Iman Menuntut Kesabaran

February 15, 2023 0 Comments

Renungan Harian Rabu, 15 Februari 2023

Bacaan: Lukas 18:8 “Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

Bacaan kita hari ini berisi suatu pertanyaan yang ditanyakan Yesus kepada murid-murid-Nya, yang juga patut ditanyakan di antara kita hari-hari ini. Adakah Ia mendapati Iman di dalam kita? Tidak lama lagi Yesus akan datang, kita perlu menjaga agar iman itu tetap ada dalam kita.  

Iman adalah dasar

Menurut Ibrani 11:1, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”

Iman adalah dasar, fondasi, asas, atau landasan. Kita perlu memulai dengan iman, berjalan terus dengan iman, dan juga selesai dengan iman.

Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ”Orang benar akan hidup oleh iman.” (Roma 1:17).

Iman bertumbuh dan bertambah dalam prosesnya. Salah satu doa para rasul kepada Yesus adalah: “Tambahkanlah iman kami!” (Luk. 17:5). Sebagai jawaban, Yesus menjelaskan bahwa iman adalah seperti benih yang bertumbuh; suatu benih yang kecil yang hanya sebesar biji sesawi saja, tetapi dapat bertumbuh dan bertambah besar menjadi pohon yang rindang. Iman harus menjadi dasar bagi segala sesuatu yang kita lakukan, karena “segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.” (Roma 14:23).

Iman dan pengharapan

Iman adalah dasar untuk sesuatu yang diharapkan. Apa itu pengharapan? Pengharapan adalah sesuatu yang belum terwujud, belum kelihatan, tetapi diharapkan akan terjadi di masa depan. Pengharapan itu didasarkan pada iman akan perjanjian Allah: “Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” (Roma 5:2). Karena itu, iman berkaitan erat dengan pengharapan.

Iman menuntut kesabaran

Dengan iman yang sungguh, kita akan sanggup menantikan dengan sabar. “Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun,” (Roma 8:25).

Untuk lebih memahami pengertian ini, mari kita baca salah satu terjemahan alkitab Jawa Suriname yang memberikan pengertian yang melengkapi mengenai Iman. Bahwa Iman menuntut kesabaran.

Ibr 11:1 (Jawa Suriname)

Para sedulur, aku wis ngomong nèk awaké déwé kudu pretyaya terus marang Gusti, senajan aboté lan angèlé kaya ngapa. Lah pretyaya marang Gusti Allah kuwi apa ta tegesé? Pretyaya marang Gusti Allah kuwi tegesé mangertèni tenan nèk sembarang sing wis dijanji karo Gusti Allah lan sing diarep-arep karo awaké déwé mesti bakal dituruti karo Gusti Allah. Pretyaya kuwi tegesé mangertèni nèk sembarang sing wis diomong karo Gusti Allah nèk bakal klakon ya bakal klakon tenan, senajan mripat durung weruh.

Jika diterjemahkan, pada bagian awal ayat ini berkata bahwa: kita HARUS Percaya terus kepada Tuhan Yesus, MESKIPUN berat dan sesulit apapun. Diperlukan kesabaran dalam menghadapi kehidupan yang berat dan sulit ini, seberapapun berat dan sulitnya, kita harus tetap percaya kepada Tuhan Yesus. Meskipun sakit kita belum disembuhkan, meskipun masalah kita banyak dan bertubi-tubi, meskipun kita dalam keadaan kekurangan dan mengalami kerugian yang besar , dan apapun itu, kita tetap HARUS percaya dan berharap kepada janji-janji-Nya. Menanti dengan sabar sambil bersungguh-sungguh melakukan bagian kita adalah wujud dan bukti iman!

Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.

(Kol. 1:23).

Tuhan Yesus memberkati

CM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *