Investasi Kebaikan
Renungan Harian Jumat, 05 Juli 2024
Investasi adalah menanam modal untuk mendapatkan keuntungan di masa depan. Semua orang yang berinvestasi pasti menginginkan keuntungan besar. Ada berbagai jenis investasi, seperti tanah, emas, saham, atau tabungan. Banyak orang tertarik berinvestasi karena janji keuntungan besar, tetapi tidak sedikit yang kecewa karena salah memilih investasi. Sekarang, kita akan belajar tentang investasi dalam Tuhan yang selalu menguntungkan, yaitu perbuatan baik.
Melihat keadaan dunia sekarang ini, berbuat baik memang tidaklah mudah. Terutama jika perbuatan baik kita tidak mendapat respon atau balasan yang diharapkan. Sering kali kita merasa bosan berbuat baik, mulai berpikir berkali-kali sebelum berbuat baik, dan akhirnya kita berhenti melakukannya. Berbuat baik kadang membuat kita berkorban dan kehilangan sesuatu, atau tampaknya kita mengalami kerugian. Apakah benar demikian?
II Tesalonika 3:13 mengatakan,”Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik.”
Mengapa kita tidak boleh bosan berbuat baik dan menjadikan perbuatan baik sebagai investasi kehidupan kita
Pertama, karena kita berasal dari Allah.
III Yohanes 1:11b berkata, “Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah.” Kita adalah anak-anak Tuhan, dan kita dikenal karena perbuatan baik kita, mengikuti teladan Allah yang pertama kali menunjukkan kebaikan kepada kita. Rasul Paulus menulis dalam Efesus 2:10 bahwa kita diciptakan oleh Allah untuk melakukan perbuatan baik yang sudah dipersiapkan-Nya. Jadi, jika kita berbuat baik, itu berarti kita berasal dari Allah.
Kedua, penderitaan yang kita alami karena berbuat baik adalah kehendak Allah (I Petrus 3:17).
Banyak orang merasa lelah berbuat baik karena tidak mendapat balasan atau malah dimanfaatkan. Berbuat baik kepada orang yang baik pada kita mudah, tapi berbuat baik kepada orang yang tidak baik pada kita butuh kekuatan ekstra (Roma 12:21). Misalnya, orang yang kita bantu malah menipu kita, sahabat kita berselingkuh dengan orang yang kita cintai, atau orang yang kita tolong memfitnah kita. Firman Tuhan menasehati kita untuk selalu berbuat baik, tanpa batas dan alasan, kepada semua orang, bahkan yang memperlakukan kita dengan buruk (I Tesalonika 5:15, Lukas 6:27).
Mother Teresa pernah berkata, “Hal yang baik yang Anda lakukan hari ini mungkin akan dilupakan besok. Sekalipun begitu, berbuat baiklah apapun yang terjadi.”
Ketiga, dengan berbuat baik, kita memuliakan Allah (Matius 5:16).
Sebagai pengikut Kristus, kita harus rajin berbuat baik agar orang lain melihat perbuatan kita dan memuliakan Bapa di Sorga. Banyak orang berbuat baik tapi tujuannya bukan untuk memuliakan Tuhan, misalnya mencari popularitas atau perhatian. Sebagai pengikut Kristus, tujuan utama kita dalam berbuat baik adalah untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk dipuji orang.
Keempat, kita akan menuai sesuai waktu Tuhan (Galatia 6:9).
Berbuat baik adalah kesempatan bagi orang percaya untuk menabur kebaikan. Seperti petani yang menabur benih, kita harus terus mengupayakan agar benih kebaikan kita tumbuh sampai waktu menuai tiba. Jangan menunda-nunda berbuat baik karena akan ada waktunya kita menuai hasil dari perbuatan baik kita.
Yakobus 4:17 mengatakan, “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.”
Mari terus berbuat baik. Dengan berbuat baik, orang lain tahu bahwa kita berasal dari Allah. Penderitaan yang kita alami karena berbuat baik adalah kehendak Allah. Berbuat baik memuliakan Allah, dan kita akan menuai berkat dari kebaikan kita. Namun, ingatlah bahwa perbuatan baik bukanlah sarana utama untuk mendapatkan keselamatan kekal, tetapi merupakan buah dari keselamatan dalam Kristus Yesus.
Selamat menaburkan kebaikan senantiasa
Tuhan Yesus memberkati