Rasa puas diri

Renungan Harian Senin, 19 Desember 2022
Rasa puas diri adalah mutiara yang harganya sangat mahal, dan siapapun yang bersedia untuk membelinya dan harganya katakanlah puluhan ribu keinginan-keinginan, jadi siapa yang bersedia menukar rasa puas diri itu dengan banyak keinginannya, dia sedang membuat pemberian yang bijaksana dan membahagiakan.
- Contentment is the only real wealth. Rasa puas diri adalah satu-satunya kekayaan yang sejati. (Alfred Nobel)
- Contentment is a pearl of great price, and whoever procures it at the expense of ten thousand desires makes a wise and a happy purchase. (John Bulguy)
Filipi 4:11-13, Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Surat Filipi banyak berbicara mengenai “Sukacita” . Selain itu didalam surat ini, kita bisa melihat bagaimana rasul Paulus mencurahkan apa yang ada didalam hatinya. Dalam Filipi 4;11-13 ada beberapa hal yang terkait dengan rasa berpuas diri :
Contentment (BERPUAS DIRI) adalah kasih karunia yang terus menerus harus kita pelajari dalam hidup ini. “sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan”
Implikasi dari kata “belajar” ini adalah bahwa Rasul Paulus bertumbuh didalam contentment seiring dengan perjalanan hidupnya mengikut Yesus. Jika itu terjadi dalam diri Rasul Paulus, dan jika itu benar bagi Rasul Paulus, maka seharusnya benar juga bagi kita, hal itu juga seharusnya terjadi dalam hidup kita. Contentment atau rasa berpuas diri tidak muncul begitu saja atau instan dalam hidup kita. Rasa puas diri harus terus ditumbuh-kembangkan didalam hidup kita.
3 “RAHASIA” Bagaimana contentment (Berpuas diri) bisa bertumbuh dan berkembang dalam kehidupan kita :
Fokus pada hal-hal yang positif dalam hidup
Filipi 4:8, Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Dari ayat ini Rasul Paulus meminta dan mengajak jemaat Filipi untuk terus belajar memikirkan hal-hal yang positif.
Tuhan telah memberi Anda kemampuan untuk memilih di mana Anda memfokuskan perhatian Anda. Apa hal-hal baik tentang keluarga Anda? Apa hal-hal baik tentang gereja Anda, pekerjaan Anda, lingkungan Anda? Ingatlah hal ini, terutama ketika Anda cenderung mengeluh, dan ketika Anda melakukannya, Anda akan belajar untuk merasa puas . Colin Smith
Berikan perhatian yang lebih pada sukacita ketimbang duka cita keberhasilan ketimbang kegagalan, keuntungan ketimbang kerugian yang pernah dialami. Pikirkan, perkatakan, dan sebut dalam doa-doa. Dengan melakukan semua ini engkau akan bertumbuh dalam “contentment”. Ketika kita belajar memfokuskan diri pada hal hal yang positif, maka disitu akan timbul rasa puas diri.
Martin Luther pernah berkata tentang “Retorika Roh Kudus/Pidato Roh Kudus : “If a cross comes, to make the cross but little, but if there is a mercy, to make the mercy great.” (Jika salib datang dalam hidupmu, buatlah salib tersebut “mengecil”, namun jika kemurahan Allah datang, buatlah dia membesar dalam hidupmu).
Berhenti membandingkan dengan situasi/kondisi yang dimiliki oranglain.
Galatia 6:4, Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. (terjemahan lain: membandingkan dirinya dengan orang lain)
Ketika kita membandingkan diri dengan oranglain, maka muncul dua hal ekstrim. Yang pertama kita merasa lebih baik, lebih suci, lebih kudus, sehingga timbul arogansi, dan kesombongan. Yang kedua kita mengalami kekurangan didalam rasa berpuas diri.
Many a contented life has been stolen by the unhealthy habit of comparing ourselves to others. Comparing ourselves to others will always rob us of gratitude, joy, and fulfillment. (JOSHUA BECKER)
Banyak kehidupan yang berpuas diri telah dicuri oleh kebiasaan yang tidak sehat, yaitu membanding bandingkan diri kita dengan oranglain. Membandingkan diri dengan oranglain, itu merampok rasa syukur, rasa sukacita dan rasa puas diri yang ada didalam diri kita.
“Comparison is the thief of joy.” (Membandingkan diri adalah pencuri sukacita) (TEDDY ROSEVELT)
Tegaskan bahwa didalam Kristus selalu ada kecukupan dan kekuatan
Paulus hidup di jaman Ketika Filsafat STOA berada dalam puncak kejayaannya. Filsafat ini didirikan oleh seorang yang Bernama Zeno, di Athena sekitar 300 tahun sebelum Kristus lahir di Betlehem.
Seneca dan Epictetus adalah tokoh-tokoh penting yang membuat Filsafat ini terkenal dan dianut oleh orang banyak. Bahkan salah satu kaisar Romawi yang Bernama Marcus Aurelius adalah seorang Penganut paham Stoa. Di masa kini pun mulai terlihat adanya kekaguman pada Filosofi ini. Salah satu buku yang cukup popular di kalangan anak muda mengenai filsafat Stoa adalah FILOSOGI TERAS.
Dalam Filipi 4:10 – Paulus berbicara mengenai “mencukupkan diri dalam segala sesuatu” (Being content). Dalam Bahasa Yunani kata yang dipakai adalah autarkes. Autarkes adalah salah satu kata favorit yang dipakai oleh orang-orang STOA. Bagi orang-orang STOA, autarkes, sebagai tujuan tertinggi dari etika orang-orang STOA. Kebahagiaan yang tertinggi tercapai ketika seseorang menggapai autarkes.
Bagi orang-orang STOA, autarkes tercapai Ketika seseorang memiliki pola pikir yang sepenuhnya independent, tidak bergantung pada orang-orang dan benda-benda. Itulah sebabnya bagi orang-orang STOA, autarkes juga berarti Self-Sufficient (mencukupi diri sendiri). Bagaimana cara mencapai autarkes? Dengan cara meniadakan keinginan dan mematikan Emosi! . “Jika anda Ingin Bahagia, jangan tambah harta Milik, tapi buanglah segala keinginan!” demikian kata orang-orang STOA.
Epictectus berkata: “mulailah dengan hal yang sederhana!” Jika ada peralatan rumah tangga rusak, katakan ‘peduli apa!’ Jika binatang piaraan yang menjadi kesayanganmu mati, katakan ‘peduli apa!’ Jika kamu terluka katakan ‘peduli apa!’ jika kamu sudah berusaha keras dan melihat orang terkasihmu menderita dan mau mati katakan ‘peduli apa!” Bagi orang STOA, jalan menuju kebahagian tertinggi adalah dengan meniadakan keinginan dan membunuh emosi. Jalan ini tentu berbeda dengan jalan yang ditempuh oleh Rasul Paulus. Kebahagiaan dan rasa cukup yang dimiliki oleh Rasul Paulus bukanlah ditempuh dengan mematikan keinginan dan perasaan. Itu sesuatu yang tidak realitis. Kebahagiaan dan rasa cukup yang dimiliki oleh Rasul Paulus terjadi oleh karena adanya kesadaran bahwa dia tidak sendiri dalam mengarungi kehidupan ini.
Dalam suka dan duka, kelimpahan dan kekurangan, keberhasilan dan kegagalan ada kuasa Kristus yang bekerja dalam dirinya. Kuasa inilah yang memampukan dia mengalami “autarkes” yang sejati.
Bila orang-orang STOA berkata: “Aku akan mencapai kepuasan diri dengan meniadakan keinginan dan perasaan, Paulus berkata aku akan mencapai kepuasan dengan kuasa Kristus yang diam di dalam diriku.” Bagi orang-orang STOA, kepuasan diri adalah “human-achievement” (prestasi manusiawi), bagi Paulus kepuasan diri adalah anugerah ilahi. Orang-orang STOA berbicara mengenai “self-sufficient (mencukupkan diri dengan kekuatan sendiri). ” Paulus berbicara mengenai “GOD-sufficient” (kecukupan yang disediakan oleh Tuhan).
CONTENTMENT BUKAN BERARTI “PASRAH BONGKOKAN”
Perhatikan dalam 2 Korintus 12,: 7-10 Rasul Paulus bersaksi tentang “duri dalam daging” yang dipunyainya. Apakah dia pasrah bongkokan? Tentu saja tidak. Dia berdoa agar duri dalam daging itu bisa tersingkir dalam hidupnya (ayat 8..tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan). Kata “tiga” dalam budaya Ibrani berbicara mengenai kelengkapan dan kesempurnaan. Ada usaha yang sungguh-sungguh agar situasi berubah dengan lebih baik.
Contentment bukan berarti bahwa Anda acuh tak acuh terhadap keadaan Anda. Contentment bukan berarti Anda menyerah untuk mencoba membuat segalanya lebih baik. Contentment bukan mengangkat tangan Anda dan berkata, “Apa pun yang akan terjadi, biarlah terjadi.” Sekali lagi ini bukan Contentment.
Contentment adalah sebuah penolakan terang-terangan bahwa kita ini dikuasai oleh situasi yang terjadi di luar diri kita. Contentment adalah sebuah damai sejahtera, sukacita dalam segala situasi. Contentment adalah sebuah keyakinan akan kuasa Kristus yang terus bekerja dalam hidup kita akan memampukan kita menangani segala hal yang harus kita hadapi dalam hidup ini.
GOD CAN DOUBLE YOUR LOAD AND TRIPLE YOUR STRENGTH . (DR. MARTIN LLOYD JONES)
Tuhan bisa saja menggandakan beban hidupmu, namun disaat yang sama Dia memberikan kekuatan tiga kali lipat didalalm hidupmu, sehingga engkau mampu menanggung segala sesuatu didalam hidupmu.
Tuhan yesus memberkati
Rangkuman Khotbah
Pdt. Gani Wiyono