Melihat yang Tidak Terlihat

Renungan Harian Jumat, 01 Desember 2023
IMAN merupakan HAL UTAMA dalam kehidupan orang Percaya, karena kita hidup hanya oleh IMAN. Akan tetapi, untuk MEMAHAMI pengertian iman bukanlah hal yang mudah. IMAN seolah merupakan hal ABSTRAK yang tidak mungkin untuk dijelaskan
IMAN ~ dapat DIKENALI sebagai sebuah KOMITMEN total kepada Allah atau KESETIAAN penuh kepada-Nya. Kita setia kepada-Nya karena kita mempercayai-Nya. Mempercayai-Nya berarti ber-Iman didalam Dia. Jadi, iman dan kesetiaan terhubung tanpa dapat dipisahkan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan bahwa kata Yunani tentang iman di Perjanjian Baru (pistis) bisa berarti salah satu atau kedua-duanya.
DEFINISI IMAN DALAM IBRANI 11
Untuk memahami iman, mari kita lihat Ibrani pasal 11, pasal yang tak tertandingi (par excellence) tentang iman. Ibrani 11 merupakan satu pasal dalam Alkitab yang memberi satu penjelasan tentang definisi iman. Bagian lain dalam Perjanjian Baru juga berbicara tentang iman, tetapi dengan asumsi bahwa pembacanya sudah memiliki iman, atau mengerti apa itu iman. Di dalam satu pasal ini, yaitu Ibrani 11, kata “iman” (faith) muncul 23 kali, dan “percaya” (believe)” satu kali (ay.6). Banyak contoh dari tokoh-tokoh iman yang luar biasa diberikan. Gelora iman dari para Pahlawan Iman, yang berakar pada hubungan dengan Allah yang hidup, mendapatkan wujudnya dari contoh–teladan hidup mereka.
Penggunaan contoh teladan merupakan cara yang efektif untuk menggambarkan iman. Kita memperoleh pemahaman yang mendalam akan iman, bukan melalui prosedur analitis, tetapi dengan melihat apa yang iman lakukan, atau apa yang terjadi dalam kehidupan orang yang memiliki iman.
Ibrani 11:1-2 berkata, Iman adalah jaminan atas segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kelihatan. Sebab, oleh iman merekalah orang-orang pada zaman dulu memperoleh pujian.
IMAN: MELIHAT YANG TAK TERLIHAT
“Iman adalah jaminan atas segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kelihatan.” Memang tidak mudah menerjemahkan teks naskah tersebut
Di sini dikatakan bahwa iman ialah “jaminan atas segala sesuatu yang kita harapkan”. Apa yang kita harapkan? Roma 8:24-25 menyediakan jawabannya: Sebab, kita diselamatkan di dalam pengharapan. Akan tetapi, pengharapan yang terlihat bukan lagi pengharapan, sebab siapakah yang berharap atas sesuatu yang sudah dilihatnya? Akan tetapi, jika kita mengharapkan sesuatu yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.
Pengharapan berkaitan dengan hal–hal yang tidak kita lihat. Kita mengharapkan sesuatu yang tidak kelihatan, dan kita menunggu “dengan tekun”.Iman, dengan demikian, adalah jaminan dari hal–hal yang diharapkan, keyakinan akan segala sesuatu yang tidak kita lihat—segala sesuatu yang tidak kita lihat pada masa hidup kita, tetapi kita akan melihatnya pada zaman akan datang.
Paulus berkata, Kami tidak memperhatikan hal-hal yang kelihatan, melainkan hal-hal yang tidak kelihatan. Sebab, hal-hal yang kelihatan adalah sementara sedangkan hal-hal yang tidak kelihatan adalah kekal. (2Kor 4:18).
Hal–hal yang kelihatan bersifat sementara. Segala benda yang Anda lihat di sekitar Anda adalah hal yang sifatnya sementara. Tidak satu pun dari hal–hal tersebut yang akan bertahan selamanya. Tubuh jasmani kita pun bersifat sementara. Tidak ada yang permanen dari segala yang terlihat oleh mata kita. Kefanaan hal–hal fisik merupakan fakta yang tak dapat dibantah. Akan tetapi, jika kita memiliki iman, kita mengarahkan perhatian kita bukan kepada hal–hal yang kelihatan (fana), tetapi kepada hal–hal yang tak kelihatan (kekal).
Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan Kitab Suci membicarakan iman sebagai
(1) “melihat” hal-hal secara rohani.
(2) “melihat” hal-hal rohani.
Kedua hal ini tidaklah sama; namun hal ini merupakan dua aspek dari cara iman bekerja.
- Aspek pertama berarti seorang yang beriman melihat segala sesuatu dari sudut pandang rohani dan tidak terhalang oleh hal hal lahiriah.
- Aspek kedua berarti bahwa orang yang beriman melihat hal-hal rohani sebagai kenyataan kekekalan pada masa yang sedang dinantikan dengan ketekunan.
Kedua aspek ini dapat dilihat dalam Kitab Ibrani pasal 11.
OLEH IMAN NUH MELIHAT APA YANG TIDAK KELIHATAN
Oleh iman, setelah diperingatkan oleh Allah tentang peristiwa yang belum ia lihat, Nuh dengan gentar dan taat membangun sebuah bahtera untuk menyelamatkan keluarganya. Dengan ini, Nuh menghukum dunia dan menjadi pewaris kebenaran yang sesuai dengan imannya. (Ibrani 11:7)
Nuh diperingatkan tentang “peristiwa yang belum ia lihat” atau peristiwa pada masa depan yang tak dapat dijangkau oleh kelima panca inderanya. Namun, Nuh dapat melihat peristiwa yang tidak kelihatan itu. Nuh, yakin bahwa semua hal itu akan terjadi?
OLEH IMAN, ABRAHAM MELIHAT APA YANG TIDAK KELIHATAN
Oleh iman, Abraham ketika dipanggil Tuhan, taat untuk pergi ke suatu tempat yang akan diberikan sebagai milik pusakanya. Dan, ia berangkat, walaupun tidak tahu ke mana ia akan pergi. (Ibrani 11:8).
Abraham tidak tahu ke mana ia harus pergi ketika ia melangkah dalam ketaatan kepada panggilan Allah. Ketika ia menaati firman Allah, Allah lalu menyuruhnya untuk pergi ke Kanaan, suatu tempat yang tidak pernah dilihat Abraham, suatu tempat yang asing baginya.
Dengan IMAN, Kita MEMANDANG HANYA KEPADA YESUS
Ibrani 12:2 mengatakan, “Biarlah mata kita tertuju pada Yesus, sang pencipta dan penyempurna iman kita, yang demi sukacita yang telah ditetapkan baginya, rela menanggung salib dan mengabaikan kehinaan salib itu. Dan, sekarang, ia duduk di sebelah kanan takhta Allah.”
Ayat ini menghimbau orang-orang Percaya untuk menjalani hidup mereka terus menerus dengan “mata yang tertuju kepada Yesus” (present participle, tindakan berkelanjutan/ terus menerus)
Kita tak dapat melihatnya sekarang, karena IA duduk di sebelah kanan takhta Allah. Ayat ini tidak masuk akal jika “mata yang tertuju” menunjuk kepada mata jasmani. Ayat ini berkaitan dengan penglihatan rohani.
Setiap orang Percaya dipanggil kepada ketekunan iman yang terus menerus memandang hanya kepada Yesus
Pdt. Budi Wahono