“Pesan dari Felix”
Renungan Harian Senin, 23 September 2024
Ayat Alkitab : Kisah Para Rasul 24:22-27
Dalam kisah Kisah Para Rasul 24:22-27, kita melihat Felix, seorang pemimpin Romawi, yang memiliki kesempatan mendengar pengajaran kebenaran dari Rasul Paulus. Meskipun dia tertarik pada kebenaran, sayangnya, Felix menunda untuk bertindak atas kebenaran yang telah dia dengar. Kisah ini mengingatkan kita akan bahaya dari penundaan dalam meresponi kebenaran.
Ada 2 Frase Penting:
- Ayat 22: “Menangguhkan”
- Ayat 25: “Apabila ada kesempatan baik”
Pelajaran yang bisa kita pelajari:
1. Keinginan untuk Mendengar Kebenaran (Ayat 22, 24)
Felix adalah seorang pejabat yang memiliki rasa ingin tahu tentang ajaran yang disampaikan oleh Paulus. Felix, sebagaimana dijelaskan dalam ayat 22, sudah memiliki pengetahuan tentang jalan Tuhan bahkan sebelum bertemu dengan Paulus. Dia sudah tertarik dan memiliki keinginan untuk mendengar lebih lanjut, yang kemudian ditunjukkan dalam ayat 24 ketika ia bersama istrinya, Drusila, mendengarkan pengajaran Paulus tentang Yesus Kristus. Namun, keinginan saja ternyata tidak cukup jika tidak diikuti oleh tindakan nyata.
Dia mendengarkan dengan antusias dan penasaran, bahkan mengundang Paulus kembali untuk berbicara tentang kebenaran. Ini menunjukkan bahwa ada keinginan di dalam dirinya untuk mendengar firman Tuhan. Banyak dari kita juga tertarik untuk mendengar kebenaran, tetapi mendengar saja tidak cukup. Keinginan ini harus diiringi dengan tindakan dan komitmen untuk menerima serta menjalankannya.
2. Menunda untuk Meresponi Kebenaran (Ayat 25)
Dalam ayat 25, Felix mengalami rasa takut ketika mendengar pengajaran Paulus tentang kebenaran, penguasaan diri, dan penghakiman Allah. Namun, ketakutan itu tidak diikuti oleh tindakan. Felix menunda-nunda untuk meresponi kebenaran yang dia dengar. Meskipun hatinya dijamah oleh Roh Kudus, dia lebih memilih untuk mengikuti hasrat dan keinginannya sendiri daripada bertindak sesuai dengan kebenaran yang sudah dia ketahui.
Frase “apabila ada kesempatan baik” menunjukkan bahwa dia berencana untuk mendengar lebih lanjut di waktu yang dianggap lebih cocok. Ini adalah contoh penundaan dalam merespons kebenaran yang jelas telah menyentuh hatinya.
3. Penundaan Berujung Kegagalan (Ayat 27)
Felix menunda keputusan yang penting. Setelah dua tahun berlalu, dia digantikan oleh Festus, tanpa pernah mengambil keputusan untuk menerima kebenaran yang dia dengar dari Paulus. Penundaan yang dilakukan Felix tidak hanya sementara. Dalam ayat 27, disebutkan bahwa selama dua tahun penuh, Felix terus menunda mengambil keputusan untuk mengikuti kebenaran. Akibatnya, kesempatan untuk menerima keselamatan itu hilang. Sejarawan mencatat bahwa kemungkinan besar Felix dan keluarganya menjadi korban erupsi Gunung Vesuvius, yang menjadi akhir tragis hidupnya.
Penundaan yang dilakukan Felix berujung pada kegagalan, dan tidak ada lagi kesempatan untuk mendengar atau merespon. Kita belajar bahwa menunda keputusan untuk menerima kebenaran adalah sebuah bahaya besar, karena kesempatan tidak selalu datang kembali.
Penundaan (procrastination) tidak akan berakhir manis!
Firman Tuhan juga mengingatkan kita dalam Pengkhotbah 11:4, bahwa “Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.” Ini berarti, jika kita terus menunggu kondisi yang sempurna atau “kesempatan baik”, kita akan kehilangan momen penting untuk bertindak. Penundaan hanya akan membawa kepada kegagalan dan kesempatan yang hilang.
Penundaan yang dilakukan Felix memberikan tiga pelajaran penting bagi kita:
- Keinginan mendengar kebenaran harus diikuti oleh tindakan nyata.
- Menunda untuk bertindak atas kebenaran akan membawa pada kegagalan dalam hidup.
- Kesempatan untuk bertindak sesuai kebenaran tidak selalu terbuka selamanya, dan menunda hanya akan membawa akibat yang fatal.
Kisah Felix mengingatkan kita untuk tidak menunda-nunda ketika Roh Kudus meneguhkan kebenaran dalam hati kita. Ketika mendengar suara Tuhan hari ini, mari kita segera bertindak dan tidak mengeraskan hati, sebab waktu yang tepat untuk bertindak adalah sekarang, bukan nanti.
Mari kita berdoa, meminta Tuhan untuk memberi kita kebijaksanaan dalam menghitung hari-hari kita dan mengambil langkah-langkah bijaksana untuk hidup sesuai dengan kebenaran-Nya. Jangan menunda-nunda, karena kesempatan tidak selalu datang dua kali.
Tuhan Yesus memberkati
Rangkuman Khotbah
Pdt. Posuka Loke