Teruslah, Jangan Berhenti Sekarang

Renungan Harian, Selasa 18 April 2023
Bacaan : Ibrani 10:32-39
Nats : Ibrani 10:36, Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu
Syalom Bapak Ibu Saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus . . . .
Seorang dokter Skotlandia, A.J. Cronin (1896-1981) terpaksa berhenti dari praktik medisnya karena sakit. Lalu ia memutuskan untuk menulis novel. Namun, ketika novel itu baru setengah jadi, ia patah semangat dan membuang naskahnya ke tempat sampah.
Dalam keadaan sangat putus asa, Cronin berjalan-jalan di Highlands, Skotlandia dan melihat seorang pria sedang mencangkuli rawa. Ia mencoba mengeringkan tanah berlumpur itu untuk dijadikan padang rumput. Saat Cronin bertanya kepadanya, pria itu menjawab, “Ayah saya menggali rawa ini, tetapi ia tak pernah bisa menjadikannya padang rumput. Namun, kami tahu, hanya dengan mencangkulnya, rawa ini bisa dijadikan padang rumput. Karena itu, saya terus mencangkul.”
Merasa ditegur dan termotivasi kembali oleh kejadian itu, Cronin segera pulang, mengambil naskahnya dari tempat sampah, dan menyelesaikannya. Akhirnya, novelnya yang berjudul Hatter’s Castle terjual sebanyak tiga juta kopi. Cronin meninggalkan praktik medisnya dan menjadi penulis terkenal dunia.
Terkadang kita juga merasa terjebak dalam situasi yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Apakah kita bersedia terus menggali “rawa”, apa pun yang ditugaskan Allah kepada kita?
Kata “tekun” dapat diartikan sebagai ketetapan hati yang kuat (teguh) untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan tugas apa pun. Tekun juga berarti fokus, konsisten dan tidak mudah putus asa terhadap apa yang sedang dikerjakannya. Pepatah orang Batak mengatakan, “talu do gogo dibahen nunut” (kekuatan dikalahkan oleh ketekunan). Maksudnya, orang yang tekun melakukan tugas dan pekerjaannya pastilah akan berhasil dengan baik. Kita bukan mengandalkan kekuatan saja dalam meraih kesuksesan. Sejalan dengan itu pepatah Jawa mengatakan: “Sing sapa telaten bakal panen.” Artinya siapa mau bertekun pastilah nantinya akan menuai hasilnya. Maksudnya, ketekunan menjadi kunci untuk meraih kesuksesan.
Alkitab mencatat: “Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperolah apa yang dijanjikan itu” (Ibr. 10:36). Orang yang tekun akan menghasilkan buah dan menikmati upah. Ketekunan adalah unsur terpenting dalam setiap keberhasilan. Terlebih di era sekarang ini, semua orang menginginkan segala sesuatu yang serba instan. Ingin cepat kaya, tapi tidak mau bekerja keras; ingin berhasil, tapi tidak mau berusaha.
Pertanyaannya adalah bagaimana ketekunan dapat terbentuk?
Pertama, melalui kesengsaraan (Rm. 5:3). Itulah sebabnya Tuhan kadang kala mengizinkan kita mengalami kesengsaraan dengan tujuan agar Ia dapat membentuk ketekunan di dalam diri kita.
Kedua, melalui ujian iman (Yak. 1:3). Oleh karena itu, Tuhan seringkali mengizinkan berbagai pencobaan menimpa hidup kita dengan maksud agar ketekunan dapat muncul di dalam diri kita.
Ketiga, melalui latihan (bnd. kehidupan Ayub). Ketekunan dapat dilatih, karena hal itu adalah ketetapan hati. Sekalipun istri Ayub mendesak Ayub agar tidak bertekun lagi dalam kesalehannya, namun ia memutuskan dan menetapkan bahwa ia akan tetap tekun dalam kesalehannya (Ayb. 2:9-10).
Saudara sekalian, mari tekunlah dalam setiap hal yang Tuhan telah percayakan, menyerah ? Jangan dulu karena percayalah bahwa janji yang telah Tuhan sediakan akan dapat kita raih, asal kita tekunn sampai akhir menggiring Tuhan
Tuhan Yesus Memberkati
TC