“Timbal Balik “

Renungan Harian Jumat, 09 Agustus 2024
Syalom bapak ibu yang dikasihi oleh Tuhan Yesus … Ketika bangun tidur, siapa yang kita pikirkan, dan apa yang kita pikirkan … Apakah kita sedang SELFLESS / Tanpa pamrih / sepi ini pamrih / tidak mementingkan diri sendiri … Atau kita sedang SELFISH / Egois / mementingkan diri sendiri
Bisakah kita membayangkan jika Allah EGOIS? Jika Allah egois, maka selamanya kita akan berada dalam belenggu dosa. ALLAH adalah KEBENARAN, maka hatiNYA yang penuh KASIH yang MENYELAMATKAN kita, TERBUKTI berita yang Yesus dengungkan ketika di dunia ini adalah berita kepedulian bagi orang lain, berita menyelamatkan yang terhilang, dan ini adalah berita KEBENARAN SORGA. SIKAP EGOIS, menjauhkan seseorang dari KEBENARAN, karena hidupnya hanya BERFIKIR untuk kepentingan dirinya sendiri ( EGOCENTRIS )
BELAJAR dari ATURAN EMAS dalam KHOTBAH DI BUKIT
“Aturan Emas” (Golden Rule) merupakan istilah yang diberikan untuk ajaran utama Yesus dalam Khotbah di Bukit. Kata “Aturan Emas” sebenarnya tidak ada di dalam Alkitab, sama halnya seperti kata “Khotbah di Bukit.” Judul-judul ini ditambahkan tim penerjemah Alkitab agar mempermudah seseorang mempelajari dan memahami Alkitab. “Golden Rule” mulai dianggap sebagai sebutan dari ajaran Yesus sejak abad ke 16. Apa yang kita sebut sebagai Golden Rule bisa ditemukan di Injil
Matius 7:12: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Yesus memahami hati manusia yang egois.
Bahkan, di ayat sebelumnya, Dia menggambarkan manusia sebagai “yang jahat” (ay.11). Golden Rule yang diberikan Yesus memberikan kita tolok ukur, sehingga manusia yang pada dasarnya egois dapat menguji sendiri tindakan mereka: dengan memperlakukan sesamanya sebagaimana mereka ingin diperlakukan oleh sesamanya. Alkitab menyatakan Golden Rule sebagai “Karena itu, segala sesuatu yang kamu ingin orang lakukan kepadamu, demikian juga kamu lakukan kepada mereka karena inilah isi Hukum Taurat dan kitab para nabi” (AYT). Matius 7:12
Yesus meringkas seluruh Perjanjian Lama menjadi satu prinsip tunggal, yang diambil dari kitab Imamat 19:18: “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.”
Perintah ini didasarkan pada kelemahan manusia; yang dijadikan sebagai pengantar untuk memerintahkan bagaimana cara memperlakukan orang lain. Manusia pada umumnya menuntut rasa hormat, kasih, dan penghargaan, terlepas dari apakah ia pantas untuk menerimanya atau tidak.
Yesus memahami keinginan ini dan menggunakan kebutuhan tersebut untuk menuntun sikap hidup manusia kepada kesalehan.
Apakah kita ingin dihargai? Maka hargailah orang lain.
Apakah kita mengharapkan kata-kata yang baik? Maka ucapkanlah kata-kata yang dipenuhi kebaikan kepada orang lain. “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (Kis 20:35).
Golden Rule juga merupakan bagian dari perintah terbesar kedua yaitu mengasihi sesama, yang didahului oleh perintah pertama untuk mengasihi Allah (Mat 22:37-39).
Yang menarik untuk diperhatikan dari Golden Rule adalah bahwa tidak ada pemahaman agama lain yang dapat menyamainya. Seringkali, para kritikus liberal mencoba menjelaskan kalau Golden Rule ini merupakan etika umum yang dimiliki semua agama. Namun Tidak demikian !
Perintah Yesus memiliki perbedaan yang hampir tak terlihat, tetapi sangat penting.
Ringkasan singkat dari ungkapan-ungkapan agama-agama Timur berikut dan akan memperjelas pemahaman kita
- Konfusianisme: “Jangan lakukan kepada orang lain apa yang kamu tidak inginkan mereka lakukan kepadamu” (Analek 15:23)
- Hindu: “Inilah ikhtisar dari kewajiban: jangan lakukan kepada orang lain apa yang menyebabkan rasa sakit jika dilakukan kepadamu” (Mahabharata 5:1517)
- Budha: “Jangan sakiti orang lain dengan cara-cara yang juga akan menyakiti dirimu” (Udanavarga 5:18)
Ketiga ungkapan di atas mirip dengan Golden Rule tetapi dinyatakan dengan kalimat negatif dan pasif. Golden Rule Yesus merupakan perintah positif untuk menunjukkan kasih secara proaktif.
Agama-agama Timur berkata, “Tahanlah diri Saudara untuk tidak melakukan”; sementara Yesus berfirman, “Lakukanlah bagi sesamamu dan jangan ditahan !” Agama-agama Timur menyatakan sudah cukup bagi seseorang untuk tidak melakukan perilaku negatif. Yesus menuntun umatNya untuk bertindak hal yang positif, tindakan Berkat
Beberapa orang menuduh Yesus “menjiplak” konsep Golden Rule ini dari agama-agama Timur.
Namun, teks Konfusianisme, Hindu, dan Budha seperti yang dikutip di atas, semua ditulis antara tahun 500-400 SM. Yesus mengacu Golden Rule ini dari Kitab Imamat, yang ditulis sekitar tahun 1450 SM. Jadi, sumber Golden Rule Yesus sekitar 1000 tahun lebih awal daripada “aturan perak.
” Siapa yang “menjiplak” siapa kalau begitu? Perintah untuk mengasihi inilah yang membedakan etika Kristen dari semua etika agama lain. Bahkan, Alkitab memerintahkan umatNYA untuk mengasihi musuhnya (Mat 5:43-44; bandingkan dengan Kel 23:4-5). Perintah ini tidak ada di agama-agama lain.
Menaati perintah Alkitab untuk mengasihi sesama merupakan tanda jati diri umat Tuhan (Yoh 13:35). Orang Percaya bahkan tidak bisa mengaku mengasihi Allah jika mereka tidak mengasihi sesamanya dengan tekun. “Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (1 Yoh 4:20).
Siapakah Sesamamu Manusia ?
Lukas 10:25-37. Yesus menyelesaikan percakapannya tentang orang Samaria itu dengan sebuah pertanyaan, “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” (ayat 36). Orang Samaria adalah jawaban yang tepat yang telah melakukan dari lubuk hatinya yang dalam, “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.”Sikap orang Samaria ini mencelikkan mata bagi orang orang farisi yang sedang mencobai Yesus, bahwa sesamanya manusia bukanlah hanya orang yang satu agama dan bangsa, tetapi juga setiap orang, apapun latar belakangnya.
Dalam Lukas 10: 25-37. Yesus memberi pemahaman tentang “siapakah sesamaku manusia” yang menembus batas-batas semua orang dari semua latar belakang suku, budaya, agama dan bangsa, bahkan musuh atau yang memusuhi. Karena itu, setiap orang percaya memiliki tanggung jawab untuk mengasihi sesama manusia melalui tindakan nyata.
Tuhan Yesus memberkati
Pdt. Budi Wahono
Bacaan Alkitab hari ini : Kitab 1 Tawarikh pasal 19 dan 20