“Memuliakan Tuhan dan bahagia didalam Dia”

January 18, 2022 0 Comments

Renungan Harian Selasa, 18 Januari 2022

Ayat Bacaan

Mazmur 63:1-5, Mazmur Daud, ketika ia ada di padang gurun Yehuda. Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair.  Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambal melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu.  Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau. Demikianlah  aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku  demi nama-Mu

Allah menciptakan manusia supaya mereka memuliakan Dia dan menikmati Dia. Karena itu, kebahagiaan manusia dan kemuliaan Allah harus dimengerti secara seimbang, bukannya mengutamakan yang satu dan mengabaikan yang lain. Inilah kesalahan yang terjadi: Sebagian orang mencari kebahagiaan mereka sambil membelakangi Tuhan dan akhirnya menemui kehancuran mereka sendiri. Dalam renungan ini kita akan melihat bahwa memuliakan Allah dan kehidupan yang berbahagia merupakan dua hal yang terkait erat dan tak terpisahkan.

Pertama, pada naturnya manusia itu mengasihi dirinya sendiri, sehingga di dalam diri setiap orang terdapat kecendrungan alamiah yang mendorong dia untuk memperhatikan dan merawat dirinya.

Hal ini terlihat bahkan dalam diri orang yang dalam aspek tertentu kelihatan tidak terlalu memperhatikan dirinya, tetapi sangat memperhatikan dirinya dalam hal yang lain. Mengusahakan kebahagiaan dan sukacita kita bukanlah hal yang salah di dalam Kekristenan, karena itu adalah maksud Allah ketika menciptakan kita. Dialah yang memberikan kepada kita kemampuan untuk bersukacita dan memberikan dorongan dalam diri untuk mencari kebahagiaan kita. Ini jugalah tujuan kedatangan Yesus, yaitu supaya kita beroleh hidup dalam segala kelimpahannya (Yoh 10:10b).

Kedua, apa yang dicela Alkitab bukanlah karena kita mengusahakan kebaikan dan kebahagiaan kita, melainkan karena kita mencarinya di tempat yang salah dan dengan hal-hal yang salah, yaitu di luar Tuhan.

Kesalahan inilah yang ditegur oleh nabi Yeremia ketika ia mengatakan, “Sebab dua kali umatKu berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup, untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak dapat menahan air.” (Yer 2:13). Seringkali orang menganggap Allah sebagai penghalang kebahagiaan dan sukacita manusia, dan inilah salah satu alasan mereka menolak Allah, padahal sebenarnya Allah adalah sumber sukacita dan kebahagiaan kita yang sejati, dan hanya di dalam Dia saja kebahagiaan sejati itu kita dapatkan.

Ketiga, kebahagiaan yang kita usahakan itu tidak pernah boleh menjadi tujuan tertinggi, yang menggeser posisi Allah sebagai yang utama di dalam hidup kita.

Karena jika ini terjadi, berarti kita telah menjadikan Allah sebagai sarana pencapaian tujuan kita.

Keempat, kebahagiaan merupakan buah dari kehidupan yang memuliakan Tuhan.

Dengan kata lain, kita baru dapat menikmati kehidupan yang bahagia ketika kita hidup memuliakan Allah, sebab kehidupan yang memuliakan Allah merupakan kehidupan yang berbahagia itu sendiri. Kehidupan yang memuliakan Tuhan tidak meniadakan kebahagiaan, sebaliknya justru menyempurnakannya. Ketika kita memuji Tuhan, ketika kita hidup memuliakan Dia, kita akan menemukan sukacita dan kebahagiaan kita disempurnakan di dalamnya. Dan Allah dimuliakan dalam sukacita yang kita nikmati di dalam Dia.

Mazmur 16:11, Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan–Mu ada sukacita berlimpah–limpah, di tangan kanan–Mu ada nikmat senantiasa.

TUHAN YESUS MEMBERKATI

YG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *