JANGAN KAMU KUATIR
Renungan Harian Youth, Senin 08 Juli 2024
Filipi 4:6, Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”
Pernahkah kita merasa kuatir akan sesuatu?
Tentang pekerjaan, kesehatan, keluarga, teman, keuangan dan lain sebagainya.
Kuatir adalah ungkapan perasaan yang wajar dialami setiap orang.
Perasaan kuatir ini biasanya muncul karena ada hal-hal yang dirasakan tidak pasti. Kekuatiran menjadi tidak wajar pada saat rasa kuatir itu sudah berlebihan sehingga sulit dikontrol. Dalam kondisi seperti ini, keringat mulai berlebihan, gemetar, pusing, dan detak jantung yang cepat. Inilah yang dinamakan kecemasan atau gangguan kecemasan.
National Institute of Mental Health (NIMH, 2016), mencantumkan definisi gangguan kecemasan sebagai gangguan yang dialami individu yang merasa kuatir berlebih terhadap sesuatu dalam hidupnya, sangat cemas dalam melewati hari-harinya dan memiliki ketakutan bahwa segala sesuatu akan berjalan buruk.
konteks surat Filipi: Paulus menulis surat ini dari penjara, namun tetap menunjukkan sukacita dan kepercayaan pada Tuhan. Paulus menyampaikan larangan untuk tidak kuatir akan apapun juga dari penjara, bukan ketika hidupnya baik-baik saja. Paulus memberikan pesan penting dan apa yang harus dikerjakan dalam menghadapi kekuatiran yg kita alami.
Untuk lebih memahami tentang mengatasi kekuatiran, kita akan merenungkan kisah yang dialami Raja Yosafat ketika berperang melawan Moab dan Amon (2Taw 20:1-30). Yosafat menang dalam peperangan ini.
Yang menjadi pertanyaan bagi kita, Apakah tentara mereka kuat sehingga mereka menang? Apa taktik berperang yang digunakan begitu cerdik mengalahkan musuh? Tidak demikian. Yosafat berhasil mengatasi kekuatirannya dengan mengikuti apa yang Firman Tuhan perintahkan. Kemenangan Yosafat itu karena Tuhan yang berperang melawan Moab dan Amon.
Larangan untuk Kuatir
Mengapa kita tidak perlu kuatir? Kekuatiran tidak menambah apa-apa dalam hidup kita (Matius 6:27). Kekuatiran seringkali mengganggu damai sejahtera kita dan menunjukkan kurangnya kepercayaan pada pemeliharaan Allah.
Menghadapi Kekuatiran dengan:
- Doa dan Permohonan (ay. 3-12)
Berdoa dalam segala hal: Apa pun Kekuatiran kita, besar atau kecil, kita dipanggil untuk membawanya kepada Tuhan dalam doa.
Ingat kisah Yosafat? Alkitab mencatat bahwa Setelah mendengar berita bahwa ada suatu laskar yang besar datang menyerang, maka Yosafat menjadi takut lalu mengambil keputusan mencari Tuhan dengan menyerukan berpuasa (ayat 3) dan berdoa (ayat 4-12).
Dalam penyerahan diri dan ketundukkan terhadap kehendak Allah, jaminan Tuhan membawa kita kepada kelegaan yang sempurna.
- Dengar dan Lakukan Firman Tuhan (ay. 13-17)
Pentingnya Firman Tuhan: Yosafat selalu mencari tuntunan atau panduan melalui Firman Tuhan. Rasa takut yang dialami Yosafat perlahan-lahan mulai terasa reda setelah mendengar nubuatan Firman Tuhan yang mengarahkan mereka, menguatkan mereka dan menjamin mereka untuk menang.
- Ucapan Syukur dalam Pujian dan Penyembahan (ay.18-21)
Mengapa penting bersyukur? Ucapan syukur mengubah fokus kita dari masalah ke pemeliharaan dan kebaikan Allah. Ini membantu kita melihat bahwa Tuhan selalu bekerja dalam hidup kita, bahkan dalam situasi sulit.
Umat Israel tahu dengan pasti bahwa Allah itu bertahta di atas pujian (Mazmur 22:4) dan oleh karena itu sekalipun laskar yang besar menyerang, mereka tahu senjata yang ampuh yaitu mengucap syukur, memuji dan menyembah Tuhan. Maka Allah yang akan berperang menggantikan mereka.
Jadi, dari ayat ini: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Mendorong orang percaya untuk mengalihkan fokus mereka dari kekuatiran duniawi ke hubungan yang penuh kepercayaan dan syukur kepada Allah. Dengan melakukan ini, kita dapat mengalami damai sejahtera yang melampaui segala akal (Filipi 4:7).
“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
Keyakinan kita kepada Tuhan haruslah lebih besar dari rasa kuatir; perasaan tenang dekat Allah harus selalu kita rasakan, agar supaya kita dengan berbagai pengalaman yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup ini mampu menang atas rasa kuatir.
Amin, Tuhan Yesus Memberkati
EYC 06072024-YDK