“Manusia MERDEKA”

August 23, 2024 0 Comments

Renungan Harian Jumat 23 Agustus 2024

Pandangan Alkitab tentang kemerdekaan atau kebebasan sering kali dipahami dalam konteks pemenjaraan dan perbudakan. Di dalam Alkitab, ketika seseorang dianggap bersalah, penguasa pada zaman itu biasanya memenjarakan orang tersebut. Contoh yang sangat jelas adalah kisah Yusuf, di mana majikannya menangkapnya dan menyerahkannya ke penjara, tempat di mana para tahanan raja dikurung (Kejadian 39:20). Peristiwa ini mencerminkan bagaimana seseorang yang tidak bersalah pun bisa mengalami penderitaan dalam penjara, hanya karena keputusan sepihak dari pihak yang berkuasa.

Selain itu, dalam masa peperangan, bangsa yang kalah sering kali diperbudak oleh bangsa yang mengalahkannya. Tawanan perang menjadi milik penakluknya, diperlakukan sebagai budak dan kehilangan kebebasan mereka. Ini juga bisa terjadi secara pribadi, seperti yang dialami Yusuf ketika ia dijual oleh saudara-saudaranya sebagai budak. Yusuf, meskipun mengalami penderitaan, tidak kehilangan imannya dan terus percaya pada rencana Tuhan.

Kemerdekaan berarti KEBAHAGIAAN berdasarkan PEMBEBASAN dari PERBUDAKAN, memasuki kehidupan baru dalam SUKACITA dan KEPUASAN yang tidak mungkin diperoleh sebelumnya.

Dalam konteks ini, kemerdekaan menurut Alkitab adalah suatu keadaan yang membawa kebahagiaan sejati melalui pembebasan dari perbudakan. Kemerdekaan memberikan jalan menuju kehidupan baru yang penuh dengan sukacita dan kepuasan yang sebelumnya tidak mungkin dicapai. Ini adalah kondisi di mana seseorang dapat hidup dengan bebas dari penindasan, baik secara fisik maupun rohani. Kebebasan ini bukan sekadar tentang melepaskan diri dari belenggu perbudakan, tetapi juga tentang memasuki kehidupan yang dipenuhi dengan makna dan tujuan yang sejati.

Kata “MERDEKA” diserap dari bahasa Sansekerta “MAHARDDHIKA” , yang artinya KEKAYAAN, KEMAKMURAN, dan KEKUASAAN

Ini menunjukkan bahwa kemerdekaan bukan hanya tentang kebebasan dari tekanan luar, tetapi juga tentang memiliki kekuatan dan kemampuan untuk hidup dengan baik dan penuh makna. Namun, kemerdekaan yang sejati tidak hanya tentang kebebasan fisik atau ekonomi, tetapi juga tentang bagaimana kita menguasai diri sendiri dan menggunakan kekuasaan yang kita miliki dengan bijak dan adil. Kita dipanggil untuk menggunakan kebebasan kita bukan hanya untuk keuntungan diri sendiri, tetapi juga untuk kebaikan orang lain, terutama mereka yang membutuhkan.

Kemerdekaan yang SEHARUSNYA adalah bagaimana kita bisa MENGUASAI diri sendiri dan menggunakan kekuasaan dengan benar bagi orang-orang di sekitar kita.

Perjalanan Hidup, Yusuf anak Yakub mengajarkan kepada kita tentang hidup Manusia MERDEKA
“Ketika itu Yusuf tidak dapat menahan hatinya lagi di depan semua orang yang berdiri di dekatnya, lalu berserulah ia: ‘Suruhlah keluar semua orang dari sini.’ Maka tidak ada seorangpun yang tinggal di situ bersama-sama Yusuf, ketika ia memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya” (Kej. 45:1). Sebagai manusia Merdeka, ia tidak menyimpan dendam dan kepahitan kepada orang lain.

Meskipun Yusuf memiliki alasan untuk menyimpan dendam, ia memilih untuk tidak melakukannya. Sebagai manusia merdeka, ia tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh kepahitan atau keinginan untuk membalas dendam.

“Setelah itu menangislah ia keras-keras, sehingga kedengaran kepada orang Mesir dan kepada seisi istana Firaun” (Kej. 45:2). Orang yang benar-benar merdeka adalah mereka yang mendeklarasikan kebaikan sebagai buah dari pertobatan sejati, menunjukkan bahwa kebebasan sejati datang dari dalam hati yang murni dan dipenuhi kasih.

Sebagai manusia Merdeka, kualitas hatinya, yaitu kebaikannya dikenal oleh semua orang, orang merdeka mendeklarasikan kebaikan sebagai buah pertobatan

“Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: ‘Marilah dekat-dekat.’ Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: ‘Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir'” (Kej. 45:4). Yusuf melihat semua penderitaan yang ia alami, termasuk dibuang ke sumur dan difitnah oleh istri Potifar, sebagai bagian dari rencana Tuhan yang sempurna.

Sebagai manusia Merdeka, Yusuf menggunakan kekuasaannya sebagai Pembawa Damai. Ketika Yusuf dibuang ke sumur oleh saudara saudaranya, maupun difitnah oleh istri Potifar, Yusuf melihatnya sebagai jalan Tuhan yang sempurna.

“Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu … Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong” (Kej. 45:5&7). Yusuf tidak menggunakan kekuasaannya untuk membalas dendam atau menghukum saudara-saudaranya, tetapi untuk membawa damai dan rekonsiliasi.

Sebagai manusia yang merdeka, Yusuf menunjukkan cara pandang yang positif terhadap masa lalu dan masalah yang dihadapinya. Ia mampu melihat tangan Tuhan bekerja dalam setiap kejadian, bahkan dalam hal-hal yang tampaknya buruk.

Sebagai manusia Merdeka, cara pandangnya terhadap masalah dan cara ia melihat masa lalunya dari kacamata yang positif.

“Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir … Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka. Sesudah itu barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia” (Kej. 45:8&15).

Sebagai manusia Merdeka, hatinya dipenuhi dengan kekaguman kepada Tuhan sebagai Pembebas serta Perancang masa depan yang terbaik.

Yusuf tidak hanya membebaskan dirinya dari belenggu masa lalu, tetapi juga melepaskan belenggu orang lain, memberikan mereka kesempatan untuk merdeka dari rasa bersalah dan dosa.

Pada akhirnya, manusia yang benar-benar merdeka adalah mereka yang mampu melepaskan belenggu orang lain serta memerdekakan mereka, membawa mereka kepada kehidupan yang penuh dengan sukacita dan damai sejahtera dalam Tuhan.

Dan pada akhirnya, Manusia MERDEKA akan Melepaskan BELENGGU Orang Lain Serta MEMERDEKAKANNYA

Pdt. Budi Wahono

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *