Murah Hatikah Aku?
Renungan Harian Senin, 15 Juli 2024
Syalom bapak ibu yang terkasih dalam Kristus. Hari ini kita akan merenungkan sebuah pertanyaan penting: “Murah hatikah aku?” Pertanyaan ini sangat relevan dalam kehidupan kita sebagai umat Kristen yang dipanggil untuk mencerminkan karakter Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Mari kita buka hati dan pikiran kita untuk mendengar firman Tuhan.
Pentingnya Mengenal Tuhan. Sebagai umat Tuhan, pengenalan akan Tuhan adalah hal yang sangat penting. Dalam Hosea 4:6, Tuhan berfirman bahwa umat-Nya binasa karena tidak mengenal Dia. Oleh karena itu, kita harus terus menerus berusaha untuk mengenal Tuhan lebih dalam agar kita bisa hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Seperti yang dikatakan, “Orang yang menyembah berubah menjadi serupa dengan yang disembah.”
Perumpamaan tentang Pekerja di Kebun Anggur (Matius 20:1-16)
Dalam Matius 20:1-16, Tuhan Yesus memberikan sebuah perumpamaan yang menggambarkan kemurahan hati Tuhan. Perumpamaan ini bercerita tentang seorang tuan rumah yang mempekerjakan pekerja untuk kebun anggurnya. Ia mempekerjakan pekerja pada berbagai waktu sepanjang hari, namun pada akhir hari, semua pekerja menerima upah yang sama, yaitu satu dinar.
Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati. LUKAS 6:56
Dari kisah perumpamaan ini kita akan belajar beberapa hal
1. Keadilan dan Kemurahan Hati Tuhan
Dalam perumpamaan ini, kita melihat bahwa Tuhan tetap adil sekaligus murah hati. Kemurahan hati Tuhan tidak melanggar keadilan-Nya. Dia memberikan upah yang sama kepada semua pekerja, meskipun mereka bekerja dengan durasi yang berbeda-beda. Ini menunjukkan bahwa kemurahan hati Tuhan lebih tinggi dari keadilan manusia. Tuhan memanggil kita untuk memahami bahwa kemurahan hati-Nya adalah anugerah yang tidak bisa kita tuntut atau atur. Dia memberikan kemurahan hati sesuai dengan kehendak-Nya.
2. Hak untuk Menuntut Kemurahan Hati
Kita sering merasa bahwa kita berhak mendapatkan lebih karena usaha kita. Namun, perumpamaan ini mengajarkan bahwa kita tidak berhak menuntut kemurahan hati Allah sejauh Dia masih adil. Kemurahan hati adalah pemberian bebas dari Allah dan bukan sesuatu yang bisa kita klaim sebagai hak. Kemurahan hati Tuhan diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan ini harus kita terima dengan rasa syukur, bukan dengan keluhan.
3. Kemuliaan dalam Kemurahan Hati
Allah yang murah hati harus dimuliakan. Kemurahan hati-Nya adalah cerminan dari kasih-Nya yang besar kepada kita. Sebagai anak-anak Tuhan, kita dipanggil untuk murah hati seperti Bapa kita yang murah hati (Lukas 6:36). Ini berarti kita harus melebihi standar keadilan manusia dan menunjukkan kemurahan hati dalam tindakan kita sehari-hari. Dengan menjadi murah hati, kita memuliakan Tuhan dan menunjukkan kepada dunia karakter Allah yang sejati.
Adilkah Allah Jika Dia Murah Hati?
Hukum Kemurahan hati berada di atas keadilan. Jika berdasarkan hukum keadilan maka Upah 1 = 100%; Upah ke-2 = 75%; Upah ke-5 = 50%; Upah ke-4 = 25%; Upah ke-5 < 10%, namun jika berdasarkan kemurahan hati Allah makan diberikan upah yang sama dan sesuai dengan kehendak sang Tuan
Karena itulah Kita tidak berhak menuntut kemurahan hati Allah. Allah adil dan murah hati. Taurat berfokus pada keadilan, sementara kasih karunia berfokus pada keadilan dan kemurahan hati.
Iri Hati atau Murah Hati? Mari kita melihat hati kita masing-masing. Bila kita iri hati, kita cenderung:
- Tidak suka kepada yang murah hati dan menganggapnya tidak adil.
- Senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang.
- Tidak ada rasa syukur dan bersungut-sungut.
- Kata-kata kita cenderung menyakitkan hati orang lain.
Allah sangat mengasihi dan berbelas kasihan pada “buah anggur”-Nya, sampai jam 5 sore pun masih mencari pekerja. Ini menunjukkan betapa besar kemurahan hati-Nya. Saudara-saudara, mari kita renungkan: Murah hatikah aku? Apakah kita sudah mencerminkan kemurahan hati Tuhan dalam kehidupan kita? Apakah kita sudah menunjukkan kasih dan kemurahan hati kepada orang-orang di sekitar kita, tanpa memandang siapa mereka dan apa yang mereka lakukan? Tuhan memanggil kita untuk menjadi pribadi yang murah hati, yang memberikan lebih dari yang seharusnya, seperti Dia yang telah memberikan lebih dari yang kita layak terima.
Mari kita berkomitmen untuk menjadi pribadi yang murah hati, mencerminkan kasih dan kemurahan hati Tuhan dalam setiap tindakan kita. Ingatlah bahwa kemurahan hati adalah panggilan kita sebagai anak-anak Tuhan. Mari kita berdoa agar Tuhan memberkati dan memberikan kekuatan untuk menjadi pribadi yang murah hati sesuai dengan kehendak-Nya.
Rangkuman Khotbah
Pdt. Gatut Budiono