Bersyukur dalam Kebosanan

Renungan Harian Selasa, 17 Oktober 2023
Bacaan : Bilangan 11:1-9
Nats : Bilangan 11:5-6, Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.”
Syalom Bapak Ibu saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus . . . .
Di dalam kehidupan ini siapa manusia yang tak pernah bosan? Setiap manusia pasti pernah yang mengalami kebosanan? . Antropolog Helen Fisher mengatakan bahwa bosan adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan dan bersifat sementara, di mana seseorang merasa kehilangan minat dan sulit berkonsentrasi terhadap aktivitas yang sedang dilakukannya.
Kebanyakan keluh kesah kita bukanlah mengenai sesuatu yang tidak kita miliki, melainkan mengenai sesuatu yang telah kita miliki tetapi kita anggap tidak menarik. Kebosanan atas pekerjaan, gereja, rumah, atau pasangan membuat kita mengeluh bahwa semua itu bukanlah yang kita inginkan atau butuhkan. Frustrasi semacam ini telah dialami oleh manusia sejak semula.
Kita mendambakan sesuatu yang baru (fresh) dari rutinitas yang berulang dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu. Hidup ini bukanlah film laga, maka sangat mungkin bagi kita mengalami saat-saat kebosanan. Mengalami kebosanan bukanlah dosa, tapi sikap dan keputusan yang timbul dari kebosanan sangat mungkin membahayakan iman kita. Sedapat mungkin, ketika kita merasa bosan, hal itu tidak boleh berujung pada hal negatif.
Seperti umat Israel ketika di padang gurun dalam perjalanan ke Tanah Kanaan. Perhatikan keluh kesah umat Allah tentang makanan mereka. Mereka bersungut-sungut kepada Tuhan karena bosan memakan Roti Manna setiap hari. Sambil mengingat berbagai jenis makanan yang dimakan saat mereka menjadi budak di Mesir, mereka meremehkan cara Allah menyediakan makanan bagi mereka,
Bilangan 11:5-6, Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.”
Akibat dari tidak dapat mengatasi rasa bosan ini, Umat Israel bersungut-sungut dan membuat Tuhan kecewa pada mereka. Dalam Bilangan 11:20b, karena kamu telah menolak TUHAN yang ada di tengah-tengah kamu dan menangis di hadapan-Nya dengan berkata: Untuk apakah kita keluar dari Mesir?.”
Jika Umat Israel tidak bersungut-sungut atas perasaan bosan memakan Roti Manna dan mengungkapkan kepada Tuhan dengan cara yang benar, pasti rasa bosan itu tidak akan menghasilkan dosa.
Allah menyediakan apa yang mereka perlukan setiap hari, tetapi mereka ingin sesuatu yang lebih menarik. Apakah kita tergoda untuk melakukan hal yang sama? Oswald Chambers mengatakan, “Kebosanan adalah batu ujian terhadap karakter. Ada saat-saat di mana tidak ada cahaya dan getaran hati, yang ada hanyalah kegiatan sehari-hari dan tugas yang biasa. Rutinitas merupakan cara Allah untuk menempatkan kita di saat-saat perenungan. Jangan berharap Allah akan selalu memberikan saat-saat yang menggetarkan hati, tetapi belajarlah hidup dalam wilayah kebosanan dengan kekuatan dari Allah.”
Lalu bagaimana bersikap secara tepat dan benar dalam menghadapi sebuah rasa bosan?
Pertama, adalah kita perlu beristirahat sejenak dari segala macam aktivitas yang kita kerjakan, kemudian kita dapat merenung dan berdiam dibawah kaki Tuhan. Matius 11:28 berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.” Dengan datang kepada Tuhan akan membantu melegakan perasaan bosan di dalam hidup kita, Ia akan menyegarkan jiwa dan hati kita.
Kedua, kita dapat mengerjakan hal-hal yang baru dan bervariasi tapi tentunya hal yang positif
Di dalam masa-masa yang membosankan, Allah sedang bekerja untuk menanamkan karakter-Nya di dalam diri kita. Kebosanan merupakan kesempatan bagi kita untuk mengalami hadirat Tuhan.
Bapak ibu sekalian ketahuilah sekarang bahwa orang percaya harus berusaha untuk hidup penuh gairah, dan itu dapati ketika aku bertemu dengan Tuhan. Kiranya Tuhan memberikan kreativitas agar kita dapat memodifikasi dan menambahkan hal baru dalam setiap rutinitas yang kujalani, sehingga kita bisa berhasil mengatasi kebosanan.
“Bahkan hari-hari yang paling membosankan dalam hidup kita ditetapkan oleh Tuhan dan harus digunakan oleh kita untuk memuliakan Dia.” – Kath Walden
Tuhan Yesus Memberkati
TC