OJO DIBANDING-BANDINGKE
Renungan Harian Youth, Kamis 27 Juni 2024
Syalom rekan-rekan Youth semuanya, semoga kita semuanya tetap semangat menjalani aktivitas kita hari ini
“ Wong ko ngene kok dibanding-bandingke … Saing-saingke yo mesti kalah”
Lirik diatas adalah penggalan lagu berjudul “Ojo Dibandingke” ciptaan seniman Boyolali, Agus Purwanto, Abah Lala, viral setelah dinyanyikan Farel Prayoga dalam serangkaian Upacara HUT Ke-77 RI di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu 17 Agustus 2022. Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia artinya “Orang seperti ini kok dibanding-bandingkan, Saing-saingkan ya pasti kalah”. Memang kata Agus Purwanto lagu ini membahas tentang percintaan seorang anak muda yang dibanding-bandingkan dengan orang lain, karena harus menjadi diri sendiri.
Membanding-bandingkan diri dengan orang lain seringkali ada dalam pikiran kita, dan sejujurnya pikiran ini adalah pikiran yang tidak baik, Karena Membandingkan diri adalah cara tercepat untuk merasa tidak bahagia.
Rekan-rekan Youth pernahkah kamu merasa tidak cukup baik karena melihat temanmu yang tampaknya lebih sukses, lebih pintar, atau lebih populer? Kita hidup di era media sosial, di mana banyak orang sering membandingkan diri dengan orang lain. Gaya hidup, status sosial, pencapaian, pemikiran, bahkan kondisi ekonomi dijadikan sebagai objek perbandingan. Akibatnya, kita jadi sering mengamati kehidupan orang lain, ingin menjadi seperti mereka, dan terobsesi dengan standar hidup mereka. Ketika melihat orang lain hidup lebih baik, kita kehilangan sukacita dan kemampuan untuk menikmati apa yang kita miliki.
Namun, firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk fokus pada pekerjaan dan tanggung jawab kita sendiri, bukan pada apa yang dilakukan atau dicapai orang lain. Ketika kita membandingkan diri kita dengan orang lain, kita seringkali merasa kurang atau tidak puas. Padahal, Tuhan menciptakan kita masing-masing dengan unik dan memberikan kita talenta serta kemampuan yang berbeda-beda.
Tuhan tidak memanggil kita untuk menjadi seperti orang lain, tetapi untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.
Fenomena ini ternyata sudah ada sejak dulu dan merupakan isu yang signifikan. Itulah sebabnya, Rasul Paulus menulis kepada jemaat di Galatia,
Galatia 6:4-5, “Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri, maka ia boleh bermegah karena pekerjaannya sendiri dan bukan karena pekerjaan orang lain. Sebab tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri.”
Surat Galatia ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia yang mengalami kebingungan akibat pengajaran sesat dari kelompok yang ingin menggabungkan hukum Taurat dengan Injil Kristus. Paulus menegaskan dalam surat ini bahwa keselamatan diperoleh melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan melalui perbuatan hukum Taurat.
Secara singkat Makna dari Galatia 6:4-5
1. Pentingnya Mengintrospeksi Diri, Paulus menasihatkan setiap orang untuk menguji pekerjaannya sendiri. Ini berarti kita harus memeriksa dan mengevaluasi tindakan serta motivasi kita secara jujur. Dengan melakukan ini, kita dapat mengetahui apakah kita hidup sesuai dengan kehendak Tuhan dan berusaha melakukan yang terbaik sesuai kemampuan kita.
2. Berbangga atas Pekerjaan Sendiri, Paulus mengatakan bahwa seseorang boleh bermegah karena pekerjaannya sendiri, bukan karena membandingkan diri dengan orang lain. Ini menekankan pentingnya mengukur kesuksesan kita berdasarkan usaha dan dedikasi pribadi, bukan pada pencapaian orang lain. Kebanggaan yang sehat datang dari mengetahui bahwa kita telah melakukan yang terbaik sesuai talenta dan kesempatan yang Tuhan berikan. Ini bukanlah sikap penuh kesombongan namun kesadaran diri
3. Tanggung Jawab Pribadi, Paulus juga menyatakan bahwa setiap orang akan memikul tanggungannya sendiri. Ini berarti setiap individu bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Meskipun kita saling membantu dalam beban hidup (Galatia 6:2), kita tetap memiliki tanggung jawab pribadi yang tidak dapat kita serahkan kepada orang lain.
Rekan-rekan Youth, apakah kita sudah mengasah dan mengembangkan talenta yang kita miliki, memanfaatkan semua keahlian yang Tuhan percayakan kepada kita sehingga menjadi berkat bagi sesama, dan apakah kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya?
Yang paling penting, apakah kita selalu bersyukur atas karunia yang Tuhan berikan kepada kita?
Jangan sampai karena terlalu sibuk memperhatikan keadaan orang lain, kita yang awalnya bersyukur atas diri kita sendiri, malah jadi merasa tidak aman setelah melihat kehidupan orang lain. Jangan biarkan diri kita kehilangan kemampuan untuk menghargai diri sendiri dan membangun citra diri sesuai dengan tujuan yang Tuhan rencanakan dalam hidup kita.
Hari ini kita belajar Mari kita berusaha untuk tidak mengukur keberhasilan kita berdasarkan standar orang lain, tetapi berdasarkan usaha dan komitmen kita kepada Tuhan. Ingatlah,
Tuhan menilai hati dan niat kita, bukan perbandingan dengan orang lain.
Tuhan Yesus memberkati
YNP – SCW