Merangkul Ketidakpastian dengan Iman
Renungan Harian Senin, 24 Juni 2024
Iman yang kokoh seringkali diuji oleh keraguan dan ketidakpastian. Banyak cerita di Alkitab yang menggambarkan hal ini. Abraham yang setia harus menghadapi ketidakpastian akan janji Allah. Yusuf, yang diberikan nubuat masa depan cerah, terpuruk di sumur tua dan dijual sebagai budak. Daud, yang setia mencintai keluarganya, harus mengalami pengkhianatan dari anaknya sendiri. Kesetiaan seringkali diuji oleh ketidakpastian.
Pelajaran dari Habakuk
Mari kita belajar dari Habakuk, seorang nabi yang disebut “nabi bingung” karena harus merangkul ketidakpastian dengan imannya. Habakuk melayani pada masa pemerintahan akhir Yosia dan raja Yoyakim, di mana Israel terpuruk dan dijajah oleh Mesir. Dalam kebingungannya, Habakuk berseru kepada Tuhan mengenai kejahatan yang terjadi di negerinya.
Habakuk berseru kepada Tuhan dalam kebingungannya, “Berapa lama lagi Tuhan aku berteriak tetapi tidak kau dengar?” Habakuk mengeluhkan ketidakadilan dan kekerasan di tengah bangsanya. Hab.1:1-4
Jawaban Tuhan
SEBAB, SESUNGGUHNYA, AKULAH YANG MEMBANGKITKAN ORANG KASDIM, bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka. Habakuk 1:5-6
Tuhan menjawab Habakuk dengan cara yang mengejutkan, yaitu membangkitkan bangsa Babilonia untuk menghancurkan Yehuda. Habakuk semakin bingung karena cara kerja Allah ini sulit dipahami. Habakuk bingung karena mengira Tuhan akan menggunakan bangsa yang lebih benar untuk menghukum Yehuda. Tapi Tuhan membangkitkan Babilonia yang bengis. Habakuk tidak bisa menerima karena skenario Tuhan berbeda dengan yang dia harapkan. Dia hanya berpikir Israel-oriented, sementara Tuhan bekerja dalam konteks dunia. Tuhan menggunakan ketidakadilan untuk mengajar Israel tentang dampak ketidakadilan mereka. Tuhan juga mendisiplin orang yang dikasihi jika mereka tidak berjalan dalam kebenaran. Cara kerja Allah memang seringkali di luar nalar manusia. Namun, Allah memiliki rencana yang lebih luas dan adil. Tuhan tahu batas kekuatan kita. Dia tidak akan menggunakan suhu 100 derajat untuk menghanguskan kita. Tuhan punya takaran seduh yang pas untuk mengeluarkan aroma indah dari hidup kita.
Rancangan Allah ≠ Skenario Manusia
Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku.’ Habakuk 2:1
Kita harus terbuka terhadap rencana Tuhan. Jangan memaksakan kehendak kita. Doa Yesus, “Biarlah kehendak-Mu yang terjadi,” harus menjadi doa kita. Ketika Habakuk mulai menerima kehendak Tuhan, dia mengatakan, “Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku.” Tuhan menjawab, “Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirlah pada loh-loh supaya orang sambil lalu dapat membacanya.” Orang benar hidup oleh percayanya. Orang benar hidup oleh iman. Ini mengajarkan kita untuk berserah dan mengenal Allah dalam hidup kita. Situasi boleh berubah, tapi kita harus bertumbuh dalam iman.
Menerima Rencana Allah
Habakuk akhirnya menerima rencana Allah dan membuka diri terhadap penggenapan karya-Nya. Tuhan menjawab dengan mengatakan bahwa orang benar akan hidup oleh imannya. Kita diajak untuk bersandar pada iman kita kepada Allah dan bukan pada situasi atau kondisi di sekitar kita.
Deklarasi Iman
Habakuk melantunkan pujiannya dalam pasal 3. Pergumulan habakuk justru menumbuhkan kekuatan imannya. Habakuk menjadi orang yang beriman tanpa syarat kepada Allah. Iman Habakuk bersandar pada kekuatan dan kebijaksanaan Allah, bukan pada kondisinya sendiri. Iman yang sejati bertumbuh di tengah pergumulan.
Mari kita baca bersama-sama Habakuk 3:17-19 sebagai deklarasi iman kita. Meskipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kandang, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. Allah Tuhanku adalah kekuatanku, Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, dan membiarkan aku berjejak di bukit-bukit.
Penulis buku seperti Warren Wiersbe dan Martin Luther mengajarkan bahwa iman sejati membawa kita dari kekhawatiran menjadi pujian, dari ketakutan menjadi percaya. From Worry to Worship .. From Fear to Faith Iman yang sejati mengubah perspektif kita dari fokus pada masalah menjadi fokus pada Tuhan yang mampu menyelesaikan segala masalah.
Seperti menyeduh kopi yang nikmat, Tuhan tidak akan menggunakan suhu yang terlalu panas untuk menghanguskan kita. Tuhan tahu takaran yang pas untuk hidup kita.
Kiranya kita semua dapat merangkul ketidakpastian dengan iman kita. Tuhan tahu batas kekuatan kita dan tidak akan membiarkan kita diuji melebihi kemampuan kita. Selamat merangkul ketidakpastian dengan iman yang kokoh. Tuhan Yesus memberkati. Mari kita bangkit berdiri dan menyanyikan pujian sebagai ekspresi iman kita. Amin.
Rangkuman Khotbah
Pdt. Toni Irawan
Bacaan Alkitab hari ini : 1 Samuel Pasal 29 dan 30
Bacaan Alkitab Senin, 24 Juni 2024