REKONSILIASI
REKONSILIASI
Renungan Harian Youth, Kamis 28 Juli 2022
Kejadian 33: 3-4, dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu. Tetapi Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia, lalu bertangis-tangisanlah mereka.
Rekan-rekan youth, pasti pernah melihat suatu konflik. Atau mungkin pernah melihat atau mengalami secara langsung konflik tersebut, entah kah di dalam keluarga, di daerah (misalnya: tawuran, sengketa wilayah), atau juga di tempat-tempat, entah itu di dalam maupun di luar negeri yang sering diberitakan mengenai konflik/peperangan yang terjadi. Menurut KBBI, Konflik merupakan percekcokan; perselisihan; pertentangan; atau juga merupakan suatu ketegangan atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya).
Pasti kebanyakan dari kita semua sangat tidak nyaman atau tidak suka jika terjadi konflik. Atau mungkin ada diantara kita yang memilih diam dan membiarkan konflik tersebut terjadi. Atau bahkan ada juga yang justru suka jika selalu ada konflik, biasanya golongan inilah yang senang dengan singkatan DABORIBO- Damai Boleh Ribut Boleh. Konflik yang dibiarkan terus-menerus akan mengakibatkan suatu peperangan; dalam skala kecil konflik membuat seseorang berperang dengan dirinya sendiri; namun juga sudah melibatkan banyak orang, perang saudara bahkan perang dunia bisa terjadi. Maka dari itu, dalam sebuah konflik yang terjadi, sangat penting untuk melakukan REKONSILIASI agar suatu konflik bisa teratasi.
Rekonsiliasi adalah perbuatan memulihkan hubungan persahabatan ke keadaan semula; dan juga perbuatan menyelesaikan perbedaan.
Dalam bacaan kita pagi ini, diceritakan ada dua anak kembar yang sempat terlibat konflik lalu kemudian terjadi rekonsiliasi di antara konflik mereka. Semua pasti ingat kisah bagaimana Yakub diberkati oleh ayahnya sedangkan Esau tidak. Kejadian 27 menceritakan bahwa Yakub lari ke Mesopotamia karena mendengar bahwa Esau hendak membunuh Yakub karena Yakub merebut hak kesulungannya dan juga mendapatkan berkat satu-satunya dari ayah mereka. Konflik ini membuat mereka masing-masing menetap sebagai orang asing di tempat mereka menetap.
Diatas semua konflik yang terjadi, sebenarnya ini merupakan ketetapan yang Tuhan Allah buat agar rancangan-Nya terjadi dengan sempurna. Konflik juga dipakai oleh Tuhan Allah sebagai pembelajaran bagi umat-Nya untuk memahami tujuan Allah. Pada, akhirnya Allah sendiri jugalah yang membuat konflik itu selesai dengan sebuah rekonsiliasi.
Amsal 16:7, jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itu pun didamaikan-Nya dengan dia.
Walaupun memerlukan waktu yang cukup lama, Allah pun memiliki waktu-Nya sendiri untuk sebuah rekonsiliasi bagi Esau dan Yakub. Tetapi dalam hal ini, Allah pun menetapkan sebuah proses bagi Yakub untuk menemukan sikap dan interaksi yang akan dia lakukan ketika nanti bertemu dengan Esau. Yakub pun memiliki beberapa inisiatif yang dia lakukan sebagai bagian dari persiapan rekonsiliasi tersebut. Kejadian 32:3-5 mencatat Inisiatif Yakub terlihat melalui beberapa peristiwa berikut:
- Yakub terlebih dahulu menghadap TUHAN dan merendahkan diri dalam doa
- Yakub mengirimkan banyak hadiah kepada Esau
Pada akhirnya kita pun mengetahui respon Esau yang ternyata menunjukkan sikap yang berbeda dengan prediksi dari Yakub, Esau berlari mendekap Yakub, menciumnya dan mereka bertangis-tangisan. Mereka mengalami sukacita yang tak terbendung. Bahkan Yakub menyatakan bahwa pertemuannya kembali dengan Esau ini dianggap sebagai pertemuan dengan Allah (Kejadian 33:10). Pertemuan singkat itu telah menjadi ruang di mana dua pihak yang sudah 20 tahun tidak berkomunikasi karena konflik dapat dipertemukan dan berdamai kembali,m terlebih lagi ada hadirat Tuhan dalam pertemuan itu.
Robert J. Schreiter dalam bukunya: Mission and Ministry in A Changing Social Order menyatakan ada tiga karakteristik dan spiritualitas rekonsiliasi sebagai spiritualitas hidup, dua diantaranya yaitu sikap mendengar dan menunggu, serta adanya perhatian dan keprihatinan. Karakteristik ini menyimpulkan bahwa yang terutama dan paling penting adalah, rekonsiliasi harus melibatkan pertemuan dengan diri sendiri terlebih dahulu.
Sikap mendengar dan menunggu berarti menjadi tenang terhadap diri sendiri dan sesama sambil menantikan anugrah Allah terjadi di dalam hidup kita.
Pengalaman Yakub untuk berdamai dengan saudara kembarnya yang hendak membunuhnya ketika terjadi konflik diantara mereka memberikan inspirasi bagi kita betapa pentingnya:
- Kerendahan hati di dalam hadirat Tuhan
- Berinisiatif untuk memberikan sesuatu kepada orang yang memusuhi kita
- Menunggu waktu Tuhan untuk suatu perdamaian
Yakub mampu mengatasi rasa takutnya setelah ia berjumpa dan mengalami pergulatan dengan Allah (Kej. 32:24). Pengalam ini membangkitkan kekuatan iman dan keberanian bagi Yakub dalam perjalanannya untuk berjumpa dan berdamai dengan saudaranya. Sama halnya dengan Yakub, kita pun tidak bisa menghindari konflik jika suatu saat itu terjadi di dalam hidup kita. Namun dalam hal ini, kita memerlukan inisiatif untuk melakukan rekonsiliasi dengan cara yang tenang dan memohon kasih karunia Allah dalam perkara yang kita hadapi.
Mari sama-sama kita belajar untuk melihat suatu konflik sebagai suatu pembelajaran untuk semakin rendah hati, tenang dan berinisiatif untuk mengatasi suatu perkara dengan cara yang damai.
Tuhan Yesus memberkati
RM – SCW