HUBUNGAN yang LANGGENG
Renungan Harian Senin, 09 Desember 2024
Belajar dari Hosea 2:13-22
Ayat Pokok “Aku akan bertunangan dengan engkau untuk selama-lamanya, dan Aku akan bertunangan dengan engkau dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang.” (Hosea 2:19)
Hubungan yang langgeng adalah impian setiap orang, baik dalam keluarga, pernikahan, maupun dengan Tuhan. Namun, hubungan seperti itu membutuhkan usaha. Dari kitab Hosea, kita belajar bagaimana Allah menunjukkan kasih-Nya kepada umat-Nya meskipun mereka sering tidak setia. Allah memulihkan hubungan dengan Israel melalui komitmen, kasih, dan komunikasi yang tulus.
Hosea hidup di abad ke-8 SM, saat Bangsa Israel menyakiti hati Tuhan dengan menyembah berhala. Kondisi sosial dan spiritual Israel sangat buruk—pemerintah tidak adil, imam bisa disogok, dan kehidupan penuh ketidakbenaran. Hosea diperintahkan menikahi Gomer, seorang perempuan sundal. Pernikahan ini melambangkan hubungan Allah dengan Israel yang sering tidak setia.
Mari kita renungkan bagaimana tiga unsur penting ini (3K) dapat membantu kita membangun hubungan yang langgeng.
1. Komitmen
Komitmen adalah dasar dari hubungan yang kuat. Nabi Hosea menunjukkan komitmen luar biasa ketika tetap setia kepada Gomer meskipun ia berkhianat. Allah pun menunjukkan komitmen-Nya kepada Israel dengan tidak pernah meninggalkan mereka, meskipun mereka menyembah berhala.
Hosea tetap setia meskipun Gomer tidak setia. Ini mencerminkan kasih Allah yang tidak pernah menyerah kepada umat-Nya. Komitmen dalam hubungan harus kuat, seperti janji pernikahan yang hanya dapat dipisahkan oleh maut.
Kasih setia (Ibr : hesed) adalah kasih yang tidak egois dan tidak bersyarat, mirip dengan agape dalam bahasa Yunani. Kasih ini berorientasi pada kebaikan tertinggi bagi orang lain, bukan demi kepentingan diri sendiri. Apakah kita memiliki komitmen yang teguh dalam hubungan kita? Dalam pernikahan, persahabatan, atau hubungan dengan Tuhan, kita dipanggil untuk setia, bahkan dalam keadaan sulit.
Hubungan yang langgeng membutuhkan komitmen yang kokoh, baik dalam suka maupun duka. Prinsip ini juga dipraktikkan oleh komunitas Promise Keepers di Amerika yang berkomitmen menjaga janji pernikahan mereka. Kesetiaan merupakan wujud nyata dari kasih sejati (hesed), Mengasihi bukan demi mendapatkan sesuatu, tetapi demi memberikan yang terbaik bagi orang lain. Tetap setia kepada pasangan meskipun menghadapi tantangan. Mengasihi anak-anak dengan memberikan yang terbaik untuk membangun masa depan mereka. Berkomitmenlah untuk selalu setia kepada Tuhan, bahkan dalam situasi sulit. Memahami bahwa Tuhan selalu mengasihi dan memulihkan kita, seperti Hosea kepada Gomer.
Marilah kita membuat keputusan untuk tetap setia kepada pasangan atau sahabat, seperti janji pernikahan yang kita ucapkan. Dalam hubungan dengan Tuhan, teguhkan komitmen kita untuk tetap berdoa, membaca firman, dan melayani-Nya.
2. Kasih
Kasih sejati bukanlah kasih yang egois, tetapi kasih yang rela berkorban demi kebaikan orang lain. Allah menunjukkan hesed (kasih setia) kepada Israel, meskipun mereka sering kali melukai hati-Nya. Hosea juga mencerminkan kasih ini dengan memulihkan Gomer dan menerima dia kembali.
Hosea memulihkan Gomer, meskipun ia telah meninggalkan Hosea. Dalam Hosea 2:13-22, Allah menyatakan rencana-Nya untuk memulihkan Israel agar mereka memanggil-Nya “suamiku” dan tidak lagi menyebut nama-nama berhala.
Dalam Hubungan dengan Sesama:Apakah kasih yang kita tunjukkan kepada orang lain murni dan tidak bersyarat? Apakah kita mengasihi karena ingin memberi atau sekadar untuk menerima? Mari Praktekkan kasih sejati dengan memberikan waktu, perhatian, dan pengampunan kepada orang yang kita kasihi. Tunjukkan kasih kepada Tuhan dengan menaati firman-Nya dan mengasihi sesama.
3. Komunikasi
Komunikasi adalah jembatan yang menghubungkan hati satu dengan yang lain. Dalam Hosea 2:16, Allah berkata bahwa Israel akan memanggil-Nya “suamiku” sebagai tanda pemulihan hubungan. Komunikasi yang tulus memperbaiki hubungan yang rusak.
Apakah kita mendengar dan berbicara dengan hati yang tulus dalam hubungan kita? Apakah komunikasi kita dengan Tuhan masih hidup, ataukah sudah menjadi rutinitas semata? Berbicaralah dengan jujur dan lembut kepada pasangan, keluarga, dan teman. Dengarkan mereka dengan sepenuh hati. Dalam hubungan dengan Tuhan, perkuat komunikasi lewat doa dan pujian yang tulus.
Hubungan yang langgeng tidak terjadi begitu saja, tetapi membutuhkan komitmen, kasih, dan komunikasi yang terus-menerus. Mari belajar dari hubungan Allah dengan Israel melalui Hosea. Meski sering tidak setia, Allah tetap memulihkan hubungan dengan kasih setia-Nya.
Tuhan Yesus memberkati
Rangkuman Khotbah
Pdt. Gatut Budiono