita jawab sebelum MARAH adalah Untuk apa kita MARAH ? Apakah DAMPAK dari kemarahan kita ?
Yesus, akan menolong kita menjawab pertanyaan tersebut
Dalam Matius 21:12-17 Tuhan Yesus marah dan MENGUSIR para pedagang serta penukar uang di Bait Allah. Bahkan dalam Yohanes 2:15, Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
Yesus mengajarkan kita tentang kemarahan yang BENAR.
Pertama, Yesus marah dengan alasan yang bisa dipertanggungjawabkan secara moral dan spiritual.
Dia marah karena Bait Allah dipakai untuk mencari keuntungan para pedagang dan para imam yang korup dan berkata kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (13) Kemarahan Yesus karena KEPRIHATINAN kepada orang orang pencari keuntungan dalam rumah Tuhan dan para imam yang dengan kesadaran memanipulasi syarat peribadatan untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Kemarahan Yesus karena membenci dosa yang sedang dipertontonkan para pedagang dan para imam yang korup.
Kedua, Yesus tetap menata hati, untuk memisahkan antara kemarahan dengan belaskasihan dalam situasi itu
Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya. (14) Sesaat setelah Yesus membersihkan Bait Allah, Yesus melihat ada orang-orang buta dan timpang yang memohon kesembuhan kepada Tuhan, dan mereka percaya bahwa Yesus adalah pribadi yang berkuasa, Yesus tetap memiliki belas kasihan kepada mereka yang membutuhkan dan menyembuhkan mereka.
MARAH namun tidak terjebak KEBENCIAN
Ketiga, Yesus tidak pernah melukai manusia secara fisik,
Yohanes 2:15, Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
Yesus membuat cambuk untuk menghalau lembu dan kambing domba dari Bait Suci, Yesus tidak membuat cambuk untuk mencambuk para pedagang atau para imam yang korup. Yesus menempatkan manusia yang berdosa sekalipun di tempat yang terbaik di hatiNya, karena DIA mengasihi semua umat manusia, sebagai milikNya dan kerinduanNya yang terbesar bukan menghukum, namun MENYELAMATKAN semua umat manusia
Mari kita belajar untuk bisa mengelola setiap kemarahan yang menghampiri diri kita, tidak salah dengan rasa marah karena itu adalah manusiawi, namun hati-hatilah dalam mengekspersikan kemarahan kita agar tidak memberikan dampak negatif bagi diri sendiri dan juga orang lain
Setiap menit kita MARAH, kita kehilangan 60 detik KEBAHAGIAAN – Ralph Waldo Emerson
Tuhan Yesus memberkati
Rangkuman Materi Elohim Family Fellowship 150922
Pdt. Budi Wahono