Siap Dengan Teguran

September 20, 2022 0 Comments

Renungan Harian, 20 September 2022

Bacaan: Amsal 15:1-12

Nats: Amsal 15:10, Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati.

Syalom Bapak Ibu Saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus . . .

Kita mengenal dua jenis ungkapan komentar, yaitu kritik dan pujian. Di dalam sebuah kritik ada unsur yang menyingkapkan adanya kekurangan. Sedangkan pujian mengungkapkan kelebihan. Ketika mendengar kritik kebanyakan orang tidak siap. Kritik dimaknai juga sebagai teguran. Menyatakan kekurangan sambil mengarahkan ke arah yang benar.

Kritik atau teguran memang kadang tidak populer. Sebab tidak menyenangkan. Tapi itu bagaikan obat, pahit namun menyehatkan. Kritik bermanfaat, membantu kita tahu sikap yang tepat dan arah hidup yang benar. Jadi, jika dalam sebuah kotbah Anda merasa dikritik, terimalah dengan lapang dada. Sebab itu sedang menyehatkan tubuh dan jiwa Anda. Karena kritik bersifat membangun.

Pada hari ini kita akan kembali belajar menerima teguran yang membangun. Dalam bacaan kita, diawali dengan

Cara kita menyampaikan teguran yang membangun

Amsal 15:1-2, Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan.

Teguran yang membangun hendaknya disampaikan dengan lemah lembut, bahkan di ayat 4 dikatakan lemah lembut adalah pohon kehidupan. Tetapi kita pahami bersama bahwa lembah lembut yang dimaksud tentu dengan ketegasan dan tanpa melibatkan emosi.

Akibat bila kita mendengarkan atau menolak teguran yang membangun

Amsal 15: 5,10,12, Orang bodoh menolak didikan ayahnya, tetapi siapa mengindahkan teguran adalah bijak.Nya. Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati. Si pencemooh tidak suka ditegur orang; ia tidak mau pergi kepada orang bijak.

Ditegur memang tidak pernah enak. Berarti ada sesuatu yang tidak benar yang telah kita lakukan. Namun, yang terpenting adalah respons kita. Ketika kita menolak teguran maka kita sedang mengukuhkan kekerasan hati kita. Sebaliknya, ketika kita menerima teguran, kita belajar merendahkan hati.

Dalam hidup ini, kita patut bersyukur atas aneka teguran di masa lalu yang disampaikan oleh orang-orang yang mengasihi kita. Saya membayangkan seandainya tidak ada teguran-teguran tersebut maka mungkin hidup kita jauh lebih berantakan atau buruk daripada sekarang.

Teguran yang membangun dan penuh kasih yang pernah diarahkan kepada kita menjadi instrumen di tangan Tuhan dalam membentuk dan membangun karakter kita.

Siapkan hati kita menerima segala teguran karena hal itu baik buat kita.

Tuhan memberkati !

TC

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *