Mata yang tertuju kepada Yesus

August 29, 2024 0 Comments

Renungan Harian Kamis, 29 Agustus 2024

Ayat pokok : Wahyu 4:8 “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, yang mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang!”

Manusia terlahir dengan kecenderungan untuk menjadi sombong. Sejak awal sejarah manusia, kesombongan telah menjadi akar dari banyak dosa dan kejatuhan. Kita terlahir dengan kecenderungan untuk melihat diri kita sendiri sebagai pusat dari segala sesuatu. Keinginan untuk menjadi seperti Allah—untuk mengambil tempat yang hanya layak bagi-Nya—adalah dosa pertama yang menjerumuskan manusia ke dalam kerusakan. Ketika Hawa dan Adam tergoda di taman Eden, itu bukan hanya soal memakan buah terlarang; itu adalah soal ingin menjadi seperti Allah, mengetahui yang baik dan yang jahat, dan dengan demikian mengambil kendali atas nasib mereka sendiri.

Keinginan untuk menjadi seperti Allahlah yang pertama kali menjerat dan menarik manusia jatuh dalam dosa. Manusia terobsesi dengan diri sendiri, pencapaian, dan persepsi orang lain serta lingkungan sekitarnya. Kesombongan ini juga yang pada akhirnya menjadi musuh utama kekristenan. Dan sebagai orang percaya kita harus ingat bahwa kebangunan rohani sejati tidak mungkin terjadi jika ada kesombongan. Alkitab dengan jelas menuliskan bahwa kebangunan rohani dan mujizat terjadi karena ada kerendahan hati dan pengagungan hanya kepada Allah.

Wahyu 4 menjelaskan tentang pentingnya kerendahan hati. Pasal ini menggambarkan Yesus di ruang tahta surgawi-Nya: “Di sekeliling tahta itu ada empat makhluk hidup…penuh dengan mata di muka dan di belakangnya. Dan mereka tidak henti-hentinya, siang dan malam berkata: ‘Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang!” (ayat 6-8). Tidak satu pun mata dari keempat makhluk hidup yang matanya tertuju pada diri sendiri. Semua mata tertuju pada Yesus, satu-satunya pribadi yang layak disembah. Gambaran ini memberikan kita pelajaran yang mendalam. Sering kali, kita terperangkap dalam godaan untuk melihat ke dalam diri kita sendiri, menganalisis diri kita, dan berfokus pada apa yang bisa kita capai atau tunjukkan kepada dunia. Namun, Wahyu 4 memanggil kita untuk mengalihkan pandangan kita dari diri kita sendiri kepada Yesus, Sang Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu.

Jika kita melihat keadaan dunia saat ini yang terus menerus memberikan pesan yang berpusat pada diri sendiri. Praktek flexing dan pencitraan di Media sosial tujuannya adalah untuk meningkatkan pencitraan diri. Dan bahkan percakapan sehari-hari seringkali didominasi oleh pertunjukan tentang diri sendiri. Banyak orang dengan mudah terperangkap dalam pusaran ini (tidak terkecuali kita, jika kita tidak waspada) dan lupa bahwa pusat alam semesta bukanlah diri kita sendiri, melainkan Tuhan kita.

Wahyu 4 memberikan perspektif yang mengoreksi pandangan kita yang keliru. Para makhluk hidup itu bukan sekadar hiasan. Mereka adalah makhluk yang penuh dengan mata, melambangkan kewaspadaan dan kesadaran. Namun, kewaspadaan mereka tidak tertuju diri sendiri dan pada hal-hal duniawi, melainkan terfokus sepenuhnya pada kebesaran dan kekudusan Allah.

Bayangkan betapa menakjubkannya para makhluk hidup ini. Mereka tidak pernah berhenti memuji Allah, siang dan malam. Pujian mereka bukanlah sekadar ritual, tetapi ungkapan kekaguman yang tulus terhadap Sang Pencipta.

Bapak, ibu dan saudara yang terkasih. Ketika kita menyadari betapa kecilnya kita di hadapan Allah, kita menjadi lebih bergantung pada Roh Kudus. Kita mulai menjadi pribadi yang memiliki haus dan lapar akan hadirat-Nya dan kuasa-Nya dalam hidup kita. Kita tidak lagi fokus kepada diri sendiri dan mengandalkan kekuatan diri kita sendiri, tetapi bersandar pada kasih karunia-Nya yang menyelamatkan dan Roh-Nya yang membimbing kita. Ketika kita mengalihkan pandangan kita dari diri kita sendiri dan mengarahkan mata kita kepada Yesus, kita akan menemukan bahwa hidup ini jauh lebih bermakna dan dipenuhi dengan damai sejahtera yang sejati.

Jadi, marilah kita bergabung bersama para makhluk hidup di ruang tahta Allah, dan berseru dengan sepenuh hati: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah Yang Mahakuasa, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang!”

Kiranya pujian dan kerendahan hati kita menjadi gaya hidup kita. Amin.

Tuhan memberkati

DS

One thought on “Mata yang tertuju kepada Yesus”

  1. Just wish to say your article is as surprising The clearness in your post is just cool and i could assume youre an expert on this subject Fine with your permission allow me to grab your RSS feed to keep updated with forthcoming post Thanks a million and please keep up the enjoyable work

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *