“Spiritualitas Ugahari”

November 9, 2022 0 Comments

Renungan Harian Rabu, 09 November 2022

Bacaan: Matius 6:11,” Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.”

Belakangan ini kata ugahari banyak dibicarakan. Apa yang dimaksud dengan ugahari  itu? Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikannya:

1. sedang; pertengahan, 

2. sederhana. 

Pengembangan arti lainnya adalah: bersahaja, lugu, polos, prasaja. Sedangkan keugaharian mengandung arti :keluguan, kepolosan, kesahajaan, kesederhanaan, dan kewajaran. 

Spiritualitas ugahari adalah semangat iman yang meyakini bahwa rakhmat TUHAN itu cukup untuk semua ciptaan-Nya.

Oleh karenanya setiap orang yang meyakini semangat iman seperti ini akan mengembangkan gaya hidup sederhana, menolak berfoya-foya, serakah atau rakus. “Spiritualitas keugaharian adalah berani berkata cukup terhadap godaan materi sebagaimana doa yang Tuhan Yesus ajarkan, ‘berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.’ “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” paling tidak mengandung dua makna:

            Pertama, perhatikan frase “pada hari ini”, dalam beberapa Alkitab terjemahan bahasa Inggris dituliskan kata “daily”, dalam bahasa Yunani digunakan kata “semeron”. Yang dalam hal ini mengajarkan kepada kita tentang hubungan dengan Tuhan adalah komunikasi sehari-hari.

Tuhan Yesus tidak mengajarkan berdoa untuk meminta berkat pekan depan, bulan depan, tahun depan, karena Dia ingin berjumpa dengan kita setiap hari. Tuhan Yesus mau supaya kita datang kepada-Nya setiap harinya, meminta berkat yang secukupnya, tidak lebih dan tidak kurang.

Kedua, ada dalam kata “secukupnya”. Kalau kita baca dalam kutipan bahasa Jawanya, kata “makanan” digunakan kata “rejeki”. Jadi tidak berarti sempit tentang makanan saja, tetapi tentang berkat secara umum. Fokus kita adalah di kata “secukupnya”. Tuhan Yesus mengajarkan untuk meminta dalam takaran secukupnya, sebesar apa yang sesungguhnya kita perlukan. Hal ini, menurut saya adalah untuk menjaga hati kita dari keserakahan atas berkat dan belajar untuk hidup dalam keugaharian.

Rasul Paulus juga mengajarkan prinsip yang sama dengan hal ini, “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.(1 Timotius 6:6-8). Mari kita belajar setiap hari berkata, “Tuhan, hari ini berkat secukupnya ya”, dan mengatakan dalam hati “asal ada makanan dan pakaian, cukup”, sebagaimana rasul Paulus mengatakannya.

Jangan salah mengerti dengan berkata, masakan cukup hanya makanan dan pakaian. Makna yang lebih dalam adalah tentang mencukupkan diri dengan apa yang kita perlukan, bukan dengan apa yang kita inginkan. Ketika kita berkata “secukupnya”, Tuhan tahu benar keperluan-keperluan yang kita sedang butuhkan saat ini. Cukup itu relatif, cukup bagi seseorang belum tentu cukup bagi orang lain. Tuhan mengerti benar di mana kecukupan itu dalam hidup kita dan Tuhan mau kita belajar hidup dalam kesederhanaan.

Tetapi, semangat ugahari tidak berhenti hanya untuk mencukupkan diri dan hidup dalam kesederhanaan. Spiritualitas ugahari akan mendorong seseorang untuk peduli terhadap sesamanya agar mereka dapat hidup dalam kecukupan juga. Ugahari akan memberi ruang bahkan merangkul orang-orang yang papa, miskin dan menderita tanpa memandang perbedaan ras, suku golongan, atau pun agama. Semangat ugahari mengajarkan bahwa Allah begitu peduli terhadap penderitaan dunia, khususnya manusia. Mari kita belajar hidup dalam Spiritualitas Ugahari, belajar mencukupkan diri dan hidup dalam kesederhanaan. Dan, jika Tuhan memberkati kita dengan berlimpah, mari kitapun peduli dengan mereka yang mengalami kesulitan dan penderitaan.

Tuhan Yesus Memberkati.

CM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *