TITIK TERENDAH

March 21, 2023 0 Comments

Renungan Harian Youth, Selasa 21 Maret 2023

Di dasar gunung-gunung. Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya. Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya Tuhan, Allahku. —Yunus 2:6

Pinocchio merupakan sebuah film kartun yang diproduksi oleh Disney pada tahun 1940-an. Menariknya, salah satu adegan film ini menggambarkan pengalaman berada di dalam perut ikan paus, di mana orang dapat hidup dan beraktivitas seperti biasa di dalamnya. Mungkin beberapa orang memiliki gambaran tentang pengalaman Yunus di perut ikan dari kartun ini. Namun, apakah demikian pengalaman yang dialami Yunus?

Pengalaman berada di perut ikan, merupakan titik terendah kehidupan Yunus. Ia mengatakan berada di “tengah-tengah dunia orang mati (sheol)” (ay. 2) dan orang Yahudi pada waktu itu mengenal tempat itu sebagai tempat paling bawah di bumi. Perjalanan menuju titik terendah Yunus bukan terjadi tiba-tiba, melainkan dimulai ketika ia menolak panggilan Allah untuk pergi ke Niniwe. Kitab ini menggambarkan perjalanannya secara bertahap semakin ke “bawah”. Terlihat ketika dicatat Yunus lari ke Tarsis (Yun. 1:3, dalam Alkitab bahasa Inggris menggunakan kata “down”), lalu ia “turun” ke dalam ruang kapal paling bawah (1:5), “turun” ke dasar laut (2:3) sebelum akhirnya ditelan ikan besar. Kisah Yunus tidak berhenti di sini.

Ketika kehidupan kita berjalan dengan normal, hubungan kita dengan Tuhan mungkin berada dalam kondisi yang baik-baik saja.

Kita menganggap segala berkat-Nya adalah hal yang wajar saja. Namun, ketika jalan kehidupan tidak seperti yang diharapkan, barulah kita berpaling kepada Tuhan, lalu berteriak meminta pertolongan-Nya.  Setelah mengalami pengalaman buruk akibat badai yang menerpa kapalnya saat melarikan diri dari hadapan Tuhan, dari dalam perut ikan, Yunus menaikkan doanya. Ratapan, keluhan dan ucapan syukur ia naikkan karena terluput dari kematian. Dalam ratapan yang ia naikkan, Yunus menyadari keberadaannya yang susah dan terbuang di dasar lautan, terkepung oleh arus air. Ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk menyelamatkan dirinya, namun ia berharap masih dapat melihat bait Allah (2-6). Ia menyadari bahwa keselamatan yang ia terima berasal dari Tuhan semata (9).

Yunus menyadari bahwa di mana pun dan dalam kondisi apa pun, Allah pasti akan mendengarkan seruannya.

Bagi Tuhan, tidak ada dosa yang terlalu besar yang tidak dapat diampuni, dan tidak ada kesulitan hidup yang terlalu sulit. Inilah yang menjadi keyakinan Yunus sehingga ia berani menaikkan doa di hadapan Allah yang ia layani. Pada akhirnya, Tuhan membawa Yunus kepada panggilan-Nya.  Dalam relasi dengan Tuhan, kita akan sungguh-sungguh mencari wajah-Nya ketika kita diperhadapkan pada persoalan yang sulit, bahkan harus sampai pada pergumulan antara hidup dan mati. Dalam keadaan genting demikian, belas kasihan Tuhan tetap dicurahkan kepada kita umat pilihan-Nya.

Dalam kondisi apa pun yang kita alami, datanglah kepada Tuhan lewat doa-doa kita. Tidak ada kesulitan yang terlalu sulit untuk diselesaikan-Nya. Dan, tidak ada dosa yang terlalu besar sehingga Ia tidak dapat mengampuninya. Nikmatilah relasi dalam pengenalan kita akan Tuhan.

Apabila pergumulan yang kita alami saat ini ternyata membawa kita kembali memandang kepada Allah, maka bersyukurlah untuk itu.

Tuhan menjumpai Yunus di titik terendah dalam kehidupannya dengan mengirimkan seekor ikan besar untuk menyelamatkannya (ay. 17). Penyelamatan Tuhan ini pun bukan sesuatu yang diharapkan oleh Yunus. Ia menganggap hidupnya telah selesai. Ayat 5-6 menggambarkan pengalamannya diombang-ambingkan ombak, kepalanya terlilit lumut laut, dan serasa berada di ambang pintu kematian. Namun, peristiwa itu ternyata membawanya kepada Tuhan (ay. 6b-8). Jack Sasson, seorang penulis, menggambarkan perjalanan hidup Yunus seperti dihentikan sementara pada titik tersebut agar ia dapat sendirian bersama Allah. Pada titik tersebut Yunus kembali menyadari siapa Allahnya dan bahwa keselamatan hanya berasal dari-Nya (ay. 9).

Pengalaman berada di titik terendah kehidupan bukanlah akhir perjalanan, tetapi dapat menjadi perjumpaan ajaib dengan Tuhan.

Dari dalam perut ikan itu “berdoalah Yunus” mohon kelepasan dari kematian dan ucapan syukurnya sesudah itu.

  • Di dalam perut ikan, ternyata ia masih hidup lalu berseru kepada Tuhan. Sekalipun ia merasa bahwa dirinya secara praktis sudah mati (Yunus 2:6), Tuhan mendengar doanya dan menyelamatkan nyawanya.
  • Orang percaya hendaknya jangan putus asa dalam situasi yang sangat buruk pun. Seperti Yunus, kita harus berseru kepada Allah mohon kemurahan dan pertolongan-Nya serta menyerahkan hidup kita ke dalam tangan-Nya

Pengalaman tersebut juga bukan sesuatu yang enak atau diharapkan orang, tetapi kisah Yunus ini mengajarkan bahwa titik terendah kehidupan dapat menjadi titik balik kehidupan jika menjumpai Yesus. Yunus dipakai oleh Tuhan secara luar biasa untuk membawa penduduk Niniwe pada pertobatan besar dan pertobatan masal.– Buah pelayanannya dalam 1 – 3 hari itu telah menobatkan penduduk sebuah kota besar saat itu. Sehingga Allah membatalkan penghukumanNya.  Bagi kita yang percaya akan rancangan indah yang Tuhan tetapkan dalam hidup kita, teruslah memandang kepada Dia yang sama sekali tidak pernah meninggalkan kita.

Jika Anda pernah/sedang berada di titik terendah kehidupan, mungkin Yesus sedang menunggu untuk menyapa Anda secara pribadi.  

Amin, Tuhan Yesus Memberkati

RM – DOT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *