Berlipat Ganda
Renungan Harian, Sabtu 22 Juli 2023
Nats: 1Raja-Raja 17:10-16
Syalom saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus . . . .
Dalam kisah ini, sebagai janda, wanita itu harus menjalani kehidupan yang berat menjadi tulang punggung keluarga, apalagi negerinya saat itu ditimpa kemarau/kekeringan panjang, suatu keadan yang secara manusia tidak ada harapan. Di tengah keputusasaan, datanglah orang asing (Elia) yang justru meminta pertolongan kepadanya. Dalam keterbatasan wanita itu masih memberi respon positif. Inilah percakapan mereka, ” ‘Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.’ Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi: ‘Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.’ Perempuan itu menjawab: ‘Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.’ ” (1 Raja-Raja 17:10-12)
Selain meminta minum, Elia juga meminta sepotong roti yang merupakan persediaan terakhir wanita itu. Wanita itu pun mulai bimbang, terlihat dari jawaban yang ia berikan. Maksud hati ingin menolong, tetapi ita tidak tahu harus berbuat apa karena dalam kondisi yang kritis. Namun janda Sarfat menunjukkan kualitas pribadi sebagai orang yang murah hati walau dalam keterbatasan. Setelah mendengar perkataan firman yang disampaikan Elia, tumbuh benih iman dalam diri janda tersebut, akhirnya ia melakukan apa yang diperintahkan yaitu memberikan roti kepada abdi Allah itu, sebagai pilihan beresiko namun mengandung harapan. Itulah kunci untuk mengalami mujizat Tuhan. Akhirnya, “…perempuan itu dan dia (Elia) serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia” (1 Raja-Raja 17:15-16).
Menabur kasih dalam keadaan kekurangan ternyata tidak sia-sia. Janda Sarfat pun akhirnya percaya dan beriman kepada Allah bangsa Israel, bukan lagi kepada baal.
Karena ketaatannya, janda Sarfat itu mengalami pertolongan Tuhan yang ajaib!
Kalau kita melihat di dalam 1 Raja 17 : 15 ini dikatakan Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia, maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
Kejadian di perikop ini, mengajarkan kepada kita untuk melibatkan Tuhan bekerja melalui kuasaNya yang tak terbatas dalam keadaan kita yang terbatas ada dua prinsip yang penting di dalam ayat ini :
Prinsip pertama, Janda ini taat dan memberi dari keadaan yang sedang ia butuhkan. Ini melibatkan iman dan ketaatan, dia mempunyai kebutuhan untuk diri sendiri dan keluarganya namun dengan iman yg kuat dan ketaatannya, dia memberikan sesuai dengan apa yang dikatakan nabi Elia. Apa yang dia punya untuk menopang nabi Elia dan Tuhan melipat gandakan pemberiannya.
Prinsip kedua , Janda ini memberi lebih dahulu sebelum dia memenuhi kebutuhannya sendiri dan keluarganya.pemberiannya atau pengorbanannya menghasilkan mujizat dan Tuhan kembalikan kepadanya selama tiga tahun dengan melimpahkan, kecukupan, melipat gandakan apa yang sdh ia tabur.
Saudara-saudara, ketika kita memberi dari apa yang menjadi kebutuhan kita, atau kondisi yang pas-pasan untuk hidup kita, untuk menolong orang lain lebih dulu, itu berarti kita menempatkan diri kita dalam Firman Tuhan.
Tuhan menyatakan mujizatnya pada kita jika kita menabur dalam iman maka kita akan panen dari kesetiaan Tuhan . Karena janji Tuhan yang diberikan kepada kita.
Oleh sebab itu menaburlah dan persembahkanlah sesuatu untuk Tuhan apa saja yang kita miliki walau pas-pasan. Waktu kita, tenaga kita, doa-doa kita, dan banyak hal lagi.
Dan Tuhan memperhitungkan dan melipat gandakan semuanya bagi kita yang beriman dan taat.
Tuhan memberkati.
EW