KASIH-NYA YANG TAK BERSYARAT

Renungan harian Youth, Rabu 29 Maret 2023
Syalom rekan-rekan youth semuanya. Anugerah Tuhan begitu besar dalam setiap kehidupan kita. Karena sampai detik ini, kita masih bisa merasakan penyertaan Tuhan didalam hidup kita.
Rekan-rekan jika kita suka menonton film, mungkin kita pernah menyaksikan film yang endingnya seolah-olah menggantung. Misalnya, sepanjang film kita menyaksikan salah satu karakter antagonis yang terus menyusahkan si protagonis. Penonton pun berharap si protagonist menang dan si antagonis kalah serta dihukum. Namun, meski si protagonis sudah lepas dari masalah, si antagonis tetap bebas. Bahkan ada film yang berakhir dengan si protagonist tetap tak lepas dari masalah, tapi hanya berefleksi atas pengalamannya saja. Film seperti kadang membuat kita ikut geregetan, tapi tentu itu bukan karena si penulis naskah bingung mengakhiri atau naskahnya belum selesai. Sering kali ending menggantung itu dimaksudkan supaya penonton bisa menghayati cerita dengan lebih personal atau agar perasaan penonton lebih dilibatkan saat menonton.
Dan pada hari ini kita juga akan belajar dari dua cerita di Alkitab yang seolah-olah endingnya juga menggantung. Kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan cerita perumpamaan Tuhan Yesus mengenai anak yang hilang (Lukas 15:11-32). Diakhir perumpamaan anak yang hilang, semoat ada dialog antara sang bapa dan anaknya yang sulung. Tapi, kita tidak tahu bagaimana reaksi si sulung setelahnya. Demikian juga dengan cerita Yunus diakhir daripada kitab Yunus, tak ditulis reaksi Yunus, si nabi keras kepala itu setelah Allah menjelaskan bagaimana Ia begitu mengasihi Niniwe. Apakah Yunus sadar dan ikut mengasihi bangsa Niniwe yang amat dibencinya itu? Lalu apakah si sulung dan cerita perumpamaan Tuhan Yesus ikut menyambut adiknya yang baru pulang dari berbuat dosa? Tidak ada keterangan disana. Ini bukan kebetulan. Tuhan ingin kita sendiri menjawab pertanyaan itu. Jika kita ada diposisi si sulung maupun Yunus, bagaimana respon kita terhadap penjelasan Tuhan bahwa Ia mengasihi mereka yang seharusnya tak layak dikasihi?.
Bagaimana jika Tuhan berkata bahwa Ia begitu mengasihi orang-orang yang selama ini begitu membuat kita menderita dan melakukan berbagai hal yang jahat kepada kita? Bagaimana jika Tuhan berkata bahwa Ia mengasihi orang yang selama ini berhak untuk mendapat hukuman yang berat atas perbuatannya yang jahat? Karena kalau dipikir-pikir terkadang kita sama dengan Yunus maupun anak sulung tersebut. saat kita melihat orang-orang yang benar salah dididepan mata kita, namun ternyata dia masih mendapat kasih dari orang-orang disekitarnya, kita justru malah marah dan muram.
Lukas 6:35, Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
Setiap orang tentu berharap apa yang dilakukannya disertai Tuhan dan dibuat Tuhan berhasil.
Rasa-rasanya tidak ada seorangpun yang melakukan sesuatu dan berharap gagal. Keberhasilan biasanya dirayakan dengan selebrasi, pesta, dan ekspresi penuh kegembiraan. Namun berbeda dengan Yunus, dia justru marah dan muram. Sudah tidak asing lagi ditelinga kita mengenai cerita tentang Yunus, ketika Tuhan menyuruhnya pergi ke kota Niniwe, supaya ia memberitakan bahwa mereka harus bertobat, namun dia malah pergi ke Tarsis.
Yunus 4:1 Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.
Yunus tidak rela kalau Niniwe yang sedemikian jahat menerima kasih karunia Tuhan. Dan sekarang kita tahu mengapa dia lari ke kota lain. Karena Yunus berharap Niniwe dihancurkan saja oleh Tuhan, sebab mereka pantas mendapatkannya, namun Tuhan berkata lain. Dia justru memberikan Kasih dan Anugerah yang luarbiasa kepada kota Niniwe, tetapi Yunus malah marah dan tidak bersukacita.
Rekan-rekan Youth, memang perkara dalam mengasihi bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Apalagi jika kita harus mengasihi orang yang sudah melukai hati kita dengan begitu hebat. Namun, mengasihi memiliki impact atau dampak yang luarbiasa buat diri kita sendiri. Mengasihi akan membuat kita semakin dekat dengan Tuhan, kita pasti menjadi seseorang semakin yang kuat dan tentunya menjadi pribadi yang berkenan dihadapanNya.
Untuk itu, kita perlu Tuhan, agar kita bisa mampu untuk mengampuni siapapun yang pernah melukai dan mengecewakan hidup kita.
mari andalkan Tuhan senantiasa, dan percayalah ada Roh Kudus yang selalu ada bersama-sama dengan hidup kita.
Tuhan Yesus Memberkati
YG – NDK