HARAPAN DI DALAM YESUS

February 20, 2023 0 Comments

Renungan Harian Youth, Senin 20 Februari 2023

1 Petrus 1:22, Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.

Kita tentu pernah mendengar singkatan PHP, yaitu pemberi harapan palsu. PHP terjadi karena kasih yang pura-pura atau palsu. Seseorang bersandiwara mengasihi orang lain, mengharapkan timbal balik ataupun dengan niatan tertentu. Sebaliknya, kasih sejati tidak akan membuat seseorang mem-PHP orang lain. Ia akan mengasihi dengan tulus ikhlas. Kasih yang tidak mengharapkan imbalan apa pun selain hanya ingin melihat orang yang dikasihi mendapatkan kebahagiaan atau berkembang sesuai yang Tuhan kehendaki. Karena firman Allah yang hidup itu bukan hanya sekedar memberikan sebuah solusi kehidupan kita di dunia ini, tetapi firman Allah itu memberikan sebuah jaminan dan pengharapan terhadap kehidupan kekal kita kelak.

Selama kita mau mendasarkan hidup kita pada firman Allah, kehidupan kita tidak akan mampu digoyahkan dengan keadaan apapun.

Jika kita menggarisbawahi istilah “kasih persaudaraan” pada ayat di atas. Kasih adalah tindakan yang berobjek, dalam hal ini sesama saudara seiman. Tidak ada orang Kristen yang hanya mengasihi diri sendiri. Pertumbuhan iman tidak terjadi dalam isolasi dan berpusat diri sendiri. Itu sebabnya tidak ada ajaran Kristen yang menyarankan orang Kristen untuk menjadi pertapa. Pertumbuhan iman hanya terjadi dalam konteks persekutuan dengan sesama orang percaya. Iman dinyatakan dalam bentuk tindakan kasih yang melatih iman kita untuk semakin bertumbuh.

Rasul Petrus memberi penjelasan tentang dasar kasih sejati, yaitu sebagai umat yang kudus kita taat pada kebenaran. Ketaatan itu diwujudkan dalam bentuk tindakan mengasihi sesama dengan tulus. Istilah “tulus ikhlas” dalam bahasa aslinya berarti dengan sungguh-sungguh, sekuat-kuatnya, tak tanggung-tanggung. Bayangkan karet gelang yang ditarik sepanjang-panjangnya (tetapi tidak sampai putus). Petrus mengatakan agar kita berdaya upaya sekuat-kuatnya dalam menyatakan kasih kepada sesama. Dia mendorong mereka untuk menjadi anak-anak yang taat kepada kebenaran firman Tuhan dan tidak menjadi serupa dengan dunia.Jadi, bukan saja kasih itu keluar dari hati yang murni, tetapi pengorbanannya juga harus nyata bahkan benar-benar berkorban.

Kasih yang dimaksud oleh Petrus bukanlah kasih berbau romansa yang berasal dari emosi.

Petrus memanggil mereka untuk mengasihi orang lain seperti Kristus mengasihi kita dengan kasih pengorbanan, yang hanya bersumber dari hati yang sudah diselamatkan oleh kasih karunia lewat iman di dalam Kristus. Dalam bahasa Yunani kasih persaudaraan disebut dengan ‘PHILADELPHIA’, yang berasal dari dua suku kata yakni PHILEO/PHILIA yang artinya kasih atau mengasihi. Dan ADELPHOS yang artinya brother atau saudara.

Mengapa tuntutan ini diberikan kepada jemaat Kristen yang sedang menderita? Karena mereka adalah orang-orang yang telah dilahirkan kembali oleh firman Allah. Mereka telah menerima kebenaran di dalam Kristus, bahwa Allah mengasihi mereka dan menyelamatkan mereka. Allah menerima mereka dan menjadikan mereka anak-anak-Nya. Maka kasih Kristus yang sudah mereka nikmati, mesti menggerakkan mereka untuk menerima orang lain dan mengasihinya. Kebenaran Firman Allah mengajari tentang kasih Allah, dan menuntut mereka untuk menghidupinya melalui laku hidup yang mau  menerima dan mengasihi  orang lain. Kebenaran firman itu diajarkan langsung oleh Yesus sebagaimana dalam injil:  

“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” (Yohanes 13:34-35)

Oleh karena itu, seorang Kristen tidak bisa mengasihi dengan setengah hati, apalagi mem-PHP orang lain.

Tidak ada ruang bagi orang Kristen mengasihi seadanya, semau-maunya, serelanya. “Ah, ia bukan siapa-siapa saya. Mengapa saya harus capek-capek mengasihinya?” Sebaliknya, seorang murid Kristus harus mengasihi dari dasar hati yang tulus dan disertai pengorbanan yang nyata.

Bukankah Tuhan Yesus sudah memberi teladan dengan kasih yang total sampai mengorbankan nyawa-Nya?

Rekan-rekan youth, kita adalah anak-anak Allah yang telah dilahir-barukan oleh kebenaran firman Allah yang hidup itu. Maka dari itu sudah menjadi hal yang mutlak jika kita hidup hari ini dengan segala keberadaan kita dan pergumulan, kita harus mendasarkannya hidup kita pada firman Allah yang hidup itu. Karena firman Allah yang hidup itu bukan hanya sekedar memberikan sebuah solusi kehidupan kita di dunia ini (yang sementara), tetapi firman Allah itu memberikan sebuah jaminan dan pengharapan terhadap kehidupan kekal kita kelak.

Oleh karena pengharapan ini, Kristus yang telah disalibkan dan memberikan pengampunan yang besar kepada manusia yang percaya kepada-Nya. Maka pada saat itulah, kita menemukan orang-orang yang rela mati untuk memberitakan Injil, mengasihi dengan hati yang tulus.

Rekan-rekan youth, pengharapan di dalam Tuhan Yesus tidak pernah mengecewakan.  Kita telah melihat bukti kasih-Nya lewat kisah kasih yang dinyatakan di dalam firman Tuhan sehingga kita pun harus terus bergerak dalam kasih yang di dorong oleh iman percaya kepada Tuhan Yesus yang setia kepada kita

Amin, Tuhan Yesus Memberkati

(admin)-LP

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *