Lidah yang Bijaksana
Renungan Harian Selasa, 30 Juli 2024
Syalom bapak ibu saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus . . . .
Seorang filsuf Yunani meminta pelayannya memasakkan hidangan paling lezat. Pelayan yang bijak menyuguhkan hidangan berupa daging lidah dan berkata, “Ini adalah hidangan terlezat di antara semua hidangan lain, karena hidangan ini mengingatkan kita agar menggunakan lidah untuk memberkati dan mengungkapkan sukacita, menghalau kesedihan, mengenyahkan keputusasaan, dan menyebarluaskan keceriaan.” Lalu ia minta hidangan yang paling tidak enak. Lagi-lagi si pelayan menyuguhkan daging lidah sembari berkata, “Ini adalah hidangan yang paling tidak enak, karena mengingatkan kita bahwa kita bisa menggunakan lidah untuk menyumpahi, dan meremukkan hati, menghancurkan reputasi, menciptakan pertikaian, serta membuat keluarga dan bangsa berperang.”
Salomo menulis: “Lidah orang bijak mendatangkan kesembuhan” (Amsal 12:18). Ayat ini menegaskan dan menyemangati sesama kita. Kata kunci dari ayat tersebut bukanlah lidah melainkan bijak. Lidah tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, hanya si pemiliknyalah yang mampu mengontrolnya.
Mari kita simak dua kisah yang saling bertolak belakang dalam bijak menggunakan lidah. Ketika sahabat-sahabat Ayub mengunjunginya, perkataan yang mereka ucapkan lebih menghakimi ketimbang menghibur sehingga Ayub merasa kecewa terhadap mereka. Tuduhan mereka membuatnya merasa semakin tersiksa sehingga Ayub berkata, “Berapa lama lagi kamu menyakitkan hatiku, dan meremukkan aku dengan perkataan? Sekarang telah sepuluh kali kamu menghina aku, kamu tidak malu menyiksa aku.” (Ayb 19:2).
Bandingkan dengan perkataan Yusuf kepada saudara-saudaranya, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakan untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yaitu memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (Kej 50:20). Yusuf mengerti bahwa setelah ayahnya meninggal, saudara-saudaranya merasa takut kepadanya. Mereka takut Yusuf menyimpan dendam dan akan membalas perbuatan jahat mereka di masa lalu. Oleh karena itu, ia menghibur dan menenangkan mereka dengan kata-kata itu. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengendalikan lidah. Sebelum berkata-kata, kami hendaknya memikirkan dampak apa yang akan ditimbulkannya. Alangkah baiknya jika kita lambat dalam berkata-kata. Jangan terlalu banyak berbicara karena banyaknya kata seringkali tanpa disadari kita mengucapkan kata yang tidak perlu dan sia-sia, yang menyebabkan kita berdosa. Saat keadaan pada situasi yang sulit dan kita diwajibkan untuk mengucapkan sesuatu, mohonlah hikmat kepada Tuhan terlebih dahulu sebelum kita berbicara agar kita tidak salah berbicara atau mengucapkan perkataan yang tidak seharusnya.
Besarnya dampak yang bisa ditimbulkan oleh lidah mendorong Penatua Yakobus menyamakan lidah dengan kekang pada mulut kuda yang dapat mengendalikan kuda, kemudi kapal yang dapat mengendalikan kapal dan api yang dapat membakar hutan. Lidah dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita. Semua itu tergantung dari bagaimana cara kita menggunakannya dan seberapa besar kita dapat mengendalikannya.
Setelah mengetahui kebenaran tentang lidah ini, kiranya kita dapat menjadi lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakannya. Efesus 4:29 memberikan kita nasihat yang baik tentang hal ini, “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.”
Jika Anda ingin lidah Anda membangun sesama dan tidak menjatuhkan, mintalah Allah membuat Anda bijak –Joanie Yoder
BIJAKSANA BERARTI TAHU SAAT YANG TEPAT UNTUK BERBICARA DAN MEMIKIRKAN AKIBATNYA
Tuhan Yesus Memberkati
TC