“We are Connected”
Renungan Harian Youth, Selasa 26 Januari 2021
Rekan-rekan youth, barangkali pernah mengikuti acara Reuni keluarga…? di masing-masing keluarga mempunyai tradisi yang dikemas bertajuk keluarga, terlebih khusus di momen-momen tertentu. Tetapi ada juga yang reuni keluarga yang diadakan sebagai antisipasi apabila generasi muda dari keluarga tersebut sudah tidak saling mengenal dan berinteraksi lagi. Adapun satu hal yang memungkinkan reuni keluarga terlaksana adalah karena disana ada istilah “marga.” marga adalah prtanda dari keluarga mana seorang berasal. Didaerah-daerah tertentu, marga sangat penting untuk mengetahui darimana seorang berasal.
Kita semua datang dari sebuah keluarga dengan memiliki karakter yang berbeda-beda dan kebiasaan yang selalu kita lakukan di dalam rumah kita. Sebagai seorang remaja/pemuda, perlu kita tahu bahwa Kelemahan dari seorang muda terletak pada ego mereka. Dimana, ketika berada di komunitas di luar rumah atau mungkin ketika orang itu pergi ke daerah lain, salah satu yang dia bawa adalah kebanggaan diri sendiri dan juga terhadap daerahnya itu sendiri.
Ketika kita mampu menyesuaikan diri dengan baik dimanapun kita ditempatkan, maka akan sangat mudah bagi kita untuk tergabung dalam suatu komunitas. Pemahaman yang baik akan pernyataan ini akan menolong kita menjadi anak-anak Tuhan yang melakukan bagian Firman Allah sesuai dengan kehendak Allah karena kita terkoneksi dengan baik antara satu dengan yang lain. Dan di dalam status sebagai keluarga Allah, kita semua terhubung satu dengan yang lain. We are Connected.
Memahami kata “terkoneksi”
Kata “Connect” dipahami menurut pengertiannya adalah terhubung, menyambungkan, mengaitkan, memasangkan, dan kemudian diadopsi menjadi kata serapan di dalam Bahasa Indonesia dengan kata koneksi/terkoneksi.
Efesus 2:19, “demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,”
Orang asing yang dimaksud oleh Paulus dalam ayat ini adalah : pendatang dari luar… — kepada penerima aslinya, Paulus berbicara tentang orang-orang yang bukan Yahudi yang terasing di kota mereka; secara luas dalam istilah kekristenan yaitu mereka yang baru percaya kepada Yesus Kristus dan bergabung dengan komunitas Kristen di kota Efesus. Sebutan bagi orang asing tersebut menjadi 4 istilah:
- Menjadi sesama warga negara (kota)
- Orang kudus (bangsa yang dikhususkan bagi Tuhan)
- Rumah tangga Allah (anggota keluarga)
- Sebuah bangunan rohani.
Dari makna-makna inilah yang membuat Paulus ingin supaya jemaat memahami bahwa mereka sudah menjadi satu oleh karena perbuatan-perbuatan Tuhan Yesus kepada mereka yang percaya kepada Dia.
Apa yang membuat kita terkoneksi dengan saudara seiman kita?
1. Diselamatkan oleh Tuhan yang sama
Efesus 2:13, tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh”, sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus.
Dalam hal ini tidak ada perbedaan yang Tuhan lakukan untuk menyelamatkan kita. Pengalaman pribadi boleh beda-beda, tetapi cara Tuhan Yesus mati di kayu salib berlaku bagi setiap manusia yang percaya kepada Dia. Roma 5:1 – dengan sangat jelas menyatakan bahwa setiap kita diselamatkan oleh iman.
2. Diperbaharui dengan tujuan yang sama
Kita menjadi orang-orang yang dikuduskan. “Jika kita terbiasa dengan kebenaran, maka kita akan sangat mudah membedakan sebuah kepalsuan”
Efesus 4:17 – sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia, dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka, dan karena kedegilan hati mereka.
3. Dipersatukan di dalam Kristus
Label gereja pada akhirnya tidak akan berguna lagi di dalam kekekalan. Keberadaan kita yang berasal dari beragam sinode gereja hanyalah sebuah aktivitas rohani, tetapi di dalam kekekalan tidak ada lagi perbedaan di dalam merk gereja tetapi semuanya telah menjadi satu. Sehingga Hidup kita menjadi tempat kediaman Allah.
Bagaimana supaya tetap terkoneksi dengan baik antara satu dengan yang lain?
Efesus 4:32, ramah seorang terhadap yang lain; yaitu bagaimana kita menunjukkan identitas sebagai seorang Kristen yang dilimpahi dengan kasih Allah.
Roma 12:10, saling mendahului dalam memberi hormat; sebagai anak-anak muda sedari kecil kita sudah terbiasa dengan sikap menghormati. Sikap ini merupakan cermin ketundukkan kita kepada Pribadi Allah yang adalah Pencipta segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini
Kolose 3:14, kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan. Hubungan yang baik dengan saudara seiman tidak akan pernah terealisasi jika bukan dengan kasih Allah yang berperan di dalamnya. Kasih Allah membuat kita terkoneksi dengan baik terhadap saudara seiman kita dan itulah sikap yang Tuhan inginkan supaya terus mewarnai kehidupan umat-Nya.
Dengan pemahaman yang benar bahwa setiap anak Tuhan terkoneksi/terhubung dalam kasih Allah, maka menjadi kewajiban kita untuk saling memperhatikan sesama kita tanpa mementingkan kepentingan pribadi kita tetapi semuanya berlandaskan tujuan Tuhan yang mulia bagi kepentingan Tuhan seutuhnya bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.
Komitmen kita:
Aku mau menjadi orang yang memahami kasih sebagai pengikat yang mempersatukan saya dengan saudara-saudara seiman saya; sehingga saya menjadi pribadi yang memahami tujuan Tuhan dalam menyelamatkan setiap umat-Nya.
Tuhan Yesus Memberkati
RM – MLE