“LIMA JAMPI Penguasaan Diri”
Renungan Harian Senin, 04 November 2024
Penguasaan diri adalah sikap penting yang tercantum dalam daftar Buah Roh Paulus (Galatia 5:22-23) dan daftar kualitas “kodrat ilahi” dalam surat Petrus (2 Petrus 1:3-7). Meskipun keduanya mencantumkan beberapa karakteristik yang berbeda, penguasaan diri termasuk dalam keduanya, menegaskan betapa pentingnya karakter ini dalam kehidupan orang percaya.
Penguasaan diri adalah kemampuan untuk mengendalikan diri, mengarahkan segala keinginan, pikiran, dan tindakan kita agar sejalan dengan kehendak Allah, bukan dikuasai oleh hawa nafsu atau dorongan duniawi. Hal ini berarti kita tidak diperbudak oleh keinginan, kecuali keinginan untuk menyenangkan hati Allah.
Lima Aspek Penguasaan Diri yang Diajarkan Alkitab (LIMA JAMPI)
1. (LI) Lidah
“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya” (Amsal 18:21).
Lidah adalah bagian penting dari penguasaan diri. Yakobus 3:2 mengatakan bahwa siapa yang bisa menguasai lidahnya adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya secara sempurna. Lidah bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga dapat membangun atau merusak hubungan. Kata-kata kita, baik yang diucapkan maupun ditulis, bisa membawa kehidupan atau kehancuran.
Penulis Antonio Gilberto da Silva dalam bukunya Hidup Yang Berkelimpahan mengatakan bahwa penguasaan diri dimulai dari lidah. Penguasaan lidah menghindarkan kita dari kebiasaan bergosip, berbohong, dan menghina orang lain. Marilah kita menjaga ucapan kita agar selaras dengan kehendak Allah dan mendatangkan berkat bagi sesama.
2. (MA) Makanan
“Janganlah engkau ada di antara peminum anggur dan pelahap daging. Karena si peminum dan si pelahap menjadi miskin, dan kantuk membuat orang berpakaian compang-camping.” (Amsal 23:20-21).
Makanan, sebagai salah satu kebutuhan dasar, juga perlu dikendalikan agar tidak menjadi dorongan yang berlebihan. Dalam konteks ini, penguasaan diri berarti makan dengan tujuan menjaga kesehatan tubuh sebagai bait Allah (1 Korintus 6:19-20), bukan untuk memuaskan nafsu makan berlebih. Ini juga mencakup penguasaan diri dalam semua bentuk nafsu lainnya yang dapat mengikat hati kita.
Sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak dipanggil untuk hidup dalam askese atau menyiksa diri, tetapi juga tidak menghamburkan segala sesuatu untuk memuaskan hasrat duniawi. Makanlah secukupnya untuk menjaga kesehatan tubuh agar dapat melayani Tuhan dengan optimal.
3. (JAM) Ya Jam – Waktu
“Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” (Efesus 5:15-16).
Waktu adalah karunia yang sangat berharga, dan setiap hari kita dihadapkan pada pilihan untuk memanfaatkannya dengan bijaksana. Alkitab mengajarkan untuk hidup dengan penuh pertimbangan, memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang berkenan kepada Tuhan. Jangan sia-siakan waktu dengan kegiatan yang tidak berguna, sebab kita tidak tahu kapan Tuhan memanggil kita.
Menggunakan waktu dengan bijaksana adalah bukti penguasaan diri, karena kita memilih prioritas yang selaras dengan kehendak Tuhan. Waktu tidak dapat dikembalikan, dan setiap keputusan dalam penggunaan waktu akan menentukan arah hidup kita.
4. (PI) Pikiran
“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8).
Pikiran adalah tempat pertama di mana segala tindakan dimulai. Karena itu, sangat penting untuk menjaga pikiran kita tetap murni, suci, dan sesuai dengan Firman Tuhan. Pikiran yang negatif atau dipenuhi dengan hal-hal duniawi dapat menuntun kita pada tindakan yang merugikan.
Untuk memiliki penguasaan diri, kita harus menjaga pikiran kita. Apa yang kita pikirkan akan menentukan sikap dan tindakan kita. Fokuslah pada hal-hal yang baik, benar, dan patut dipuji, agar kita dapat hidup dalam penguasaan diri yang sejati.
Hidup yang Memuliakan Allah
Penguasaan diri adalah dasar untuk hidup yang memuliakan Allah. Ketika kita menguasai lidah, makan, waktu, dan pikiran, kita dapat hidup dalam kehendak Tuhan. Hidup yang dikuasai oleh Roh Kudus menghasilkan buah yang baik dan menjadi kesaksian bagi dunia.
Dalam 1 Petrus 4:7, Petrus mengingatkan kita untuk selalu waspada dan berdoa, mengendalikan diri dalam segala aspek kehidupan, karena akhir zaman sudah dekat. Dengan hidup dalam penguasaan diri, kita menunjukkan bahwa kita hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dan siap untuk hari kedatangan-Nya.
Tuhan Yesus memberkati
Rangkuman Khotbah
Pdt. Gatut Budiono