BIAR KEHENDAK-MU YANG JADI

June 25, 2024 0 Comments

Renungan Harian Youth, Selasa 25 Juni 2024

Lukas 22:42b, tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.

Pernahkah saudara mendengar perumpamaan: cinta itu seperti pasir? Makin digenggam, pasir akan jatuh dari kepalan tangan kita. Demikian pula cinta, makin berusaha dikontrol, makin cinta lari dari kita. Perumpamaan ini tidak hanya berlaku untuk cinta, tetapi dalam banyak hal di dunia yang di luar kontrol kita.

Di dalam doa-Nya, Yesus belajar untuk membiasakan diri-Nya menaati kehendak Allah Bapa-Nya.  Itulah sebabnya, ketika Yesus menghadapi situasi harus memilih antara menuruti keinginan diri-Nya atau menuruti keinginan Allah Bapa-Nya, Yesus lebih memilih menuruti keinginan atau kehendak Allah Bapa-Nya. 

Rekan-rekan youth, Sungguh ini adalah suatu teladan yang mulia yang ditunjukkan langsung oleh Tuhan kita.  Dia yang terlebih dahulu mengalami penyangkalan dalam diri-Nya dalam hal yang berkaitan dengan kehendak diri-Nya.  dan sebagai Anak Allah yang menjelma sebagai seorang manusia, kesadaran akan tujuan-Nya datang ke dunia ini membuat Dia tahu akan konsep, cara, dan waktu Tuhan itu tergenapi dalam hidup-Nya.

Pengkhotbah 3:1-2 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.  Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;

Pengkhotbah memberikan gambaran realita ketidakberdayaan kita mengendalikan apa yang terjadi pada kita. Kesalahan yang sering terjadi adalah menafsirkan kata-kata Raja Salomo secara tidak tepat. Salomo pada bagian ini sedang memaparkan fakta, bukan perintah. Di tujuh ayat sesudahnya, Salomo memberikan empat belas pasang kata kerja yang berlawanan, contohnya menangis-tertawa, mengasihi-membenci, dst. Pasangan kata-kata ini sekali lagi tidak boleh ditafsirkan sebagai perintah, melainkan sebuah pernyataan fakta.

Ambil contoh pasangan kata kerja pertama: hidup dan mati. Ini jelas fakta, bukan perintah. Bagaimana mungkin kita diperintahkan untuk hidup atau mati? Hidup atau mati berada di dalam kontrol Tuhan, bukan kita. Demikian pula dengan pasangan kedua: menanam dan mencabut. Kedua kata ini sebenarnya bernuansa kerajaan. Jadi, Salomo sedang mengatakan ada waktunya Tuhan mendirikan sebuah kerajaan dan ada waktunya Tuhan mencabut kerajaan tersebut. Ini yang Salomo saksikan di dalam hidupnya, bukan? Hanya oleh anugerah Tuhan saja dinasti Daud dapat ditegakkan. Kini, Tuhan akan mencabut kekuasaan Daud dari sepuluh suku Israel dan mendirikan dinasti Yerobeam. Apa pun yang Salomo lakukan, tidak akan dapat mencegah kehendak Tuhan untuk membelah kerajaannya.

Jadi, apa yang harus kita lakukan? Tuhan Yesus memberikan teladan kepada kita, yakni mengatakan, “Kehendak-Mulah yang terjadi.” C.S. Lewis pernah mengatakan, “Pada akhirnya, hanya ada dua macam manusia: mereka yang mengatakan kepada Allah, ‘kehendak-Mulah yang terjadi’, dan mereka yang kepada Allah berkata, ‘Kehendakmulah yang terjadi.’” Tipe manusia kedua adalah mereka yang memilih untuk menolak Allah selama-lamanya, dengan kata lain, neraka.

Yesus Kristus tidak gagal dalam mentaati kehendak Allah Bapa.

Dia menanggalkan keinginan-Nya pribadi dan memilih untuk mentaati kehendak Bapa.  Ketaatan seperti inilah yang seharusnya dilakukan Adam pada mulanya, namun ia gagal.   Yesus Kristus rela dihina dan direndahkan hingga serendah-rendahnya.  Ia tidak membiarkan keangkuhan merajai diri-Nya.  Ia adalah pribadi yang sangat rendah hati.  Sekalipun Ia memiliki kuasa untuk melakukan apa pun, tapi Ia tidak menggunakan kuasa itu untuk menghindari salib.

Rekan-rekan youth,Menyerahkan segala keinginan kita kepada Allah memang tidak mudah, dan hikmat-Nya bisa jadi sulit dimengerti dalam momen-momen yang sulit.  Dengan kata lain, hidup ini bukan tentang mendapatkan, tetapi tentang melepaskan (letting go).

Apa hal paling mendasar yang perlu kita lepaskan? Tidak lain dan tidak bukan adalah kontrol atas hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan. Godaan terbesar manusia dalam situasi pencobaan adalah menanggalkan keakuan atau ego yang dianggap sebagai sebuah harga diri.  Harga diri atau martabat atau harkat yang seringkali kita dengar dan digaungkan sehingga kita lupa bahwa Allah telah memberikan teladan yang begitu luar biasa, bagaimana Ia menanggalkan harkat dan martabat-Nya sebagai Allah, dan mau merendahkan diri-Nya menjadi seorang hamba, bahkan menjadi “terkutuk” di atas kayu salib.

Biarlah kita merendahkan diri, seperti Kristus telah merendahkan diri.  Sebab orang yang merendahkan diri akan ditinggikan Tuhan, dan orang yang taat pada Tuhan, menjadi layak dan berkenan di hadapan-Nya.

Salam sehat dan semangat selalu, Tuhan Yesus Memberkati

RM – DOT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *