“Tempat Bersandar yang Tepat”

May 14, 2021 0 Comments

Renungan Harian Youth, Jumat 14 Mei 2021

Rekan-rekan youth, kalo ngomongin tentang tempat bersandar, semua pasti pikirannya bercabang kemana-mana. Pasti ada yang senyum-senyum, stay cool, dan bisa jadi ada yang baper.  Tapi tenang dulu bro, sis semuanya, tempat bersandar yang paling nyaman di dalam hidup ini ya hanya Tuhan Yesus saja.

Dalam bacaan kita pagi ini, kita belajar dari pengalaman Daud sebelum dia berkuasa sebagai raja di Israel.  Pernah gak teman-teman mengalami begitu banyak masalah yang datang bertubi-tubi dalam jarak waktu yang singkat? Belum satu beres sudah datang dua lagi sampai anda tertimbun di dalam tumpukan masalah dan merasa tidak lagi mampu keluar dari timbunan itu? Saya rasa hampir semua orang pernah mengalaminya, tidak terkecuali saya sendiri. Tugas kuliah yang satu belum beres, eh ketambahan 7 tugas lain yang lebih berat.  Atau mungkin bagi rekan-rekan pekerja, perusahaan kalian memberi target-target yang mustahil tercapai dan ancamannya adalah PHK jika target tersebut tidak tercapai. Bagi yang pernah mengalami hal seperti ini tentu tahu bagaimana berat rasanya. Tidak jarang orang lalu menyerah, putus asa dan memilih melakukan hal-hal yang bodoh akibat tidak tahan menderita lebih lama lagi.

Ada yang kemudian menjadi ragu akan kebaikan Tuhan dan terjebak untuk mengambil jalan-jalan pintas yang menyesatkan. Apa yang seharusnya kita lakukan pada saat berada dalam situasi serba sukar seperti itu? Kita bisa belajar dari Daud akan hal ini.

Semua terlihat mengerikan pada suatu kali saat Daud dan tentaranya tiba di Ziklag. Pada saat itu orang-orang Amalek telah menyerbu dan membakar habis kota itu. Meski tidak ada yang dibunuh, tetapi para wanita dan anak-anak mereka tawan semuanya dan mereka bawa pergi bersama mereka, termasuk di dalamnya dua istri Daud. Semua itu bisa kita baca dalam 1 Samuel 30:1-25. Sampai disitu saja situasi sudah sangat pelik. Tetapi masalah tidak berhenti sampai disitu, karena kemudian dikatakan:

 “Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan.” (ay 6a-b).

Tidak hanya sedih melihat seisi kota dibakar habis, tidak hanya sedih melihat wanita dan anak-anak ditawan, tidak hanya sedih mengetahui bahwa istrinya sendiri pun turut diangkut oleh orang Amalek, tetapi ia juga harus menghadapi rakyat yang siap membunuhnya dengan lemparan batu karena marah anak dan istri mereka lenyap dirampas musuh. Daud harus menghadapi ini semua, dan situasinya benar-benar mengerikan. Kita mungkin akan segera putus asa jika berhadapan dengan kondisi seperti itu. Tetapi lihatlah apa yang dilakukan Daud. Dia tidak putus asa sedikitpun. Dia tidak kecewa terhadap Tuhan meski yang ia hadapi sangatlah berat. Alkitab dengan jelas mengatakan bagaimana reaksi Daud setelahnya.

 “Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.” (ay 6c). 
“David encouraged and strengthened himself in the Lord of his God.” 

Itulah yang pilihan yang diambil oleh Daud sebagai reaksi atas segala persoalan yang ia hadapi. Yang terjadi kemudian sungguh luar biasa. Alkitab mencatat hasilnya seperti berikut ini: 

“Dan pada keesokan harinya Daud menghancurkan mereka dari pagi-pagi buta sampai matahari terbenam; tidak ada seorangpun dari mereka yang lolos, kecuali empat ratus orang muda yang melarikan diri dengan menunggang unta. Daud melepaskan semua apa yang dirampas oleh orang Amalek itu; juga kedua isterinya dapat dilepaskan Daud. Tidak ada yang hilang pada mereka, dari hal yang kecil sampai hal yang besar, sampai anak laki-laki dan anak perempuan, dan dari jarahan sampai segala sesuatu yang telah dirampas mereka; semuanya itu dibawa Daud kembali. Daud mengambil segala kambing domba dan lembu; semuanya itu digiring mereka di hadapannya, serta berkata: “Inilah jarahan Daud.” (ay 17-20).

Daud sukses lewat pengambilan keputusan yang tepat.

Dia tahu bagaimana terbatasnya kemampuannya sebagai manusia, bahkan sebagai raja dengan banyak tentara sekalipun untuk mengatasi masalah yang pelik. Dia memutuskan untuk mengandalkan Tuhan, yang punya kuasa diatas segalanya. Dia mengerti betul bahwa di tangan Tuhan tidak ada yang mustahil. Dan yang paling penting, dia percaya sepenuhnya bahwa Tuhan sanggup dan mau untuk melepaskannya dari situasi sesulit apapun. Dan itulah yang terjadi. Mari kita lihat ulang apa yang dilakukan Daud.

 “Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya.” 

Tidak ada satupun catatan yang menjelaskan secara pasti bagaimana cara Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan. Namun setidaknya, dari berbagai kisah Daud kita bisa mendapat sedikit banyak gambaran mengenai gaya hidupnya yang bergantung penuh kepada Tuhan. Dalam Mazmur saja kita bisa mendapatkan banyak catatan mengenai bagaimana Daud berpusat kepada Tuhan saja, dan bukan kepada kekuatannya sendiri atau kepada masalah. Salah satunya berbunyi:

“Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!” (Mazmur 18:3). Ini menggambarkan dengan jelas betapa kuatnya Daud bersandar kepada Tuhan dan betapa besar rasa percaya juga pengharapannya.
Kemudian lihat pula ayat berikut: Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?” (Mazmur 18:31).

Berbagai pengalaman masa lalu Daud sejak ia kecil membentuk dirinya untuk mengenal betul siapa Tuhan. Ia tahu bahwa ia tidak perlu takut akan apapun selama Tuhan ada besertanya. Begitulah besar iman di dalam dirinya yang sanggup membuatnya percaya bahwa Tuhan akan selalu sanggup untuk melepaskannya dari jerat masalah, meski jawaban atas masalah mungkin belum ia lihat.

Semua yang terjadi dalam hidup Daud merupakan proses pembentukan iman dan karakter yang mempersiapkannya untuk menggantikan Saul menjadi raja atas Israel.

Perjalanan hidup kita masing-masing pasti berbeda dari Daud maupun satu sama lainnya. Namun, kerumitan masalah yang kita hadapi mungkin sama, bisa jadi lebih. Jangan pernah menyerah kalah, apalagi kehilangan pengharapan. Allah yang sama yang dikenal dan dipercayai Daud, ialah Allah yang kita kenal dan sembah dalam Kristus. Dia menyertai kita dan mengizinkan masalah membentuk kita agar lebih bersandar kepada Tuhan dan lebih peka terhadap panggilan kita.

Bersandarlah kepada Tuhan, bukan kepada kekuatan kita sendiri

AminTuhan Yesus Memberkati

RM – SCW

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *