Disiplin Berpuasa

Renungan Harian Jumat, 07 Oktober 2022
Kita mengenal budaya puasa di dunia ini, dimana orang cenderung berpuasa karena alasan : untuk mendramatisasikan suatu maksud sampai tuntutannya, atau permohonannya dikabulkan. Namun hal tersebut bukan disiplin rohani. Karena tujuan puasa yang sedang dikerjakan tersebut memiliki tujuan memanipulasi Tuhan agar menjawab keinginannya
Apakah artinya berpuasa?
- Puasa sebagai disiplin rohani, yang berpusat pada Tuhan.
- Puasa adalah tindakan disiplin Rohani yang berfokus kepada proses perubahan batiniah seseorang yang mengerjakannya
- Puasa artinya menemukan hadirat Tuhan dengan merendahkan hati di hadapan-Nya dan berharap terjadi rekonsiliasi atau pendamaian dengan Tuhan.
PUASA, PERTAMA-TAMA MENGUBAH MANUSIA, DAN BUKAN MENGUBAH ALLAH
Puasa adalah “men-sefrekuensikan” hati kita dengan hatiNya Tuhan, cara berfikir kita dengan fikiran TUHAN
John Wesley menulis, “Biarlah hal itu dilakukan bagi Tuhan dengan mata kita hanya diarahkan kepada-Nya. Biarlah tujuan kita dengan hal ini adalah untuk memuliakan Bapa kita yang di surga.”
Puasa adalah upaya menyatakan kepada Allah, dan kepada diri sendiri, bahwa kita serius dalam membangun hubungan dengan Allah. Dengan mengalihkan pandangan kita dari hal-hal dunia ini, kita dapat memusatkan diri pada Kristus dengan lebih baik.
Puasa bukanlah cara membuat Allah / memaksa Allah untuk melakukan apa yang kita inginkan. Melainkan, Puasa itu mengubah cara memahami kehidupan ini. Puasa itu bukanlah upaya untuk terlihat lebih rohani dibanding orang lain. Puasa itu dilakukan dengan kerendahan hati dan penuh kerelaan.
Matius 6:16-18 mengatakan, “Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Leo Tolstoy mengatakan, “semua orang berfikir tentang mengubah umat manusia, dan tidak ada seorangpun yang berfikir tentang mengubah dirinya sendiri “
Puasa yang Tuhan kehendaki
“Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kau sebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?” Yesaya 58:5
Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk … (Yesaya 58:6)
Alkitab mencatat apa yang Tuhan kehendaki ketika umat-Nya berpuasa.
- Menegakkan kebenaran, berbelas kasih kepada sesama (ayat 6-7).
- Tidak melakukan yang memberatkan sesama, apalagi mencelakakan (ayat 9).
- Menahan diri tidak menikmati apa yang diinginkan diri sendiri, tetapi memberikannya untuk memenuhi kebutuhan orang yang tak berdaya (ayat 10).
Puasa adalah tindakan aktif untuk mengerjakan sesuatu bagi kebaikan orang lain. Puasa bukan sebuah upaya yang dikerjakan untuk mendapat jawaban dari pergumulan-pergumulan bagi dirinya sendiri.
Tuhan kecewa ketika melihat umat-Nya menjalankan puasa hanya sebagai ritual belaka, dan menuntut Tuhan menjawab doa karena mereka merasa sudah melakukan kewajiban yang diminta (ayat 1-3). Kelihatannya saja mereka mencari dan merendahkan diri di hadapan Tuhan, tetapi sehari-harinya, mereka tidak takut melakukan apa yang jahat, seolah-olah Tuhan tidak ada (ayat 4-5).
Tuhan sangat mengerti semua pergumulan dan tantangan demi tantangan yang sedang kita alami. Ada janji Tuhan bagi setiap orang percaya yang mengerjakan dengan benar, puasa yang dikehendaki TUHAN
Tuhan berjanji menyertai, bahkan memuaskan kebutuhan kita, ketika dalam puasa kita merelakan bagian kita untuk memenuhi kebutuhan orang lain
(ayat 11). Sikap itu dikatakan akan “membangun reruntuhan” yang sudah lama tak bisa dihuni (ayat 12).
Belas kasihan dapat menembus hati yang keras hingga mereka juga dapat mengenal hidup yang berkenan kepada Tuhan. Betapa baiknya jika kita mengambil waktu untuk berdoa puasa dan menjalankannya seperti yang Tuhan kehendaki.
Rangkuman Elohim Familiy Fellowship
061022 _ Pdt. Budi Wahono