Elohim Ministry umum Spiritual Flexing

Spiritual Flexing



Renungan Harian Jumat, 04 Oktober 2024

Di zaman modern ini, kita pasti sering mendengar istilah “flexing”—sebuah bahasa gaul yang artinya “pamer.” Flexing telah menjadi fenomena umum, terutama di media sosial, di mana banyak orang memamerkan kekayaan, pencapaian, atau aspek lain dari kehidupan mereka untuk menarik perhatian, pujian, atau bahkan iri dari orang lain. Ini berakar pada keinginan dasar manusia untuk diakui dan dihargai, sesuai dengan teori kebutuhan Maslow yang mencakup kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan sosial.

Namun, sebagai orang Kristen, apakah ini sesuatu yang harus kita kejar? Apakah ada hal yang lebih penting yang patut kita “flexing” kepada dunia?

  1. Menyatakan Kekuasaan Rohani dengan Bijaksana

Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk tidak memamerkan hal-hal duniawi, melainkan menyatakan kekuatan dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Kekuatan sejati kita bukan berasal dari harta benda, pencapaian, atau status sosial, melainkan dari iman dan kasih karunia yang Tuhan berikan. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk hidup dalam kerendahan hati dan mencari perkenanan-Nya, bukan pujian dari manusia.

Seperti yang ditegaskan dalam Galatia 1:10, “Adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.”

Yesus sendiri memperingatkan kita dalam Matius 6:1, agar kita tidak berbuat baik semata-mata untuk dilihat dan dipuji oleh orang lain. Mereka yang melakukan kebaikan hanya demi perhatian dan pengakuan sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan di dunia, tetapi mereka kehilangan berkat yang lebih besar dari Tuhan. Dalam Matius 23:5, Yesus mengecam ahli Taurat dan orang Farisi yang suka memamerkan kesalehan mereka demi dianggap suci oleh orang lain. Kesalehan yang dipamerkan seperti ini bukanlah tindakan rohani yang tulus, melainkan wujud kejahatan rohani. Munafik, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan perilaku mereka yang lebih mementingkan penampilan luar daripada hati yang benar di hadapan Tuhan.

Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menunjukkan iman kita dengan cara yang bijak, tulus, dan penuh kasih. Spiritual flexing kita seharusnya mencerminkan kekuatan dan keindahan karakter Kristus dalam hidup kita, bukan sekadar memamerkan apa yang kita miliki atau apa yang kita capai di dunia ini.

  • Menemukan Kepuasan Hanya di Dalam Tuhan

Sumber kepuasan sejati bukanlah pada materi atau pengakuan dari manusia, tetapi pada hubungan kita dengan Tuhan. Mazmur 107:9 mengatakan, “Sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan.” Hal-hal duniawi seperti harta benda dan penghargaan memang dapat memberikan kebahagiaan sementara, tetapi hanya Tuhan yang bisa memuaskan kerinduan terdalam dalam jiwa kita. Ketika kita mengejar pengakuan manusia, kita akan terus merasa kekurangan. Namun, ketika kita menemukan kepuasan di dalam Tuhan, jiwa kita akan dipenuhi dengan damai sejahtera yang melampaui segala pengertian.

Mengapa begitu banyak orang yang terjebak dalam pencarian pengakuan duniawi? Karena mereka lupa bahwa hanya Tuhan yang dapat memberikan kepuasan sejati. Ketika kita mencari identitas kita di luar Tuhan, kita akan terus merasa tidak cukup. Sebaliknya, ketika kita mencari Tuhan dan menjalin hubungan yang mendalam dengan-Nya, kita akan merasakan kepuasan yang tidak bisa diberikan oleh dunia.

  • Menyenangkan Tuhan adalah Tujuan Utama

Sebagai orang percaya, fokus utama kita bukanlah untuk menyenangkan manusia, tetapi untuk menyenangkan Tuhan. Hidup kita harus mencerminkan kehendak-Nya dan berjalan sesuai dengan kebenaran-Nya. Galatia 2:20 mengingatkan kita, “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Hal ini berarti kita harus rela menanggalkan ambisi dan keinginan duniawi demi hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Apapun yang kita lakukan, biarlah itu berpusat pada upaya untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk mencari pujian atau penghargaan dari manusia.

Menyenangkan Tuhan adalah tujuan utama kita, dan ini dapat diwujudkan dalam tindakan sehari-hari—baik di rumah, di tempat kerja, di sekolah, maupun di lingkungan sosial kita. Sikap rendah hati dan hati yang tulus adalah tanda nyata dari kehidupan yang diubahkan oleh Kristus.

  • Kasih dan Kebaikan yang Dinyatakan

Jika ada satu hal yang seharusnya kita “pamerkan” atau flexing kepada dunia, itu adalah kasih dan kebaikan Tuhan. Keluaran 34:6 dan Mazmur 31:19 mengingatkan kita bahwa kasih dan kebaikan Tuhan berlimpah. Setiap tindakan yang kita lakukan, setiap kata yang kita ucapkan, dan setiap sikap yang kita tunjukkan harus mencerminkan kasih dan kebaikan Tuhan kepada orang lain. Tuhan telah memenuhi hidup kita dengan kasih-Nya, dan kita dipanggil untuk menyalurkan kasih tersebut kepada orang-orang di sekitar kita.

Yakobus 1:17 mengajarkan bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Tuhan, dan Mazmur 107:8-9 mengingatkan kita bahwa Tuhan selalu menyertai kita dengan hal-hal baik. Oleh karena itu, kebaikan yang kita tunjukkan bukanlah sekadar perbuatan baik untuk dilihat oleh orang lain, tetapi merupakan manifestasi dari kasih Tuhan yang bekerja dalam hidup kita.

Teolog James Bryan Smith pernah berkata bahwa kebaikan adalah sesuatu yang bermanfaat atau memperbaiki orang lain.

Ini adalah tantangan bagi kita semua—untuk membawa kebaikan dan manfaat bagi orang lain melalui perbuatan dan sikap yang mencerminkan kasih Kristus. Dengan cara ini, kita tidak hanya “memamerkan” kekuatan Tuhan dalam hidup kita, tetapi juga menjadi berkat bagi orang lain.

Tuhan Yesus memberkati

Pdt. Budi Wahono

Bacaan Alkitab hari ini : Kitab Ayub pasal 33 dan 34

https://elohim.id/bacaan-alkitab-jumat-04-oktober-2024/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *