Bertolaklah ke Tempat yang Dalam

September 6, 2023 0 Comments

Renungan Harian Rabu, 07 September 2023

Bacaan: Lukas 5:1-11

Hari ini kita renungkan bersama sebuah kisah panggilan simon dari seorang penjala ikan menjadi penjala manusia. Tentu kita telah berulangkali mendengar kisah ini, namun mari kita buka hati bersama untuk merenungkan bagaimana Simon diubahkan menjadi murid Yesus yang dipakai Tuhan.

Pada mulanya Simon ragu untuk mengikuti apa yang Yesus katakan “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan”, karena telah sepanjang malam mereka menjala ikan dan tidak memperoleh hasil sama sekali. Namun ternyata Simon tetap melakukannya juga, dan kita lihat ada mujizat terjadi.

Dari kisah ini, ada beberapa hal yang dapat kita renungkan untuk melakukan apa yang Yesus katakan dan melihat mujizat.

1.      Diperlukan Kerendahan hati

Ketaatan Simon kepada perintah Yesus untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam membutuhkan kerendahan hati yang luar biasa. Simon adalah seorang nelayan yang setiap hari berkarya di danau dengan perahu, jala, ikan dan musim-musimnya. Dia sangat mengenal betul kapan saat yang tepat untuk menangkap ikan. Ketika Simon dan kawan kawannya sepanjang malam (malam: waktu yang tepat untuk menangkap ikan) tidak mendapatkan ikan, justru Yesus mengajak mereka untuk menebarkan jala di waktu yang kurang tepat untuk menangkap ikan.  Sebagai nelayan, Simon merasa lebih tahu dunia nelayan daripada Yesus yang adalah anak seorang tukang kayu. Tetapi bagi Simon, yang ada dihadapannya pada waktu itu bukanlah sembarang anak tukang kayu, Ia sekaligus adalah Anak Allah, Guru dan Tuhan yang telah mengadakan berbagai mujizat kesembuhan, mengusir roh jahat, yang ajaran-Nya mengandung kuasa. Oleh karena itu Simon mengatakan “Tetapi karena perintah-Mu, aku akan menebarkan jala juga”.

Simon meletakkan segala kemampuan dan pertimbangannya untuk menjala ikan di danau dan menggantikannya dengan sebuah kerendahan hati untuk taat pada perkataan Yesus.  Ketika Simon taat, ia mendapat pengalaman yang merubah seluruh perjalanan hidupnya. Dari seseorang yang hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri guna mencari untung hanya bagi dirinya sendiri, menjadi seseorang yang kini mau bekerjasama dengan Tuhan bagi tugas, karya dan perutusan Tuhan. Orientasi hidupnya kini bukan lagi keuntungan diri, melainkan Kerajaan Allah. Kerendahan hati dan ketaatan Simon pada kehendak Tuhan menjadikan hidupnya berkat bagi sesama.

2.      Berani mengatasi keterbatasan diri

Perintah Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan tebarkan jala, memberi kesan bahwa masih ada cara lain untuk mendapat ikan. Tempat yang “dalam” di dalam kehidupan kita sehari-hari dapat dipahami sebagai tempat yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, tetapi juga mengandung peluang.  Banyak orang yang tidak mau melangkah ke tempat yang dalam karena rasa enggan meninggalkan zona nyaman yang ada pada dirinya. Zona nyaman seringkali membuat manusia tidak mudah untuk mengatasi keterbatasan dirinya. Manusia memerlukan keberanian dan memiliki pengharapan agar dapat meninggalkan zona nyamannya. Bersama dengan perintah Yesus bertolak ke tempat yang dalam, manusia diajak untuk meletakkan pengharapan hidupnya bukan pada zona nyamannya, tetapi meletakkannya pada perintah Tuhan. Dan ketika manusia berani keluar  dari zona nyaman yang membatasi hidupnya, manusia dapat mengalami anugerah yang di luar pertimbangannya.  Pengalaman Simon  bersama teman-temannya membuktikan bahwa penyertaan Tuhan itu nyata. Penyertaan Tuhan berlaku melebihi pemikiran manusia dan dapat  melampaui keterbatasan diri dan kegagalan yang telah dihadapi. 

3.      Rela berbagi

Setelah Simon mengikuti perintah Yesus dan menebarkan jalannya, mereka memperoleh ikan dalam jumlah yang banyak.  Jala mereka akan koyak bila mereka memilih untuk memuat seluruh ikan hasil tangkapannya seorang diri. Perahu Simon pun akan tenggelam bila seluruh hasil tangkapannya dimuat ke dalam perahu satu-satunya yang menjadi miliknya. Sebab itu Simon memanggil kawan-kawannya yang lain untuk membantunya. Bahkan dua perahu pun rasanya masih kurang, karena diceritakan kedua perahu itu penuh dengan ikan sehingga hampir tenggelam.

Ketika Tuhan menganugerahkan kelimpahan berkat dalam hidup manusia, manusia diajak untuk berbagi dengan sesamanya. Bukan hanya disimpan untuk kepentingan sendiri. Sebab bila demikian, maka “jala” kita akan koyak dan “perahu” kita pun akan tenggelam. “Jala” dan “perahu” di sini menggambarkan daya tampung yang dimiliki manusia atas berkat Tuhan. 

Ketika kita bersedia berbagi berkat Tuhan kepada orang lain, kita tidak akan pernah kekurangan sukacita. Sebaliknya, hati kita akan semakin berlimpah dengan syukur sebab orang-orang lain pun turut merasakan berkat yang kita terima dari Tuhan. Akibat dari tindakan berbagi ini, kerapkali orang melihat kebaikan Tuhan yang mereka terima melalui diri kita sebagai pengikut Kristus.

Tuhan Yesus Memberkati.

CM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *