Ketika Berada dalam Lembah
Renungan Harian, Senin 01 Agustus 2022
Seorang pengkhotbah besar dari Amerika Serikat bernama Vence Havner pernah berkata, bahwa pada dasarnya perjalanan pengalaman Kristiani itu dibagi jadi 3 kelompok besar, yaitu;
- Pengalaman di “Puncak Gunung”
- Pengalaman di “Tanah Datar”
- Pengalaman di dalam “Lembah”
Namun kebanyakan hidup orang percaya di muka bumi dihabiskan di “Tanah Datar”. Dimana kita mengalami kehidupan sehari-hari yang biasa-biasa saja, tidak ada sesuatu yang spesial. Dan ini adalah kategori pertama yang banyak dialami oleh manusia. Lalu kategori kedua yang dialami oleh banyak manusia adalah pengalaman di “Puncak Gunung”, yaitu hal hal dimana kita mengalami hal hal yang luarbiasa dari Tuhan. Misalnya saat kita mengalami kondisi dimana tidak ada harapan dari derita penyakit yang tidak tersembuhkan, dan tiba tiba Tuhan memberikan mujizat yang luarbiasa didalam hidup kita, menolong dengan cara yang tidak terduga, dan Tuhan membuka pintu-pintu yang tertutup, sehingga ada terobosan. Dan kategori yang terakhir yang banyak dialami oleh manusia adalah
Pengalaman di dalam “Lembah”, yaitu pengalaman-pengalaman dimana saat kita merasa down, merasa terpukul, saat dimana kita sedang meratap, karena kita merasa tidak jalan, tidak ada pertolongan, dan tidak ada harapan datang didalam hidup kita.
Mazmur 23:4,Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Bapak/ibu yang dikasihi Tuhan, didalam Alkitab, Lembah kerap kali digunakan sebagai metafor/kiasan dari pengalaman-pengalaman negatif. Dan kita berharap pengalaman-pengalaman tersebut bisa kita hindari, namun pada dasarnya sering sekali kita tidak bisa hindari.
Yosua 7:26, Sesudah itu didirikanlah di atasnya suatu timbunan batu yang besar, yang masih ada sampai sekarang. Lalu surutlah murka TUHAN yang bernyala-nyala itu. Oleh sebab itu nama tempat itu sampai sekarang disebutkan lembah Akhor.
Dilembah ini pernah ada kejadian yang sangat tragis, ada seorang yang dihukum mati bernama Akhan, sebab akibat perbuatannya, orang Israel mengalami kekalahan telak. Sehingga banyak penulis-penulis Alkitab menuliskan gambaran lembah ini, sebagai kondisi yang buruk, kondisi yang tidak menyenangkan. Lembah Akhor sering digambarkan dengan konsep lembah kesukaran.
Selain lembah Akhor, didalam Alkitab juga ada dituliskan “LEMBAH BAKA”. Kata Baka didalam bahasa Ibrani memiliki arti Menangis, Air mata.
Mazmur 84:7, Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat.
Pada jaman dulu orang Israel, setidaknya paling sedikit sekali setahun melakukan ziarah dengan menaiki bukit Sion, disana ada bait Allah, dan dalam perjalanan, mereka melewati tempat-tempat yang tidak menyenangkan, salah satunya adalah LEMBAH BAKA. Dan lembah Baka ini juga ditulis sebagai kiasan untuk menggambarkan dari kehidupan yang tidak menyenangkan.
3 Hal yang perlu anda ketahui mengenai “lembah”
1. “lembah” adalah bagian normal dari kehidupan di atas bumi ini
Saat kita lapar dan haus karena sekian jam tidak makan dan minum, itu adalah hal yang normal, saat kita mengantuk karena sekian jam tidak tidur, itu adalah hal yang normal, demikian juga dengan lembah, adalah hal yang normal yang terjadi diatas muka bumi ini.
Yang terpenting pertanyaan yang harus kita ajukan adalah bukan “Jika (IF)” melainkan “Ketika (when)” kita melintasi lembah. Kalau “Jika/if” artinya kemungkinan, yang berarti bisa jadi kita akan lewat lembah, dan bisa jadi kita tidak akan lewat lembah. Tetapi kalau kata “ketika/when” itu berarti kita semua akan melewatinya. Dan ini hanya bicara masalah waktu, kapan kita akan mengalaminya.
2. Lembah dialami oleh semua orang
Karena ini adalah pengalaman yang normal, maka semua orang akan mengalaminya. Baik orang benar/fasik, orang baik/jahat, orang yang cinta Tuhan/ tidak cinta Tuhan, semuanya akan mengalami hal ini didalam kehidupannya.
Jadi implikasinya adalah bahwa “Lembah bukanlah tanda pasti dari Penghakiman Allah. Sebab baik orang benar ataupun orang fasik melintasinya”.
3. Lembah itu sukar diprediksi kedatangannya
Kita bisa memprediksi kapan lembah itu akan datang di dalam kehidupan kita. Tidak ada seorangpun yang tahu. Karena lembah itu terjadi secara tidak terduga.
3 hal yang perlu kita ingat ketika berada di dalam lembah:
1. Lembah itu bersifat sementara (temporal) bukan selamanya (kekal)
Didalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris, kata berjalan dipakai dengan kata “melintasi”. Melintasi itu artinya bukan tinggal selamanya. Tetapi hanya melewati saja. Contoh saat kita melakukan perjalanan ke suatu kota, maka kita akan melintasi kota lain. Kita hanya melewatinya saja, jadi yang perlu kita ingat, jika saat ini kita mengalami kegagalan, mengalami kekeringan rohani, itu hanya bersifat sementara saja. Jadi untuk itu jangan patah semangat saat kita berada didalam lembah, karena kita tidak tinggal selama lama nya disana.
2. Pahami “natur” dari bayang-bayang ketika kita melintasi lembah
Didalam mazmur 23:4, kita berjumpa dengan kata “Lembah Kekelaman”, dalam bahasa Ibrani menggunakan satu kata yang disebut “Tsalmavet”, yang artinya bayang-bayang maut (shadow of death). Kalau kita berbicara mengenai bayang-bayang/shadow, kadang-kadang bayang-bayang itu memang mengerikan. Dan bayang-bayang itu selalu lebih besar dari sumbernya. Seringkali kita berpikir bahwa permasalahan yang kita hadapi terlalu besar, rasa rasanya kita tidak sanggup untuk menanggungnya, namun kenyataan realitanya kalau kita memandang dari sudut pandang ilahi, tidaklah seperti itu. Masalah bukan untuk kita hindari, namun kita harus melihat masalah itu dari perspektifnya Tuhan. Karena bayang-bayang tidak dapat “menghancurkan” kita. Ibaratnya jika kita sedang melintas dijalan, dan ada bayang-bayang truk yang besar, itu tidak dapat melukai kita. Sebab firman Tuhan menuliskan, bahwa DIA tidak akan memberikan pencobaan melebihi kekuatan kita. Itu berarti bahwa Tuhan tidak akan memberikan sesuatu yang menghancurkan kita. Jadi kalau Tuhan membawa kita ke dalam pengalaman lembah kekelaman, itu bukan untuk menghancurkan kita.
3. Kita tidak pernah sendirian ketika kita berada di dalam lembah
Kita tidak pernah sendirian di dalam lembah kekelaman yang kita alami, selalu ada tangan Tuhan yang akan menopang hidup kita, itulah sebabnya Daud pernah menuliskan mazmur yang bunyinya “aku tidak takut bahaya, sebab engkau besertaku”.
Jadi yang perlu kita ingat adalah, dimana ada bayang-bayang disitu pasti ada cahaya, karena tidak mungkin ada bayang-bayang tanpa adanya cahaya. Jadi ketika Tuhan memimpin hidup kita di dalam lembah kekelaman, DIA tidak akan pernah meninggalkan kehidupan kita.
TUHAN YESUS MEMBERKATI
Rangkuman Khotbah
Pdt. Gani Wiyono